Rabu, 31 Desember 2014

Jual Buku Agama dan Peradaban / Hisanori Kato

Jual Buku Agama dan Peradaban, Hisanori Kato
Judul Buku Agama dan Peradaban (Soft Cover)
Harga Rp 60.000
oleh Hisanori Kato
Penerbit : Dian Rakyat  
Tanggal Terbit     : 2007
Sampul    : Soft Cover
ISBN : 9795235664
ISBN13     :   
Bahasa     : Indonesia, English
Tebal: 328hlm
Ukuran: 150 mm x 230 mm
Kondisi :Stok lama, Bagus, Segel

Deskripsi:
Sejauh mana agama mempengaruhi pembentkan masyarakat madani- masyarakat berpengetahuan sekali gus berakhlak mulia-di Indonesia. Naskah berdasarkan penelitian dan wawancara sejak periode orde baru hingga reformasi pasca presiden Gus Dur. How far does religious aspect involve in the molding of civilized society in Indonesia. This book is a script based on research and survey since the new orde period until the post Gus Dur reform era.
*******
Salah satu fenomena mengejutkan di akhir abad ke-20 adalah munculnya apa yang disebut Karen Armstrong (2000), sebagai fundamentalisme dalam tradisi keagamaan dunia. Ekspresi fundamentalisme ini terkadang cukup mengerikan. Misalnya para fundamentalis agama menembaki jamaah yang sedang salat, seperti dilakukan salah seorang pengikut Rabbi Meir Kahane, Baruch Goldstein, yang menembaki 29 orang Palestina di Hebron pada saat perayaan Purin, 25 Februari 1994. Goldstein melakukan itu untuk membalas dendam pembantaian orang Yahudi oleh pejuang Palestina sebelumnya. Para pejuang intifadah Palestina melalui organisasi HAMAS (Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah: Gerakan Pertahanan Islam) melakukan perang demi mempertahankan diri dan tanah air mereka.

Kendati demikian, kaum fundamentalis yang cinta damai dan taat hukum pun bersikap membingungkan karena mereka juga anti terhadap nilai positif masyarakat modern. Kaum fundamentalis tidak mau dipusingkan dengan istilah demokrasi atau pluralisme. Kaum fundamentalis Kristen menolak klaim ilmu biologi dan fisika tentang asal-muasal kehidupan. Mereka berpendapat bahwa Kitab Kejadian (Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya: 1-2) yang benar dalam memberikan detail tentang kehidupan.

Kebangkitan keagamaan ini mengejutkan banyak pihak. Pada pertengahan abad ke-20, merupakan anggapan umum bahwa sekularisme adalah suatu keniscayaan dan bahwa faktor agama tidak lagi berperan penting dalam peristiwa besar dunia. Aksiomanya adalah jika manusia menjadi lebih rasional, maka mereka tidak lagi membutuhkan agama. Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk memahami apa makna dari jenis religiusitas ini; apa kaitannya dengan kebudayaan kita—konteksnya tentang agama dan peradaban di Indonesia?

Pada setiap zaman dan tradisi—peradaban—selalu saja ada orang yang menentang modernitas. Gerakan yang muncul pada abad ke-20 ini merupakan reaksi terhadap kebudayaan sekuler dan ilmiah; yang muncul pertama kali di Barat dan kemudian merambah ke berbagai penjuru dunia. Barat telah mengembangkan tipe peradaban yang berbeda total, sehingga reaksi keberagamaan terhadapnya pun menjadi lebih unik.

Revolusi peradaban sebagai reaksi keberagamaan ini dalam Islam pernah dicatat Edgar Ali Engineer, ahli tasawuf. Enginer mencatat dampak revolusi yang sangat mengesankan dari munculnya agama monoteisme baru, Islam, yang secara radikal mengubah tata peradaban dunia secara menyeluruh.

Peninggalan peradaban Islam kini tinggal hanya sebuah monumen sejarah, sebagai ingatan akan masa lampau, tampak gejala kebangkitan agama untuk memberi kontribusi penting terhadap perkembangan peradaban dunia. Dan kita pun perlu mengajukan sebuah pertanyaan demikian: apa peranan agama dalam pembentukan peradaban dunia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Dr. Hisanori Kato, seorang pengamat persyarikatan Muhammadiyah, asal Jepang; menjawabnya dengan teliti dan ilmiah melalui bukunya, Agama dan Peradaban: Islam dan Terciptanya Masyarakat Demokratis yang Beradab di Indonesia. Islam sebagai agama terbesar di Indonesia memegang peran penting dalam sejarah peradaban bangsa ini. Melalui pendekatan sosiologi, Dr. Kato mengkajinya dengan memfokuskan pembahasan pada dua organisasi keagamaan di Indonesia, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) yang dikotomikan dengan lambang “modernis” dan “tradisional.”

Jelas bahwa agama dapat membawa persatuan dalam masyarakat dengan jalan menjadi suatu sistem kepercayaan dan kebiasaan yang menyatu, seperti yang pernah dikemukakan oleh Emile Durkheim (1858-1917), sosiolog asal Perancis. Dan Karl Marx (1818-1883) juga benar ketika mengemukakan bahwa agama dapat menjadi sarana protes yang berdaya guna, dan dengan demikian dapat digunakan sebagai suatu ideologi politik.

Kebenaran ini dapat ditegaskan oleh fakta bahwa gerakan nasionalis di Indonesia terkait erat dengan agama utama tersebut. Dan agama Islam di Indonesia secara historis pernah berfungsi sebagai satu kekuatan sosial terbesar dalam menentang kolonialis Belanda.

Agama agaknya mempunyai suatu fungsi etis. Orang dapat menyebut hal ini “sisi positif” perasionalan sosial-politik dari agama. Perilaku destruktif atau kekerasan dengan demikian dapat timbul karena faktor tertentu, misalnya faktor ekonomi.

Melalui buku Agama dan Peradaban ini secara garis besar kita disuguhi potret politik organisasi Muhammadiyah dan NU, maupun peranan penting ICMI di dalamnya. Kajian sosiologi Dr. Kato ini menggarisbawahi bagaimana peranan agama dalam usaha manusia melakukan pembentukan peradaban.

Peresensi: Syafruddin Azhar, Pengamat perbukuan dan editor pada PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar