Jumat, 31 Juli 2015

Jual Buku Reason in Revolt: Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Modern Penulis: Alan Woods dan Ted Grant

Jual Buku Reason in Revolt: Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Modern Penulis: Alan Woods dan Ted GrantJudul buku: Reason in Revolt: Revolusi Berpikir dalam Ilmu Pengetahuan Modern
Penulis: Alan Woods dan Ted Grant
Harga Rp 150.000
Penerjemah: Rafiq N
Penerbit: IRE Press Yogyakarta, 2006
Tebal: 568 hlm + xxiii
Kondisi stok lama, isi bersih bagus, sampul lumayan bersih

“Ketika kita merenungi alam atau sejarah umat manusia atau aktivitas intelektual kita sendiri, pertama-tama kita melihat satu gambar yang terdiri dari jaring-jaring hubungan yang tiada ujung-pangkalnya, dimana tidak sesuatupun yang tinggal tetap, dimana dan sebagaimana adanya, tapi segala sesuatu bergerak, berubah, lahir dan mati…”
Buku yang dibuat oleh Ted Grant dan Alan Woods berjudul asli Reason in Revolt: Marxism  and Modern Science ini mencoba membuktikan bahwa marxisme bukanlah persoalan ekonomi  dan politik saja. Di dalam marxisme tersebut tersimpan satu filsafat materialisme-dialektik, satu aliran filsafat yang merupakan metode berpikir dalam memandang perkembangan alam secara keseluruhan.
Materialisme dialektik secara sederhana dapat dicirikan dengan perkembangan yang terus menerus, sebagaimana dialektika Hegel, melalui proses tesis-antitesis-sintesis dan perkembangan ini  dapat digambarkan dengan model spiral, model menuju perkembangan tertinggi. Perbedaan antara dialektika Hegel dan Marx (juga Engels) adalah Hegel menganggap dialektika ini terjadi di dunia ide, sedangkan realitas hanya merupakan cerminan dari apa yang ada di dunia ide tersebut, maka dari itu dialektika Hegel adalah dialektika-idealis. Hal ini bertolak belakang dengan Marx yang menyandarkan perkembangan masyarakat pada apa yang benar-benar terjadi, pada realitas, pada dunia materi. Maka muncullah hukum yang tenar itu “bukan kesadaran yang menentukan keadaan, sebaliknya, keadaanlah yang menentukan kesadaran”.
Materialisme-dialektis inilah metode berpikir yang coba dibuktikan dalam buku ini, bahwa materialisme-dialektis merupakan satu-satunya metode berpikir yang dapat dengan memuaskan menjelaskan proses kehidupan. Melalui bab-babnya yang membuat kening berkerut, kita diantarkan pada kenyataan bahwa sejarah perkembangan alam ini, dari terciptanya alam semesta, kehidupan sederhana sel tunggal hingga kompleksitas perkembangan ras manusia merupakan proses yang dialektis, proses yang terus menerus namun tidak gradual sebagaimana teori darwin melainkan penuh dengan gejolak dan perubahan yang mendadak. Mari kita simak satu contoh kasus dalam bab ini, yaitu perkembangan umat manusia.
Dalam teori darwin, umat manusia (homo sapien sapien) merupakan hasil dari evolusi, hasil dari seleksi alam yang berlangsung selama jutaan tahun. Sepintas lalu teori darwinisme ini cocok dengan penjelasan materialisme bahwa segala sesuatu bermula dari materi, yang ada pasti berasal dari yang ada dan tidak mungkin berasal dari ketiadaan. Namun, ada perbedaan yang mencolok dari kedua teori ini. Darwinisme menganggap bahwa seleksi alam terjadi secara gradual, perlahan dan linier. Sedangkan materialisme-dialektik mengangggap sejarah perkembangan umat manusia merupakan suatu proses yang revolusioner dengan lompatan disana-sini. Kemudian, materialisme-dialektis, khususnya Engels dalam Anti Duhring-nya menjelaskan bahwa darwinisme  masih sangat terpengaruh ajaran idealisme dan maltuhusisme. Dengan meyakini darwinisme, berarti mendukung gerakan perbudakan yang mayoritas merupakan kulit hitam karena dalam proses evolusi mereka hanya satu tingkat dibawah hewan (dimana kulit putih menduduki kasta tertinggi).
Bagaimana umat manusia dapat berkembang menjadi mahluk yang sangat kompleks seperrti saat ini?  Tarik menarik penjelasan adalah antara paham materialisme dan idealisme. Menurut kaum idealis, umat manusia sudah diberkahi  ‘otak yang cerdas’ dari sang pencipta (dan ini didukung oleh kaum agamawan), dengan ‘otak yang cerdas’ tersebut mereka mampu untuk menciptakan alat yang paling sederhana seperti kapak untuk menguliti hewan dan menemukan api. Hal yang bertolak belakang dijelaskan oleh para materialis, bahwa perkembangan umat manusia pada awalnya adalah ketika kera tidak lagi hidup di pohon dan memutuskan hidup di atas tanah dengan kedua kakinya, sehingga, hal ini berakibat pada lebih leluasanya penggunaan tangan untuk bekerja. Demikianlah, perkembangan manusia bukan karena dia diberkahi pikiran yang cerdas, namun keadaan merekalah (terutama kerja pembuatan alat), yang beradaptasi dengan lingkungannya, membuat lompatan lompatan revolusioner. Dalam proses ini mulai dikenallah pembagian kerja antara laki laki dan perempuan, hingga kemampuan berbahasa. Proses-proses ini dibarengi dengan peningkatan volume otak, dan telah dibuktikan secara ilmiah. Sekali lagi, bukan kesadaran yang menentukan keadaan, sebaliknya, keadaanlah yang menentukan kesadaran, dan hukum materialisme-dialektis ini telah dibuktikan dalam perkembangan umat manusia.
Menariknya, hukum-hukum materialisme-dialektis, lebih khususnya, apa yang ditulis Engels dalam Anti Duhring makin kesini makin terbukti secara ilmiah. Satu contoh yang paling mencengangkan adalah teori chaos,  yaitu teori yang mencoba menerangkan alam ini dari perspektif ketidakteraturan. Hukum dialektis yang menerangkan bahwa terjadi perubahan kuantitas menjadi kualitas (dan sebaliknya) memainkan peran utama dalam teori chaos, bahwa satu sistem yang kompleks sekalipun memiliki titik-titik instabilitas, titik dimana dorongan yang kecil saja dapat menghasilkan konsekuensi yang besar.
Yang paling menakjubkan dari kemiripan antara teori chaos yang dipelopori ilmuwan alam dengan materialisme-dialektis adalah kebanyakan dari mereka tidak memiliki pengetahuan sedikitpun, bahkan tidak pernah membaca tulisan-tulisan Marx dan Engels, bahkan juga Hegel! Dalam makna tertentu, hal ini memberikan pembenaran yang paling tegas mengenai kebenaran materialisme-dialektis.
Bab terakhir dari buku ini, kembali mengajak kita berefleksi (juga berlawan) atas sistem kapitalistik dan pasar bebasnya yang telah menguasai dunia tanpa ampun. Dimana akibat dari motif pencarian keuntungan, disatu belahan dunia pasokan bahan makanan tersimpan begitu saja, bahkan hingga membusuk dan kemudian dibakar, karena tidak ada yang membeli. Sedangkan dibelahan dunia lain, khususnya di negera dunia ketiga kelaparan hampir setiap saat dapat kita jumpai. Belum lagi masalah masalah lain yang sudah menjadi kebiasaan seperti wabah penyakit, pengangguran, kriminalitas, kerusakan alam, dan berbagai masalah lain akibat dari sistem yang menuhankan perputaran modal ini. Ini bukan soal menyangkal teknologi, tapi perlawanan penyalahgunaan teknologi demi keuntungan pribadi yang menghancurkan lingkungan dan menciptakan neraka di dunia. Dibutuhkan suatu perekonomian terencana yang dijalankan secara demokratik agar potensi dari ilmu dan teknologi dapat ditempatkan sebagai alat bantu manusia, bukan sebaliknya. Dan inilah tugas sentral umat manusia di abad ke 21 ini.

Jual Buku Reason in Revolt atau Nalar yang Memberontak, Filsafat Marxisme dan Sains Modern, by Alan Woods dan Ted Grant

Jual Buku Reason in Revolt atau Nalar yang Memberontak, Filsafat Marxisme dan Sains Modern, by Alan Woods dan Ted GrantReason in Revolt atau Nalar yang Memberontak, Filsafat Marxisme dan Sains Modern,
by Alan Woods dan Ted Grant
Harga Rp 135.000 OFF
Penerbit  Wellred Books dan Resist Book.
Tebal 590hlm
Kondisi Baru

Di dalam buku ini dikupas perkembangan sains dalam perspektif Marxis, dari genetika sampai antropologi, dari matematika sampai ilmu perkembangan kanak-kanak. Ditulis oleh Alan Woods dan Ted Grant, untuk mempersenjatai kaum buruh dan muda revolusioner dengan pemahaman dialektika materialis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketidaktahuan Tidak Pernah Menolong Siapapun: Pengantar Nalar yang Memberontak
Militan Indonesia dengan bangga mempersembahkan buku Nalar Yang Memberontak: Filsafat Marxisme dan Sains Modern kepada kaum buruh dan kaum muda revolusioner Indonesia. Di dalam buku ini para pembaca akan menemukan hukum-hukum dan metode-metode revolusi yang akan berguna bagi perjuangan pembebasan umat manusia dari rantai kapitalisme. Dapatkan buku ini dari Toko Buku Buruh Membaca (www.facebook.com/tokobuku.buruhmembaca).
***
Mari kita mulai pengantar buku “Nalar yang Memberontak: Filsafat Marxisme dan Sains Modern” yang padat ini dengan sebuah kisah pendek Karl Marx.
Setelah dideportasi dari Prancis karena aktivitas revolusionernya, Marx menemukan dirinya di Brussel, Belgia pada 1845. Kota Brussel pada saat itu adalah sebuah kota yang padat dengan kaum revolusioner dari berbagai negeri, dan banyak dari mereka adalah eksil politik seperti Marx. Pada musim semi 1846, dalam usahanya untuk menghimpun seluruh kaum revolusioner, Marx bertemu dengan Wilhelm Weitling (1808-1871), seorang aktivis sosialis dan seorang buruh jahit. Mereka berdebat sengit mengenai signifikansi teori di dalam gerakan. Weitling menuduh Marx dan Engels terlalu intelektual dan menulis mengenai subjek-subjek yang tidak menarik dan tidak berguna sama sekali untuk buruh. Dia mengecam keras Marx yang menurutnya menulis “analisa kursi-goyang mengenai doktrin-doktrin yang jauh dari dunia kehidupan rakyat yang menderita.” Marx, yang biasanya sangat sabar, menjadi geram dan menggebrak meja, begitu kerasnya hingga lampu di atasnya terguncang. Dia langsung berdiri dan dengan suara yang menggelegar mengatakan, “Ketidaktahuan tidak pernah menolong siapapun.”
Weitling menentang kerja teori dan propaganda yang sabar. Menurutnya, rakyat sudah cukup tertindas dan siap melawan. Yang dibutuhkan bukanlah teori dan propaganda mengenai hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan penderitaan rakyat, tetapi slogan-slogan agitasi yang sederhana, aksi-aksi langsung, dan keberanian tentunya. Sementara Marx memahami bahwa untuk bisa menumbangkan kapitalisme dibutuhkan sebuah batalion massa buruh yang diperlengkapi dengan senjata ideologi yang lengkap, yang tidak bisa tidak harus dibangun dengan kerja propaganda yang sabar. Massa buruh harus dididik dan dilatih untuk memiliki cara pandang dunia yang luas, yang tidak hanya berurusan dengan isi perut mereka saja, tetapi menyentuh semua aspek kehidupan: seni, sastra, sains, kebudayaan, sejarah, filsafat, dsb.
Pertentangan antara “teori” dan “praktek”, antara “para teoretikus intelektual” dan “para aktivis tulen”, antara “tendensi Marx” dan “tendensi Weitling”, masih mewarnai gerakan sampai hari ini. Akan tetapi, bahkan “para aktivis tulen” yang mengumbar bahwa mereka tidak membutuhkan teori, yang mengatakan dengan bangga bahwa mereka cukup bersandar pada “kehendak murni rakyat yang tertindas” sebagai sumber inspirasi dan pemikiran mereka, pada akhirnya meminjam teori-teori politik yang sudah ada, dengan sadar maupun tak sadar. Teori-teori politik yang sudah ada ini, yang dominan di dalam masyarakat, tidak lain adalah teori-teori borjuis. Ini karena kelas yang berkuasa mempertahankan kekuasaannya tidak hanya dengan senjata dan kekerasan, tetapi terutama dengan nilai-nilai, moralitas, gagasan, dan filsafat. Mereka berkuasa tidak hanya dengan polisi dan tentara saja, tetapi juga dengan para nabi-nabi bayaran mereka, yang mereka tempatkan di sekolah-sekolah, kantor-kantor media, tempat-tempat ibadah, dan di setiap sudut dimana rakyat ingin mencari pengetahuan. Di satu pihak, rakyat tertindas dibuat percaya bahwa masyarakat kapitalis adalah bentuk yang paling alami, yang tanpanya umat manusia akan punah. Di lain pihak, dan ini yang lebih penting, rakyat pekerja yang melawan dalam setiap langkahnya dijauhkan dari kesimpulan-kesimpulan revolusioner. Gerakan perlawanan mereka dirasuki dengan berbagai macam gagasan asing, yang di permukaan tampaknya radikal tetapi sebenarnya tidak memiliki konten revolusioner sama sekali, dan yang tujuan utamanya adalah mengandaskan usaha rakyat pekerja untuk merebut kekuasaan dan menumbangkan kapitalisme. Inilah mengapa perjuangan ideologi di dalam gerakan menjadi begitu pentingnya, mengapa kerja propaganda yang sabar di antara massa buruh, untuk meluaskan pandangan mereka, adalah prasyarat dasar untuk kemenangan proletariat.
Bukan untuk alasan sembarangan Marx dan Engels – dan juga banyak pemikir dan pejuang Marxis lainnya – memproduksi begitu banyak karya. Karya-karya ini ditulis bukan untuk memenuhi rasa keingintahuan pribadi mereka, tetapi sebagai bagian dari polemik atau perseteruan gagasan di dalam gerakan. Marx dan Engels tidak membatasi diri mereka hanya pada pertanyaan-pertanyaan konkret dan segera yang dihadapi oleh gerakan, tetapi juga mengenai “doktrin-doktrin yang jauh dari dunia kehidupan rakyat yang menderita” – yang sebenarnya hanya tampak jauh bagi mereka-mereka yang pikirannya sempit dan rabun jauh. Misalnya, Engels menulis “Asal Usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi Dan Negara”, sebuah karya antropologi yang mengupas evolusi kehidupan masyarakat primitif. Para kritikus “praktis” kita mungkin akan bertanya dengan nada mengejek: apa gunanya semua ini untuk gerakan buruh dan aksi mogok? Hanya ini: karya Engels tersebut menjadi dasar bagi teori Marxis mengenai Negara, yang dikembangkan lebih jauh oleh Lenin dalam “Negara dan Revolusi” dan menjadi fondasi teori bagi kaum Bolshevik untuk meremukkan Negara Kapitalis dan membangun Negara Buruh pada Revolusi Oktober 1917. Karya Engels yang “jauh dari dunia kehidupan rakyat yang menderita” itu menjadi dasar untuk kemenangan Revolusi Oktober, peristiwa terbesar di dalam sejarah dunia yang menjadi pemantik dan inspirasi dari hampir semua revolusi pada seluruh abad ke-20. Inilah mengapa teori bukanlah semacam pilihan tambahan, yang bisa dilakukan kalau ada waktu dan kesempatan saja.
Sering kali sikap “anti teori” ini juga merefleksikan semacam keangkuhan terhadap kaum buruh, bahwa buruh tidak akan sanggup – dan juga tidak mau – membaca dan mengkaji teori. Menurut para Weitling ini, buruh cukup diberitahu mengenai penindasan yang mereka alami, diajari bagaimana mengorganisir demo, diadvokasi, dsb. Tetapi, buruh yang maju sebenarnya haus akan gagasan dan teori. Mereka ingin memahami dunia di sekitar mereka. Mereka tidak perlu diberitahu hal-hal yang sudah mereka ketahui sendiri, bahwa mereka tertindas oleh majikan mereka, bahwa ada pengangguran yang tinggi, bahwa ada kemiskinan, bahwa mereka tinggal di rumah-rumah yang tak layak, dsb. Mereka ingin tahu mengapa dunia ini sedemikian rupa, apa yang terjadi di Rusia pada 1917, apa itu Marxisme, bagaimana kapitalisme lahir dan berkembang, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang bersifat teoritik. Marx dan Engels menulis terutama untuk buruh, dan demikian juga buku ini ditujukan untuk buruh.
Akan cukup berguna bagi kita untuk mengupas sedikit mengenai latar belakang buku ini dan penulisnya. Mengapa dan bagaimana sebuah buku ditulis, dan siapa yang menulisnya, adalah sama pentingnya dengan konten buku tersebut. Hanya dengan demikian kita bisa lebih menghargai keseluruhan dari buku ini.
Diterbitkan pertama kali di Inggris pada 1995, buku ini adalah buah kolaborasi antara Ted Grant (1913-2006) dan Alan Woods (1944 - ). Keduanya adalah aktivis Marxis di Inggris dan teoretikus utama dari organisasi International Marxist Tendency (IMT). Sejak umur 14 tahun, Ted Grant telah menapak jalan perjuangan. Ketika dia bergabung dengan gerakan komunis pada akhir 1920an, sebuah gejolak besar sedang terjadi di dalam gerakan komunis internasional antara faksinya Leon Trotsky melawan faksinya Josef Stalin, yakni antara tendensi proletariat melawan tendensi birokratisme. Ted Grant sendiri sejak awal sudah berdiri di sisi faksi Leon Trotsky dan tidak pernah berpaling sampai akhir hayatnya.
Kegagalan revolusi-revolusi di negeri-negeri kapitalis maju di Eropa Barat menyusul Revolusi 1917 di Rusia – yang menurut Lenin tanpanya maka “revolusi Rusia akan menemui kehancuran” – menyebabkan keterisolasian Uni Soviet. Di tengah keterisolasian dan keterbelakangan ekonomi, teknologi dan budaya, revolusi proletariat di Uni Soviet akhirnya tercekik. Birokrasi muncul dan merebut kekuasaan politik dari kaum proletariat Uni Soviet. Stalin menjadi personifikasi dari birokrasi ini, yang lalu melikuidasi secara fisik dan ideologi semua warisan Revolusi Oktober.
Ada sungai darah yang memisahkan rejim Stalin dan Revolusi Oktober, antara Stalinisme dan Bolshevisme (Marxisme). Walau di sini bukan tempatnya untuk menganalisa Stalinisme, kami cukup memberikan fakta “kecil” ini untuk membuktikan pernyataan sebelumnya: dari 30 anggota Komite Pusat Bolshevik saat Revolusi Oktober 1917, yakni kepemimpinan tertinggi Partai Bolshevik yang memenangkan Revolusi, 18 dari mereka dieksekusi oleh rejim Stalin, dan hanya 4 yang selamat (termasuk Stalin sendiri); 8 lainnya “beruntung” meninggal secara alami sebelum 1927, yakni sebelum kaum birokrasi dan Stalin naik ke tampuk kekuasaan. Jadi, 18 dari 22 pemimpin tertinggi Revolusi Oktober, atau 80% dari mereka, entah dengan satu cara atau lainnya ditemukan bersalah oleh rejim Stalin sebagai “pengkhianat revolusi”, “agen imperialis”, “kaki tangan fasis”, dan 1001 tuduhan tak-masuk-akal lainnya. Nasib yang sama juga menimpa hampir semua kader Bolshevik Tua, yakni mereka-mereka yang telah lama berjuang bersama Lenin. Mereka dibuang ke Siberia untuk mati perlahan-lahan atau dieksekusi di gedung Lubyanka. Fakta ini saja sebenarnya sudah cukup untuk membantah pernyataan bahwa Stalin adalah penerus Lenin, sebuah pernyataan yang kerap dibuat oleh para musuh sosialisme yang ingin menyamakan sosialisme dengan karikatur buruk dan kejam dari rejim birokratik Stalinis.
Leon Trotsky, dan murid-muridnya seperti Ted Grant, berjuang dengan keras kepala untuk melawan Stalinisme dan menyelamatkan tradisi Revolusi Oktober. Perjuangan mereka sebagian besar adalah perjuangan ideologi, yakni perjuangan untuk mengklarifikasikan kembali gagasan Marx, Engels, dan Lenin. Semua yang dilakukan oleh Trotsky sampai akhir hayatnya adalah untuk membersihkan panji Marxisme agar bisa digunakan oleh proletariat sebagai senjata ideologi mereka untuk meruntuhkan kapitalisme. Buku ini ditulis oleh Ted Grant dan Alan Woods dengan semangat yang sama, terutama pada periode pasca runtuhnya Uni Soviet.
Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 merupakan pukulan telak bagi gerakan revolusioner. Keruntuhan Uni Soviet disajikan oleh para kapitalis sebagai bukti kegagalan Marxisme. Pada kenyataannya apa yang gagal di Rusia bukanlah Marxisme tetapi karikatur birokratisnya. Kaum kapitalis dan para akademisi bayaran mereka segera meluncurkan ofensif ideologis untuk mengubur Marxisme selama-lamanya. Berbagai buku ditulis untuk merayakan kemenangan kapitalisme atas sosialisme, sementara para “Marxis” didikan rejim Stalinis dan partai-partai “komunis” sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan serangan ideologi borjuis ini, karena Marxisme mereka adalah Marxisme kaku yang formalis. Seperti yang ditulis di buku ini: “Di tangan birokrasi [Stalinis], filsafat Marxisme (yang mereka sebut “diamat” atau singkatan dari dialektika materialisme) diubah menjadi dogma yang mandul, atau sebuah varian dari sofisme yang digunakan untuk membenarkan segala manuver dari para pemimpinnya.” Justru kebanyakan dari mereka dengan tergesa-gesa mencampakkan Marxisme, seperti tikus-tikus yang lari dari kapal yang terbakar.
Buku “Nalar yang Memberontak” ini ditulis dan diterbitkan dengan latar belakang politik demikian. Ketika ideologi revolusioner tengah digempur dan demoralisasi merasuki gerakan sampai ke sumsum-sumsumnya, tugas yang paling mendesak adalah membela gagasan-gagasan dan teori-teori dasar Marxisme. Ini ada kesamaannya dengan yang dilakukan oleh Lenin menyusul kekalahan Revolusi 1905. Kekalahan Revolusi ini membuka gerbang untuk periode reaksi dari 1907-1910, yang digambarkan Lenin seperti berikut: “Tahun-tahun reaksi (1907-1910). Tsarisme menang. Semua partai revolusioner dan oposisi remuk. Depresi, demoralisasi, perpecahan-perpecahan, pertikaian, pengkhianatan dan percabulan menggantikan politik. Ada pergeseran yang semakin besar ke arah filsafat idealisme; mistisisme menjadi kedok dari sentimen-sentimen kontra-revolusioner.” Apa yang Lenin lakukan? Dia menerbitkan sebuah buku filsafat yang tebal dan padat pada 1909, “Materialisme dan Empirio-Kritisme”, untuk kembali mengklarifikasikan filsafat Marxisme. Tentunya buku ini tidak bisa disamakan dengan bukunya Lenin, tetapi semangat yang menjiwainya sama: klarifikasi gagasan Marxisme di tengah badai kebingungan ideologi yang melanda gerakan.
Sudah lebih dari 20 tahun sejak buku ini pertama kali diterbitkan dan tentunya sejak itu sains sudah berkembang lebih jauh. Penemuan-penemuan baru, data-data baru, dan eksperimen-eksperimen baru telah mengklarifikasi sejumlah pertanyaan yang diajukan di buku ini, entah secara positif maupun secara negatif. Tetapi buku ini ditulis bukan sebagai kata akhir untuk sains, bukan sebagai prediksi bola-kristal mengenai sains. Buku ini ditulis sebagian besar sebagai pengamatan umum mengenai perkembangan sains modern, yang kalau dikaji secara cermat akan kita temui garis-garis umum Marxisme di dalamnya. Pada analisa terakhir, buku ini ditulis bukan untuk kepentingan akademis semata, tetapi sebagai bagian penting dari usaha aktif dan sadar manusia untuk membebaskan dirinya dari belenggu kekuatan-kekuatan yang tidak dipahaminya dan tidak dikontrolnya – yang dalam kapitalisme adalah kekuatan pasar bebas dan kapital – dan melompat ke ranah kebebasan.
Ted Sprague. Kamis, 30 Juli 2015.

Jual Buku Sedikit Penjelasan Tentang Soal Soal Trotskisme oleh Roestam Effendi

Jual Buku Sedikit Penjelasan Tentang Soal Soal Trotskisme  oleh Roestam Effendi
Sedikit Penjelasan Tentang Soal Soal Trotskisme
oleh Roestam Effendi
Harga Rp 170.000
Tahun 1950
Penerbit Patriot Djakarta
Tebal 53hlmn
Kondisi : bekas, ada parap di sampul, isi bersih

Juall Buku PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN, Penulis :Inu Kencana Syafii MSi.

Juall Buku PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN, Penulis :Inu Kencana Syafii MSi. Buku PENGANTAR ILMU PEMERINTAHAN,
Penulis :Inu Kencana Syafii MSi.
Harga Rp 38.000
Penerbit : Refika Aditama
Berat : 0.30 kg
Tahun : 2010

Jual Buku Politik, Birokrasi Dan Pembangunan Penulis : Mochtar Mas'ud.

Jual Buku Politik, Birokrasi Dan Pembangunan Penulis : Mochtar Mas'ud.Politik, Birokrasi Dan Pembangunan
Penulis : Mochtar Mas'ud
Harga Buku : Rp 25.000
Penerbit : Pustaka Pelajar
Berat : 300gr
Kondisi Baru

Deskripsi
Tema sentral buku ini adalah masalah pemberdayaan rakyat sebagai tujuan pokok pembangunan dan tantangan serta dilema-dilema yang melingkupinya. Bahwa sementara perbaikna telah terjadi dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, namun banyak persoalan berat masih juga belum ditangani dengan baik. Salah satu penyebab kesulitan itu bisa dipahami kalau kita melihat kembali pendekatan pembangunan yang berlaku. Yang bertarung dalam arena politik selama ini adalah pendukung pendekatan EKONOMI SEBAGAI PANGLIMA melawan pendukung strategi POLITIK SEBAGAI PANGLIMA.
Dinamika pergaulan kedua kelompok inilah yang sangat menentukan proses pembangunan Indonesia. sementara para pendukung pendekatan MORAL SEBAGAI PANGLIMA yang menegaskan pemerataan sebagai persoalan utama tidak banyak memperoleh dukungan politik. Buku ini memuat usulan mengenai tindakan-tindakan yang bisa dilakukan untuk menciptakan dukungan politik itu.

Jual Buku PEMBARUAN DESA Mencari bentuk Penataan Produksi Desa. Penulis MANGKU PURNOMO

Jual Buku PEMBARUAN DESA;Mnecari bentuk Penataan Produksi Desa. Penulis MANGKU PURNOMOJudul PEMBARUAN DESA; Mencari bentuk Penataan Produksi Desa.
Harga Rp 25.000
Penulis MANGKU PURNOMO
Penerbit Lapera
Kondisi Stok lama

Jual Buku Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan dan Bali

Jual Buku Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan dan BaliJudul  Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-nilai Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan dan Bali
Harga Rp 49.000 OFF
Pengarang Zuhro, R. Siti
Kategori Demokrasi-Bali-Sumatera Barat-Sulawesi Selatan-Jawa Timur-budaya Politik Lokal
Bahasa Indonesia
Penerbit Ombak
Tahun 2009
Tebal xviii + 296 hlm;
Ukuran 15,5 x 24 cm
ISBN/ISSN 978-602-8335-09-6


Abstract/Notes Studi yang dilakukan oleh Tim Peneliti The Habibie Center ini dapat membantu menjelaskan sejauh mana nilai-nilai budaya demokrasi telah berkembang di masyarakat lokal di Indonesia. Dengan kata lain, sejauh mana nilai-nilai budaya feodal telah berhasil disingkirkan dan digantikan oleh nilai-nilai budaya demokrasi. Studi ini juga diharapkan bisa menunjukkan apa saja kendala yang dihadapi dalam proses transisi dari budaya feodal ke budaya demokrasi.

Studi ini menarik untuk dibaca karena ia menyajikan beberapa temuan penting tentang budaya politik lokal yang ada sekarang ini. Kajian ini tidak saja penting dan relevan bagi akademisi dan peneliti, tapi juga penting bagi masyarakat luas yang berminat mengetahui dan mempelajari perkembangan demokrasi di Indonesia.
Maswadi Rauf
(Guru Besar FISIP Universitas Indonesia)


Buku ini pada dasarnya hendak memeriksa hubungan timbal balik antara "Budaya-demokrasi serta demokrasi-budaya" menurut keragaman kelompok budaya-politik. Yang ingin dilihat bukan hanya bagaimana corak budaya lokal mempengaruhi proses demokratisasi, tetapi juga bagaimana perkembangan demokratisasi yang digulirkan, termasuk di dalamnya kebijakan otonomisasi, mempengaruhi budaya politik lokal.
Dengan demikian, perkembangan budaya politik bisa dilihat sebagai proses dialektika antara kesinambungan dan perubahan. Juga bisa diidentifikasi unsur-unsur budaya mana yang kompatibel dengan nilai-nilai demokrasi, serta kebijakan politik macam apa pula yang bisa membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan budaya masyarakat.
Dengan upaya seperti itu, diharapakan bisa diidentifikasi khasanah kebudayaan lokal macama apa yang bisa dipertahankan, dan unsur-unsur inovasi apa saja yang bisa didifusiakan ke dalam proses belajas sosial secara kolektif, dakam usaha menyehatkan perkembangan demokrasi di Indonesia.
Yuda Latif (Direktur Eksekutif Reform Institute)

Kamis, 30 Juli 2015

Jual Buku In Memoriam Prof, Khaidir Anwar Penulis: Zaiyardam Zubir

In Memoriam Prof, Khaidir Anwar
Penulis: Zaiyardam Zubir
Harga: Rp. 150.000
ISBN: 9789791587648
Stock buku: Persediaan terbatas
Jumlah halaman: 775
ukuran: 15 x 20.5
Bahasa: Indonesia
Terbit : April 2009 by Minangkabau Press


Sinopsis: Dalam beberapa dekade terakhir, kebudayaan kita telah melakukan perantauan yg jauh kenegeri asing & sekali-kali pulang kampung dengan wajah malu-malu. tetapi ada juga yg `merantau ke china`, karena tak pernah kembali lagi kekampung halamannya. Dia menjadi si `Anak hilang` yg terlupakan.

PRAKATA viii Editor KATA SAMBUTAN xiii Dekan Fakultas Sastra Unand PENGANTAR xviii Edi Utama DAFTAR ISI Bagian Pertama : Ditengah Keluarga 1 Mengenai Papa 3 Dewi fortuna Anwar 2 Papa di Tengah Keluarga 13 Sri Danti 3 Mengenal Prof Khaidir Anwar 17 Desi Anwar BAGIAN KEDUA: TENGAH MAHASISWA DAN HANDAI TOULAN 27 1 Memories of Pak Khaidir 29 Nigel Phillips 2 Khaidir Anwar: Potret Guru & Cendekiawan Sejati 33 Yusmami Djalius 3 Obituary Khaidir Anwar (1932-95): a Personal Memoir 45 C W Watson

“Inti sari budaya itu ialah penghargaan terhadap DEN sebagai individu dan kami yang terdiri dari pada DEN yang merdeka” Khaidir Anwar.
One evening about sunset I was talking to Pak Khaidir in front of the house. He was dressed in songkok and shirt and kain, looking no different from millions of other Indonesian men in the villages. The though struck me: This “typical Indonesian villager” is Dr. Khaidir Anwar, the scholar you were used to seeing sitting in the Senior Common Room in SOAS, as often as not reading Le Monde or Die Zeit, an intellectual cosmopolitan completely at home in European culture. (C.W. Watson).

Perhatian beliau kepada ilmu dan esensi tugas pejabat dan dosen di perguruan tinggi juga terungkap dalam komentar beliau ketika upacara sumpah rektor usai, “Tidak ada di antara isi sumpah itu yang berupa janji untuk meningkatkan ilmu pengetahuan”. (Prof. Bustanudin Agus)
Papa paling jengkel jika saya menanyakan arti kata-kata setiap kali saya membaca dan menemukan kata-kata yang baru. Papa selalu mengatakan saya harus melihat kamus dan mencatat setiap kata baru yang saya temukan dalam buku catatan. Katanya jika saya hanya menanyakan saja arti kata-kata tersebut, tanpa upaya untuk menemukannya sendiri dari kamus, saya akan cepat lupa lagi. Papa membelikan saya bermacam-macam kamus. Sepertinya, setiap saya menanyakan sesuatu Papa akan pergi ke luar dan membeli kamus baru. Saya sempat meragukan keahlian Papa dalam urusan berbahasa Inggris. Pernah saya meminta bantuan Papa dalam mengerjakan PR sastra Inggris, tetapi nilainya tidak begitu bagus. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi meminta bantuan Papa dalam menyelesaikan PR. (Dewi Fortuna Anwar)



Jual Buku Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufik Kemas Imran Hasibuan & Muhammad Yamin

Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufik Kemas Imran Hasibuan & Muhammad Yamin Jembatan Kebangsaan: Biografi Politik Taufik Kemas Imran Hasibuan & Muhammad Yamin |
Harga Rp 40.000
Q Comunication
Penerbit :Rumah kebangsaan
Cetakan : pertama 2008
Tebal 319hlm
Kondisi : ada stempel perpus, hal pertama dan terakhir agak kotor, sampul pojok bawah ada bekas lubang rayap 1cm

Jual Buku Jakarta Untuk Rakyat, Penulis: Lukman Mokoginta

Jual Buku Jakarta Untuk RakyatPenulis:     Lukman Mokoginta Jakarta Untuk RakyatPenulis:     Lukman Mokoginta
Terbit:     1999
Harga  Rp 35.000 OFF
Bahasa:     Indonesia
ISBN:     9794166006
Sampul:     Soft Cover
Tebal:     288
Berat Buku:     300.gram
Ukuran:     20,5X14,5
Kondisi:     stok lama, Bagus

Rabu, 29 Juli 2015

Jual Buku Aksi Massa Penulis : Tan Malaka

Jual Buku Aksi Massa Penulis : Tan MalakaJudul Aksi Massa
Penulis : Tan Malaka
Harga : Rp 28.000 OFF
Penerbit : Narasi
Tebal : 148 halaman
Cetakan : 2014

Jual Buku The Last Words of Chrisye Penulis : Alberthiene Endah

Jual Buku The Last Words of Chrisye Penulis : Alberthiene EndahJudul : The Last Words of Chrisye
Penulis : Alberthiene Endah
Harga Rp 60.000TERJUAL
Penerbit : Gramedia
Tebal : 404 Halaman
ISBN : 978 979 22 5655 0
Kondisi Baru, stok lama

Sinopsis :
Apa yang dirasakan seseorang ketika ia mengetahui hidupnya tak akan lama lagi?

Selama hampir setahun menggarap buku biografi Chrisye sepanjang tahun 2006, Alberthiene Endah tak hanya mampu menggali kisah hidup menarik sang legenda, tapi juga menyaring curahan hati yang sangat bernilai dari diri seorang Chrisye. Obrolan heart to heart seusai makan malam mencuatkan bagaimana perasaan, pikiran, dan perenungan Chrisye saat melewati rentang masa setahun terakhir hidupnya. Batinnya mengalami metamorfosis rasa dari kecemasan menghadapi hari akhir, kesedihan meninggalkan kariernya, hingga kepasrahan dan sikap realistis untuk mengisi sisa hidup dengan penuh rasa syukur...

Sebuah hikmah yang menarik bagi kita untuk bisa menghargai setiap detik yang kita miliki.

***

Saya, jujur saja sangat jarang membaca buku biografi. Bukan termasuk selera saya. Dan buku ini saya dapatkan dari sebuah obral buku yang diadakan oleh salah satu sahabat BBI. Awalnya saya benar-benar tak mengira bahwa buku ini adalah buku tentang Chrisye yang melewati masa-masa terakhirnya. Dan, saya benar-benar bersyukur saya mendapatkan buku ini (dengan harga murah pula) dan seperti yang tertulis pada sampul buku ini, "Bacalah! Anda akan menghargai hidup yang Anda miliki" saya benar-benar merasa beruntung.

Pada dasarnya saya suka dengan tulisan-tulisan AE, bahkan saya mengkoreksi novel-novelnya.
 Tetapi untuk karya AE yang berupa biografi, saya baru membaca buku ini dan 'Ken dan Kaskus'. Gaya bertutur AE yang membuat saya tetap bisa menikmati buku ini, belum lagi banyaknya foto yang juga ditampilkan. Benar-benar bisa membuat saya hanyut saat membacanya.

Mengetahui bahwa terdapat penyakit yang serius dalam tubuh dan bahwa usia kita tak lagi lama, ah...membayangkannya saja saya sudah ngeri. Banyak hal langsung terlintas dalam benak saya, tidak hanya tentang diri saya sendiri tetapi juga tentang mereka yang saya cintai. Ah, berat! Melalui buku ini, AE coba mengajak kita untuk belajar dari pengalaman perjuangan Chrisye melewati masa-masa sulitnya.

Sosok Chrisye yang sesungguhnya diungkapkan di dalam buku ini. Sosok seorang suami juga ayah, yang mungkin selama ini siapa dia dan bagaimana dia hanya diketahui oleh istri dan anak-anaknya. Sosok yang mungkin tampak luar terlihat sombong dan begitu eksklusif, sebenarnya ada sosok yang humoris dan hangat. Mungkin juga banyak orang yang melihatnya sebagai sosok yang angkuh, namun sebenarnya ada pribadi yang juga rapuh di dalamnya. Bahkan terkadang ia menolak di wawancara, juga menjauhkan keluarganya dari sorotan kamera.

Chrisye melakukan semua itu justru karena ia takut dirinya berubah. Ia ingin tetap menjadi seorang Chrisye yang membuka pagar pintu rumahnya dengan tenang, dan anak-anaknya menyambut sebagai seorang ayah, bukan sebagai Chrisye si penyanyi kondang. - hal 221

Banyak hal bisa dipelajari dalam buku ini. Tidak saja tentang perjalanan Chrisye tetapi juga bagaimana keluarganya, istri dan anaknya. Kadang hal yang paling utama saat menjaga orang sakit yang terkadang terabaikan adalah kondisi si penjaga itu sendiri. Bagaimana menghadapi seorang yang biasanya dijadikan pegangan, secara mendadak justru menjadikannya pegangan.

Semua ada hikmahnya, namun bagaimana usaha kita untuk akhirnya mengetahui apa hikmah dibalik apa yang terjadi dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup, itu juga tidak lebih mudah dari apa yang dijalani.

Kemudian satu hal yang pasti, bahwa keluarga adalah tempat kita kembali.

4/5 bintang untuk pelajaran yang sangat berharga.

Jual Buku Soekarno: Leadership Secrets of Soekarno Penulis: Argawi Kandito

Jual Buku Soekarno: Leadership Secrets of Soekarno Penulis: Argawi KanditoJudul Soekarno: Leadership Secrets of Soekarno
Penulis: Argawi Kandito
Harga: 33.000
Edisi: Cet. 1
Tahun: 2011
Ukuran: 13 x 20 cm
Jml Hlm:134
ISBN 13: 978 602 96828 8 5
Kondisi Stok lama, Baru, 1 buah

Sinopsis
Terlepas dari segala kontroversi yang ada mengenai sosok Soekarno (biarlah sejarah yang memutuskan......), perjalanan hidup dan kepemimpinannya tetap menjadi satu sumber nilai tersendiri yang tentunya masih perlu terus digali. Buku ini, selain sebagai KADO ISTIMEWA bagi Sang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, adalah bagian dari upaya penggalian nilai-nilai tersebut. Keistimewaan buku ini ialah pendekatannya yang tak lazim, karena penulisnya menggunakan pendekatan  metafisik-spiritual, dan dengan demikian buku ini bisa dikatakan sebagai "autobiografi" yang mungkin tidak biasa sekaligus luar biasa

Jual Buku Hamengkubuwono IX : Dari Serangan Umum 1 Maret sampai Melawan Soeharto, Penulis K. Tino

Jual Buku Hamengkubuwono IX : Dari Serangan Umum 1 Maret sampai Melawan Soeharto,  Penulis K. Tino Judul Hamengkubuwono IX : Dari Serangan Umum 1 Maret sampai Melawan Soeharto
Harga Rp 35.000 OFF
ISBN 9789793065571
Penulis K. Tino
Penerbit Navila
Tanggal terbit 2010
Jumlah Halaman 197
Berat 380gram
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) 14 x21cm

Peranan Hamengkubuwono IX dalam Serangan Umum 1 Maret sudah banyak diketahui. Pun, perlawanannya terhadap Suharto ketika menjadi Wakil Presiden sudah banyak diuraikan. Namun peranan Hamengkubuwono IX sebagai agen CIA masih misteri, dan seringkali menjadi desas-desus semata.

Konon ada tiga tokoh yang disebut-sebut sebagai agen CIA untuk menghancurkan PKI> Mereka adalah Suharto, Adam Malik, dan Hamengkubuwono IX. Baik Suharto dan Adam Malik sudah banyak dikupas oleh para ahli sejarah. Akan tetapi, buku yang mengupas keterlibatan Hamengkubuwono IX belum ada,.

Buku ini mencoba menelusuri semua misteri dan desas-desus itu, melalui pengumpulan data-data yang membuktikan benar tidaknya Hamengkubuwono IX agen CIA. Kita akan terperangah dengan penemuan-penemuan yang ada di dalamnya. Satu titik sejarah negeri ini akan terurai dengan gamblang.

Jual Buku JOSEPH STALIN, A Short Biography Penulis: G.F. Alexandrov

Judul : JOSEPH STALIN
Harga Rp 35.000 OFF
A Short Biography
Penulis: G.F. Alexandrov, M.R. Galaktionov, V.S. Kruzhkov, M.B. Mitin, V.D. Mochalov, P.N. Pospelov
Penerjemah : Suparyakir
Penerbit : Kreasi Wacana
Tebal : 206 halaman
Kondisi Baru, segel lepas, bersih

Jual Buku Abraham Lincoln, Bapak Demokrasi Sepanjang Masa oleh A Faidi S Hum

Jual Buku Abraham Lincoln, Bapak Demokrasi Sepanjang Masa oleh A Faidi S HumAbraham Lincoln
Harga Rp 40.000 OFF
Bapak Demokrasi Sepanjang Masa
oleh A Faidi S Hum
Kulit mUka: Soft Cover
ISBN : 6027968982
ISBN13 : 9786027968981
Tanggal Terbit : Agustus 2014
Bahasa : Indonesia
Penerbit : IRCiSoD
Dimensi : 200 mm x 140 mm


Setiap menyinggung soal sistem pemerintahan yang kuat, kita sering kali mendengar ungkapan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Nah, ungkapan tersebut pertama kali dikeluarkan oleh Abraham Lincoln saat ia berpidato di Gettysburg.
Meskipun sangat singkat, namun ungkapan Lincoln tersebut telah menjelma mantra. Mantra yang mampu menyihir masyarakat dunia untuk membangun dan menciptakan pemerintahan yang benar-benar mengagungkan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itulah, Lincoln diakui oleh Amerika dan dunia sebagai peletak dasar nilai-nilai demokrasi yang sebelumnya sudah tidak berdaya di hadapan sistem lainnya.
Lantas, bagaimanakah pemikiran, kiprah, dan kegigihan atau perjuangan politik Lincoln dalam memperjuangkan sistem demokrasi hingga ia mampu meretas batas-batas dunia? Bagaimana perjalanan hidupnya sejak kecil hingga ia meninggal dunia?
Nah, buku ini mengulas secara detail tentang sosok Bapak Demokrasi sepanjang masa tersebut. Kematiannya yang misterius juga diungkap secara terbuka dan sistematis di sini. Apresiasi dari berbagai belahan dunia bagi Lincoln pun tidak luput dari bagian pembahasan di dalam buku ini.
Selamat membaca!

Biografi dan Aktivitas Keseharian Abraham Lincoln
Karier Politik Abraham Lincoln
Peran, Pemikiran, dan Perjuangan Abraham Lincoln
Misteri seputar Kematian Abraham Lincoln
Abraham Lincoln di Mata Dunia, dll.

Judul An Indonesian Renaissance : Kebangkitan Kembali Republik Perspektif H.S. Dillon



Jual Buku  An Indonesian Renaissance : Kebangkitan Kembali Republik Perspektif H.S. Dillon
Judul An Indonesian Renaissance : Kebangkitan Kembali Republik Perspektif H.S. Dillon  Harga 50.000
ISBN 9789797096731
Penulis J.b. Soedarmanta
Penerbit Kompas
Tanggal terbit November - 2012

Buku ini mengemukakan contoh dan kasus rinci tentang kelalaian bangsa membangun landasan yang kokoh karena tidak memberikan perhatian yang penuh kepada petani, buruh perkebunan, dan nelayan.
Oleh karena itu, peryataan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 masih belum menjadi kenyataan bagi rakyat pedesaan. H.S. Dillon mendesak agar upaya menjebol kelembagaan ekstraktif warisan kolonial melalui reforma agraria yang sudah diundangkan tahun 1960 kini saatnya direalisasikan. Kita yang berpihak kepada rakyat terpinggirkan, serta prihatin dengan ketergantungan terhadap pangan impor akan menemukan beragam perspektif dan rangsangan dalam buku ini.






Selasa, 28 Juli 2015

Jual Buku Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 : Dilema Politik Islam dalam Peradaban Modern

Jual Buku  Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 : Dilema Politik Islam dalam Peradaban Modern  Judul Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 : Dilema Politik Islam dalam Peradaban
Modern
Harga Rp 60.000
Penulis Abdul Munir Mulkhan dan Bilveer Singh
Penerbit Kompas
Tanggal terbit Mei - 2011
Jumlah Halaman 392
Berat   490
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) 140x210mm
ISBN 9789797095642
Kondisi Baru, segel lepas

SINOPSIS BUKU - Demokrasi di Bawah Bayangan Mimpi N-11 : Dilema Politik Islam dalam Peradaban Modern
Sikap umat Islam soal demokrasi sungguh beragam. Ada yang sepenuhnya menolak. Sebagian lagi menjadikannya sasaran antara.

Namun, ada pula yang justru menerima, karena dipandang sesuai dengan nilai-nilai keamanusiaan dalam ajaran Islam. Masih terus hidupnya gagasan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan bagian dari dinamika ini.
Gagasan NII oleh banyak pihak diletakkan sebagai turunan dari sistem ajaran Islam yang hampir bebas dari kritik. Karenanya, wacana NII masih kerap muncul dan ikut mewarnai dinamika politik nasional. Ada kecenderungan yang menempatkan praktik demokrasi sebagai sasaran antara bagi realisasi gagasan ideal politik Islam berbasis pemikiran Yusuf Qardhawi sebagai referensi utama.
Penulis menjelaskan hubungan romantisme gagasan negara Islam dan sistem khilafah yang telah disebutkan dengan doktrin syariat, sekaligus memotret peta dinamika pemeluk Islam dalam wacana perpolitikan nasional. Bagaimana umat Islam sebagai golongan mayoritas menyikapi praktik demokrasi, lembaga-lembaga donor Barat, peran perempuan di luar ranah domestik, kesetaraan gender, serta sistem politik-pemerintahan yang dicita-citakan.
Buku ini pun coba menjelaskan munculnya inovasi ijtihad dalam merespons gelombang demokrasi yang tengah melanda kawasan Timur Tengah, soal bagaimana gerakan Islam mencoba "mendamaikan" ide syariat, yang bersumber pada wahyu yang dipandang sakral dan mutlak, dengan ide demokrasi yang berasal dari peradaban Barat yang bersifat profan dan relatif.

Jual Buku Sisters in paradise Pengarang: Swan, May

Jual Buku Sisters in paradise Pengarang: Swan, MaySisters in paradise
Pengarang: Swan, May
Harga Rp 55.000
Penerbit: Ultimus
Tahun Terbit: 2008
Kertas & Halaman: 204 Halaman
Ukuran Buku: 14.5 x 21 Cm
ISBN : 978-602-833-101-2
Kondisi Baru, stok lama

Jual Buku Saru Siku 1998 Jiwa Jiwa Yang Menyerah dan Kalah Penulis Otto Sukatno

Buku : Saru Siku 1998 Jiwa Jiwa Yang Menyerah dan Kalah
Penulis Otto Sukatno
Harga Rp 20.000
Ukuran 12 x 18cm
Kondisi Bagus, stok lama, bukan bekas

Jual Buku KAIDAH TERBANG LEBAH (kumpulan Kolom Kamisan) penulis HASAN ASPAHANI.

Jual Buku  KAIDAH TERBANG LEBAH (kumpulan Kolom Kamisan) penulis HASAN ASPAHANI.Judul : KAIDAH TERBANG LEBAH (kumpulan Kolom Kamisan)
penulis HASAN ASPAHANI.
Harga Rp 25.000
Penerbit Koekoesan
Kondisi Baru, stok lama

Jual Buku Pembangunan Desa; Mulai dari Belakang Penulis : Robert Chambers

Jual Buku Pembangunan Desa; Mulai dari Belakang Penulis : Robert ChambersJudul : Pembangunan Desa; Mulai dari Belakang
Penulis : Robert Chambers
Harga  : Rp 55.000 TERJUAL
Penerjemah : Pepep Sudradjat
Pengantar  : M. Dawam Rahardjo
Penerbit   LP3ES, Cet. 1, Jakarta,1987
Tebal  : 314 hlm.
Ukuran     : 15 cm x 22 cm
Kondisi Bekas, langka, lumayan, sampul agak lusuh, isi cukup bersih


Dalam buku yang merupakan terjemahan ulang hasil karya Robert Chambers, mengulas habis permasalahan konsep pembangunan yang didominasi oleh kaum professional (kemudian disebutkan dalam buku ini ‘orang luar’) serta gagasan-gagasan luar biasa berupa otokritik terhadap biasnya pengetahuan dalam permasalahan pembangunan. Buku ini mengungkapkan kenyataan bahwa sebagian besar penduduk dunia bermukim di pedesaan, telah menjadikan masalah pembangunan desa sebagai isu hanggat di berbagai Negara Dunia Ketiga, utamanya dalam pembangunan yang selalu berorientasikan pada pengentasan kemiskinan. Menurut Chambers, kemiskinan di daerah pedesaan dan orang miskin di negara-negara yang sedang terbelakang tercecer jauh dari kemajuan-kemajuan lain yang dicapai oleh negara-negara yang sedang berkembang. Pada saat ini ada 800 juta manusia di negara yang sedang berkembang yang terperangkap dalam ‘kemiskinan mutlak’. Kemiskinan mutlak ini, adalah suatu kondisi hidup yang ditandai oleh kurang gizi, tunaaksara, wabah penyakit, lingkungan kumuh, mortalitas bayi yang tinggi, dan harapan hidup yang begitu rendah, seakan-akan tidak pantas untuk martabat manusia. Kondisi hidup seperti ini sama dengan apa yang kami sebut di atas sebagai lingkaran setan kemiskinan. Kalau demikian halnya, pertanyaan selanjutnya adalah mengapa itu terjadi. Chambers dalam bukunya memberikan beberapa alasan. Yaitu, mengapa sampai kemiskinan di daerah pedesaan sampai terlupakan atau ia sebut dengan istilah unperceived. Alasan utama adalah adanya prasangka.
Ada enam prasangka atau bias yang disebut oleh Chambers sebagai penyebab mengapa kemiskinan di pedesaan menjadi terlupakan: (1) prasangka spasial, (2) prasangka proyek, (3) prasangka kelompok sasaran, (4) prasangka musim kemarau, (5) prasangka diplomatis, dan (6) prasangka profesional. Prasangka-prasangka itu dapat diartikan sebagai metode bagaimana informasi tentang orang miskin itu diperoleh baik para peneliti pedesaan maupun para perencana dan pelaksana pembangunan.
Kemiskinan pedesaan atau orang miskin di desa tidak terlihat di tepi jalan aspal yang mulus dekat kota. Juga tidak akan ditemui pada jalan besar desa atau di pojok desa tempat orang bertemu. Kemiskinan dan orang miskin di desa berada jauh dari jalan-jalan aspal atau jalan utama desa yang tak terlihat oleh peneliti maupun perencana serta pelaksana pembangunan. Karena pengumpulan data tentang desa biasanya berhenti di tempat sepanjang lalan utama desa itu. Orang-orang yang dihubungi dan didatangi oleh para peneliti dan perencana pembangunan pedesaan adalah bukan miskin di suatu desa. Yang didatangi adalah kepala desa, petani maju, dan lain-lain, tetapi bukan orang miskin. Informasi dari orang-orang ini yang sering dianggap ‘data’ yang penting dalam persiapan bentuk merencanakan suatu proses pembangunan desa. Logis apabila pembangunan pedesaan kemudian melupakan orang miskin itu sendiri. Di samping adanya prasangka-prasangka tersebut, persepsi ‘orang luar’ (atau para peneliti dan perencana pembangunan) yang keliru terhadap orang miskin menyebabkan persoalan kemiskinan di pedesaan menjadi lebih unperceived.
‘Orang luar’ adalah sebutan bagi orang-orang yang menaruh perhatian terhadap pembangunan desa, tetapi dirinya sendiri bukan warga desa apalagi miskin. Kebanyakan dari mereka adalah kepala kantor dan staf lapangan dalam organisasi pemerintahan di Dunia Ketiga. Termasuk juga di dalamnya, para peneliti akademis, pegawai badan-badan pemberi bantuan, bankir, pengusaha, konsul­tan, dokter, insinyur, wartawan, ahli hokum, politisi, ulama, pendeta, guru, pelatih di lembaga pendidikan dan latihan, pekerja lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok profesional lainnya. ‘Orang luar’ tidak merasakan kemiskinan orang desa. Mereka tertarik dan terperangkap dalam kelompok inti pekotaan yang mengembangkan dan menyebarkan ilmu dan kepandaian sendiri sementara kelompok pinggiran (miskin) pedesaan tersisih dan terlupakan. Pengalaman langsung kebanyakan ‘orang luar’ tentang kehidupan di desa, terbatas pada kunjungan singkat yang dilakukan tergesa-­gesa, yang bukan ‘turun ke bawah’ tetapi ‘turisme pembangunan’. Banyak deskripsi tentang kelompok miskin yang diungkapkan dalam buku ini. Anatara lain factor-faktor tentang gambaran kemiskinan yang suatu rumah tangga, antara lain rumah tangga yang miskin (tidak memiliki kekayaan sama sekali), rumah tangga yang lemah jasmani (lebih banyak tanggungan daripada sumber pendapatan), rumah tangga tersisish dari arus (terisolasi dari hal-hal luar/akses dari luar), rumah tangga yang rentan (kurang memiliki persiapan untuk kebutuhan hari depan), dan yang terakhir adalah keluarga tidak berdaya (kelemahan pengetahuan sehingga dapat dimanfaatkan oleh kaum yang lebih kuat)
Orang luar selalu melihat bahwa orang miskin itu miskin karena mereka bodoh dan malas. Tetapi data empirik membuktikan, tak mungkin orang miskin itu bodoh dan malas sebab untuk survive justru mereka harus cerdik dan ulet. Amati, umpamanya, pola kerja kelompok gelandangan. Mungkin, mereka lebih kerja keras daripada seorang pegawai negeri yang merencanakan pembangunan pedesaan. Selain deskripsi-deskripsi atas kemiskinan serta paradigma pembanguanan model lama diatas, dalam buku ini Chambers memberikan alternatif untuk membuat pembangunan pedesaan lebih berorientasi pada aspirasi kelompok miskin. Alternatif itu adalah mengajak kelompok miskin dalam proses perencanaan. Robert Chambers mengajukan satu model pendekatan dan arah gerak pembangunan yang terbalik atau berlawanan dengan yang sudah sangat mapan dipraktikkan. Dengan gerakan ‘arus baliknya’ menganjurkan agar arus informasi pembangunan yang selama ini hanya mengikuti jalur satu arah dari atas ke bawah (one way-top down information flow) diganti dengan arus informasi yang lebih berimbang, yakni arus informasi dua arah dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas (two way top down – bottom up information flow).
Dengan tesis pembangunan desa ‘mulai dari belakang’, Chambers berasumsi bahwa yang menjadi prioritas dan pelaku utama pembangunan desa ialah masyarakat atau rakyat desa. Adapun langkah-langkah (metode,cara) dalam proses belajar terbalik yang ada di akhir Bab buku ini, yaitu (i) dengan duduk, bertanya dan mendengarkan artinya mencoba untuk terbuka dan member ruang antar warga dalam kelangsungan berpikir, peneliti juga harus senantiasa mau mendengar sebagi proses belajar. (ii) belajar dari orang yang paling miskin, artinya mencoba mendengarkan dan belajar bagaimana orang paling miskin yang biasanya berpengetahuan level bawah ini mampu bertahan hidup serta memahami sebagai titik awal untuk meningkatkan taraf hidup mereka. (iii) mempelajari pengetahuan teknis pribumi asli, artinya mencoba menyamakan kedudukan antara pengethauan peneliti dengan pengetahuan setempat dalam memikirkan hal-hal yang nantinya dibangun bersama-sama. (iv) penelitian dan pengembangan bersama, artinya mencoba menganalisis masalah, menggali potensi secara bersama-sama untuk membuat suatu gagasan meningkatkan taraf hidup mereka sesuai kondisi yang dipunyai. (v) belajar sambil bekerja, artinya mencoba belajar serta menerapkan langsung praktek dalam proses bekerja secara langsung. (vi) permainan simulasi, artinya peneliti mencoba untuk belajar dan menghayati kehidupan orang miskin dengan benar-benar menjadi orang miskin. Dengan ‘belajar terbalik’ Chambers ingin menjadikan desa atau orang desa sebagai pusat pembelajaran ilmu pembangunan desa yang sah dan otentik.
Review Buku
‘Catatan Proses dan Sebuah Alternatif : Pemetaan Kemiskinan di Desa, Kabupaten Boyolali’
Penulis : Akbarudin Arif,dkk
Buku ini diterbitkan sebagai sebuah laporan atas upaya untuk memberikan jawaban salah satu dari tiga premis asumsi untuk menemukan model pemetaan dan strategi penanggulangan kemiskinan dengan melibatka masyarakat. Jika selama ini masyarakat selalu diposisikan sebagai obyek , maka pada buku ini merupakan hasil sebuah proses dimana masyarakat dicoba untuk diposisikan sebagai subyek atas alternative pemecahan masalah kemiskinan di masing-masing desa. Buku ini berisi penggalian terhadap pengetahuan warga mengenai konsep kemiskinan yang mereka ketahui, dan mencoba memfasilitasi pengetahuan masyarakat terhadap pengetahuan tersebut kedalam penanggulangan kemiskinan yang mendera mereka. Dalam buku ini, meyakini bahwa seharusnya proses demokratisasi harusnya berkolerasi positif dalam pengentasan kemiskinan. Karena didalam demokrasi, bukan lagi menempatkan masyarakat menjadi obyek, akan tetapi menjadikan rakyat sebagai subjek atas pembangunan. Akan tetapi pada kenyataanya di negeri ini masih belum bergeser ke pola lama, yaitu top down bukan bottom up. Penentu kemiskinan, penentuan objek kemiskinan, penyusunan program pengentasan kemiskinan masih cenderung di dekte oleh pemerintah. Bukan berarti pola ini tidak bermanfaat, akan tetapi pola ini mempunyai beberapa kelemahan:
Bias latar belakang
Bias pendefinisian yang berimplikasi pada bias penentuan obyek
Rendahnya aspek pemberdayaan terhadap masyarakat dan si miskin
Terkadang tidak singkron dengan situasi lokalnya
Rendahnya pemberdayaan lembaga lembaga yang ada di struktur bawah
Terjadinya pelanggengan sub-ordinasi structural.Selalu menempatkan si miskin sebagai obyek kebijakan dan bukan sebagai subyek dalam penyusunan program kebijakan. Dalam buku ini mencoba untuk melakukan sebuah pendekatan yakni menemukan model pemetaan dan strategi penanggulangan kemiskinan berbasis warga sebagai sebuah alternative. Lokasi yang dipilih adalah desa Bangak, desa Banyudono dan desa Teras kabupaten Boyolali.
Dalam buku ini, menjelaskan bahwa mengenali kemiskinan dan mengenal siapa itu si miskin ternyata tidak mudah. Apalagi mendefinisakanya dan kemudian memetakan siapa sebenarnya si miskin itu. Berbeda dengan pendekatan Bradley R. Schiller yang menulis the economic of provety and discrimination, yang mengunakan pendekatan absolute approach dan relative approach dalam mengenal kemiskinan dan menentukan siapa si miskin. Dalam buku ini pendekatan yang digunakan dengan melibatkan unsur warga, sebagai subyek kemiskinan itu sendiri. Dengan pengertian sederhana, yaitu kemiskinan itu pasti ada sebabnya. Jika sebab itu bisa ditemukan dan diharapkan akan mampu mengentaskan dirinya dari kemiskinan itu sendiri. Dengan melakukan beberapa kali FGD (focus group discussion) di masing-masing RT ditemukan 8 tahapan penanggulanagan kemiskinan berbasis RT,sbb :
Mendefinisikan dengan mendiskusikan dan mengkritisi program-program penanggulangan kemiskinan yang ada. Tahap awal dalam mengenali kemiskinan dengan mendiskusikan program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan dimasing-masing desa. Lalu mencoba mengukur sejauh mana program ini berjalan serta melihat ke efektifan atas program-program tersebut.
Menentukan akar kemiskinan. Membagi kemiskinan melalui akar penyebab, yaitu kemiskinan karena ekonomi, kemiskinan karena pendidikan serta pengetahuan yang rendah, kemiskinan karena factor kesehatan, kemiskinan karena sikap mental yang cenderung ke gaya hidup, kemiskinan sarana dan prasarana, dan yang terakir adalah kemiskinan yang disebabkan akses akan program pemerintah.
Membuat definisi keluarga miskin per akar. Menentukan definisi keluarga miskin melaluiakar yang disebutkan diatas. Bagaimana karakteristik kemiskinan yang melanda dimasing-masing desa dan melihat kecenderunganya dengan melihat aspek-aspek pengetahuan warga.
Maaping/memetakan keluarga miskin dalam komunitas RT. Membuat peta distribusi sebaran kemiskinan di masing-masing komunitas keluarga. Indicator nya di dapat dari akar-akar kemiskinan diatas.
Mengukur potensi dan kelemahan di tiap KK. Mendiskusikan sumber daya apa saja yang dimiliki di masing-masing desa. Memetakan kebutuhan warga, dengan melihat potensi-potensi yang ada.
Membuat visi dan misi secara kolektif. Penyusunan visi misi penangulangan kemiskinan adalah pemahaman konsep dan bagaimana cara merumuskanya. Visi disusun atas sesuatu yang nyata pada saat ini. Visi dimasing-masing desa akan berbeda, karena keadaan yang diinginkan sangatlah beda dan diseuaikan dengan temuan-temuan serta kesepakatan masing-masing warga. Sedangkan misi adalah strategi untuk mencapai visi tersebut, dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau hambatan.
Menyusun program aktifitas. Menyusun beberapa program sesai dengan kesepakatan pada masing-masing warga, RT Tegalharjo memilih untuk beternak bebek, ini didasar potensi yang dimiliki atau ketrampilan yang dimiliki warga yaitu beternak bebek dan sumber alam yang memadahi. Sedangkan dilain RT ingin membuat bank RT, atau simpan pinjam. Dengan alasan dana akan bisa dipakai untuk cadangan kebutuhan dan mampu dinikmati oleh banyak orang dengan cepat.
Menyusun strategi monitoring dan evaluasinya. Monitoring dan evaluasi masing-masing program dilakukan oleh warga sendiri, dengan mekanisme yang disusun oleh warga sendiri berdasarkan kesepakatan.
Model ini diyakini menjanjikan dinamika yang lebih hidup jika dilihat dari situasi yang dipelajari, situasi yang diproyeksikan dan strategi pecapainya yang dibawah control warga sendiri. Artiya ada pergeseran strategi kepemilikan program, dari yang biasanya pemerintah ataupun program lembaga lain yang menyusun untuk menjadi program warga. Model ini mengutamakan aspek pemberdayaan langsung, dengan memberikan kepercayaan sepenuhnya bahwa sebenarnya rakyat biasapun mempunyai kemapuan untuk mengatasi maslah yang mereka hadapi. Pennanggulanagan akar ekonomi masih menjadi arus utama dari opini warga. Walaupun ada keswadayaan warga membutuhkan dukungan dari berbagai pihak utamanya soal fasilitas pengetahuan, ketrampilan, dan pendanaan, sehingga bisa terjadi perceatan kesejahteraan. Catatan dari proses kegiatan ini adalah perlunya desa untuk proaktif dalam mengakses anggaran public dari kabupaten misalnya, sehingga lebih banyak anggaran yang bisa dikelola langsung oleh masing-masing desa. Pada giliranya warga local juga perlu proaktif membangun mekanisme akses anggaran public yang ada di desa. Model ini masih perlu diperbaiki, misalkan pada tahapan penggalian keinginan dari masyarakat yang seharusnya menjadi penggalian kebutuhan masyarakat.
Buku :
Chambers Robert. PEMBANGUNAN DESA (Mulai Dari Belakang). 1983. LP3S : Jakarta. Penerjemah : Pepep Sudradjat
Arif Akbarudin. Catatan Proses dan Sebuah Alternatif : Pemetaan Kemiskinan di Desa, Kabupaten Boyolali. 2005. LeSKAP : Surakarta.

Senin, 27 Juli 2015

Jual Buku ANTI DUHRING Penulis FRIEDeRICH ENGELS

Judul ANTI DUHRING
Penulis FRIEDeRICH ENGELS
Harga Rp 95.000
Kondisi Baru, stok lama

Jual Buku Semiotika dan Hipersemiotika Kode, Gaya & Matinya Makna ≈ Yasraf Amir Piliang

Jual Buku  Semiotika dan Hipersemiotika Kode, Gaya & Matinya Makna ≈ Yasraf Amir PiliangJudul : Semiotika dan Hipersemiotika
Kode, Gaya & Matinya Makna
≈ Yasraf Amir Piliang
Harga Rp. 89.000
Penerbit: Jalasutra
Ukuran: 15 x 24 cm
Halaman: 430
Berat: 427 gram

Ulasan Editorial
Buku ini dimulai dari definisi semiotika oleh Umberto Eco yang mengatakan bahwa semiotika “pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta.” Definisi Eco ini meski sangat mencengangkan banyak orang –secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta didalam wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri. Lebih lanjut Eco mengemukakan: “Bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran: ia pada kenyataannya tidak dapat digunakan untuk “mengungkapkan” apa-apa. Saya piker definisi sebagai teori kedustaan sudah sepantasnya diterima sebagai program komprehensif untuk semiotika umum.

Terkait definisi itu, Yasraf mengembangkan konsep hipersemiotika, meski pun tidak dengan sendirinya hipersemiotika dapat diartikan sebagai teori kedustaan. Awalan hipersemiotika - yang bermakna melampaui – memperlihatkan bahwa hipersemiotika bukan sekedar teori kedustaan, akan tetapi teori yang berkaitan dengan relasi-relasi lainnya yang lebih kompleks antara tanda, makna, dan realitas, khususnya relasi simulasi. Dari pembahasan tersebut, Yasraf  lalu menerapkan kajiannya untuk membedah gaya, kode hingga matinya makna, dan ditutup dengan penerapan semiotika dalam metode penelitian interpretatif, iklan, agama, dan cultural studies pengkajian tanda.

Buku ini, sebagai suatu buku utuh, berhasil memperlihatkan secara menyeluruh dan secara rinci tentang (bahasan)nya. Pemaparan deskriptif informative nyaris leksikografis, yang menuntut ketekunan cermat ini, sangatlah berharga sebagai suatu tahapan dasar untuk melakukan refleksi lebih mendalam dan substansial selanjutnya atas kipra peradaban mutakhir dunia kita ini.

Judul Jelajah Imajinasi: kiat jitu menulis fiksi Penulis Sugiharto, R. Toto

Jual Buku Jelajah Imajinasi: kiat jitu menulis fiksi, Penulis Sugiharto, R. TotoJudul Jelajah Imajinasi: kiat jitu menulis fiksi
Penulis Sugiharto, R. Toto
Harga Rp 25.000
Bahasa Indonesia
Penerbit Pustaka Aufa
Tahun 2007
Tebal 152 p.;
Ukuran 18 x12 cm.
ISBN/ISSN 979-25-6590-7

Jual Buku Pantun Melayu, Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara, Penulis Abd. Rachman Abror

Jual Buku Pantun Melayu, Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara, Penulis  Abd. Rachman AbrorJudul : Pantun Melayu, Titik Temu Islam dan Budaya Lokal Nusantara
Harga : Rp. 91.000
Penulis : Abd. Rachman Abror
Edisi : Cet. 1
Tahun : 2009
Ukuran : 14,5 X 21 cm
Jml Hlm : 416
ISBN : 979-1283-92-3
ISBN 13 : 978-979-1283-92-2


Sinopsis :
PANTUN merupakan salah satu genre puisi Melayu tradisional yang paling akrab dalam kehidupan orang Melayu. Demikian dekatnya hubungan pantun dengan manusia Melayu sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pantun adalah Melayu dari segi manusia dan dunianya. Karena itu, pantun menjadi sarana paling efektif dalam mendokumentasikan dan mensosialisasikan nilai-nilai luhur agama dan adat kepada masyarakat Melayu.





Jual Buku Oposisi Sastra Sufi, Penulis: Aprinus Salam

Jual Buku Oposisi Sastra Sufi, Penulis: Aprinus SalamJudul : Oposisi Sastra Sufi
Penulis : Aprinus Salam
Harga : Rp. 51.000 dari 58,000
Edisi : Cet. 1
Tahun : 2004
Ukuran : 14, 5 x 21 cm
Jml Hlm : 218
ISBN : 979-3381-64-7
ISBN 13 : 978-979-3381-64-9
Kondisi   :       Baru, stok lama

Sinopsis :
PUNCAK sufisme adalah tercapainya 'ekstase' religius bagi hamba di hadapan Ilahi. 'Ekstase' tersebut dalam bentuk kesalehan yang sungguh-sungguh. dalam agama, pencapaian 'ekstase' menuju Ilahi melalui jalan sufis merupakan jalan yang sah. Pencapaian absolut dunia sufis, seperti yang "dibentangkan" Aprinus Salam dari ujarannya Sayyid Hossein Nasr, adalah: "...ia menjadi sumber batin kehidupan dan menjadi pusat yang mengatur seluruh organisme keagamaan Islam" (hlm. 28). Kajian Aprinus Salam dalam buku Oposisi Sastra Sufi menekankan sufis dalam spektrum-singgungan politik, khususnya yang terjadi dalam pergulatan politik di Tanah Air. Dengan memposisikan gerakan sufis sebagai lokomotif dan kekuatan moral dalam upaya melawan politik pada konteks saat itu (Orde Baru) yang hegemonis dalam ruang sosial umat-kemanusiaan. Di sini sufisme 'berpihak' pada kekuatan medium teks sebagai bahasa penyampainya, misalnya melalui syair-syair puisi sufis yang di dalamnya memuat (1) bahasa ketuhanan dan (2) bahasa sosio-politik. Lebih jelasnya lihat buku ini yang banyak menguraikan keduanya tersebut.

Jual Buku WANITA DI MATA WANITA; Perspektif sajak sajak Toety Heraty. Penulis SUGIHASTUTI,

Jual Buku WANITA DI MATA WANITA; Perspektif sajak sajak Toety Heraty. Penulis SUGIHASTUTI, Judul WANITA DI MATA WANITA; Perspektif sajak sajak Toety Heraty.
Penulis SUGIHASTUTI, 
Harga Rp 30.000
Pengantar RAHMAD DJOKO PRADOPO.
Kondisi Stok lama, lusuh, lembab bekas kena air, langka

Jual Buku METODOLOGI PENELITIAN SOSIOLOGI SASTRA Penulis DR SUWARDI ENDRASWARA MHum

Jual Buku METODOLOGI PENELITIAN SOSIOLOGI SASTRA Penulis DR SUWARDI ENDRASWARA MHumMETODOLOGI PENELITIAN SOSIOLOGI SASTRA
Penulis DR SUWARDI ENDRASWARA MHum
Harga Rp 55.000
Kondisi Baru

surat kecil umtuk tuhan

surat kecil umtuk tuhan
Harga Rp 36.000
Konduisi bagus

Jual Buku Bon Suwung : Antologi Cerpen, Penulis Gunawan Maryanto

Bon Suwung: Antologi Cerpen
Penerbit: Insist Press
Harga Rp 28.000
Penulis : Gunawan Maryanto
Terbit : Cet 1: 2005
Tebal : 152 Halaman
Ukuran Buku :14 x21
ISBN : 979-345-746-5
Kondisi  Stok lama, sampul bagus, isi utuh,

Ada tiga ciri cerpen Gunawan Maryanto: cerpen identik dengan puisi, cerpen adalah puisi, dan cerpen adalah dunia yang asing. Karena cerpen identik dengan puisi, maka Gunawan Maryanto bertitik berat pada retorika, bukan pada dua unsur utama cerpen-cerpen tradisional, yaitu penokohan dan alur. Cerpen adalah ilusi, dan karena itu, sebagian cerpen Gunawan Maryanto berdasarkan teks yang sudah ada sebelumnya, seperti novel, puisi, dan penelitian. Bahkan cerpen-cerpen Gunawan Maryanto yang tidak secara langsung merupakan ilusi pun tidak lepas dari teks-teks yang sudah ada sebelumnya. Retorika cenderung untuk tidak menyentuh realitas sebenarnya, sementara ilusi adalah teks yang secara tidak langsung diangkat ke dalam teks lain, dan karena itu jangan heran, manakala cerpen-cerpen Gunawan Maryanto `...menawarkan dunia yang asing`

Jual Buku Topeng Kayu (naskah drama) Penulis: Kuntowijoyo

Jual Buku Topeng Kayu (naskah drama) Penulis: KuntowijoyoJudul: Topeng Kayu (naskah drama)
Penulis: Kuntowijoyo
Harga Rp 75.000
Penerbit: Bentang Budaya
Tahun : 2001
Tebal: 266 halaman
Kondisi: Stok lama, bagus
Stok Kosong


Terkenal dengan beberapa karyanya seperti cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, novel Pasar dan Khotbah di Atas Bukit, serta dianggap sebagai salah satu sosok pembaharu sastra Indonesia lewat karya-karya puisi sufistiknya, dalam buku ini Anda akan menyimak naskah drama yang ditulis Kuntowijoyo. Karya drama ini ia tulis sebagai kritik terhadap kekuasaan apapun, yaitu kekuasaan ekonomi, ilmu, teknologi, birokrasi dan sebagainya yang menurutnya “cenderung menjadi sihir” mempesona sekaligus jahat yang bisa mendatangkan petaka bagi pemegangnya, terlebih mereka yang menjadi sasarannya. Ini adalah salah satu karya Kuntowijoyo yang hadir dalam bentuk lain dan patut dimiliki para pencinta sastra/budaya. Ditulis tahun 1972 dan meraih penghargaan Sayembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta pada 1973.

Jual Buku Jejak-jejak Kirdjomuljo / Ika Yuni Purnama.

Jual Buku Jejak-jejak Kirdjomuljo, Ika Yuni Purnama.Jejak-jejak Kirdjomuljo / Ika Yuni Purnama.
Harga Rp 27.000
Main Author: Purnama, Ika Yuni.
Language(s): Indonesian
Published: Yogyakarta : Galang Press, 2002.
Edition: Cet. 1.
Subjects: Kirdjomuljo.
Authors, Indonesian > Biography.
Art and literature > Indonesia.
Artists in literature.
Physical Description: v, 128 p. : ill. ; 19 cm.

Minggu, 26 Juli 2015

Jual Buku Asep Sambodja Menulis, Pengarang: Asep Sambodja (alm)

Jual Buku Asep Sambodja Menulis, Pengarang: Asep Sambodja (alm)Asep Sambodja Menulis
Penerbit : Ultimus
Harga Rp 85.000
Cetakan : 1, Mar 2011
Pengarang: Asep Sambodja
Halaman : xiv + 378
Dimensi : 14.0 X 20.0 cm
ISBN : 978-602-8331-36-4

Oleh : Slamet Wahedi
Sejarah sastra Indonesia adalah jejak rekam estetika yang ditulis di tengah ketegangan ‘intrik’ pelaku seni dan ambisi politik kekuasaan. banyak peristiwa dan sosok yang kadang terlupakan. Begitu juga banyak gagasan dan pernyataan yang perlu dipertanyakan.
Sejak awal perintisannya (meminja istilah A. Teeuw), kita sepakati pada 1920-an sejarah Indonesia bergerak dalam sangkar ’emas’. Pihak Belanda yang bertindak sebagai pemegang otoritas penerbitan membonsai dan mengebiri gagasan para pengarang dengan lembaga Balai Pustaka-nya. Bahkan lewat lembaga itu pula , pihak Belanda melabeli beberapa karya anak pribumi dengan tanda silang merh dan isu miring.
Pada masa pasca kemerdekaan, tepatnya pada 1960an, ketegangan sejarah sastra Indonesia semakin menmukan muaranya. Polemik kebudayaan antara Lekra dan Manikebu yang tanpa dihindari juga merupakan ketegangan politik, melahirkan kutub pahamsastra yang terus tarik menarik. Hingga kini, realisme sosialis yang diusung Lekra dan Humanisme Universal yang dikumandangkan Manikebu terus bergulat, bernegosiasi.
yang lebih parah keduanya pun saling sikut. Tak ayal, sejarah sastra yang lahir adalah sejarah sastra yang ditulis dan diperuntukkan orang-orang berkuasa. Dengan kata lain, perjalanan sastra Indonesia mengalami reduksi kenyataan dan kebenaran.
Lalu, bagaimanakah seharusnya sejarah sastra itu ditulis dan dipahami? Mungkin jawaban atas pertanyaan itulah yang dicoba diemban buku Asep Samboja menulis, Tentang sastra Indonesia dan Pengarang-pengarang Lekra.
Mengenai sejarah sastra, buku ini menyarankan pentingnya dilakukanpenulisan ulang dari waktu ke waktu. Hal itu, menurut Asep, berdasar dua alasan. Pertama, bertambahnya jumlah satrawan dan karyanya seiring dengan perkembangan jaman. kedua, untuk leboh mengakomodasi banyaknya karya sastra yang lahir dalam rentang waktu tertentu (hal.9)
Penulisan ulang tersebut juga bisa dimaknai sebagai usaha merekonstruksi sejarah sastra Indonesia. Dengan demikian, beberapa kelemahan dan ‘kesalahan’ penyusunan sejarah sastra kita selama ini dapat disempurnakan. Kaburnya awal sastra Indonesia dan batasan hakikat sastra Indonesia dapat diteliti dan diungkap secara komprehensif. Pun, beberapa karya terabaikan dapat diselamatkan.
Buku yang dikumpulkan dari serakan tulisan almarhum Asep Sambodja di jejaring sosial facebook yang diniatkan sebagai ‘kado’ kenangan 100 hari kematiannya memuat sekitar 52 esai yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama tentang sastrawan dan karyanya dalam mengekslporasi dan pencapaian estetika. Bagian kedua berbicara tentang para pengarang Lekra. Mereka yang terusir dan karya-karyanya yang terabaikan.
Mengenai sastra Indonesia, Asep mencoba menyoroti fenomena dan bahaya kanonisasi sastra dan tarik ulur identitas sastra cyberpunk. Menurut dia , dua gejala kesustraan itu telah mengakibatkan terjadinya ‘perselingkuhan’ dan ketidakjujuran para pelaku seni tentang pencapaian estetika.
Perselingkuhan itu berkutat pada ranah mitos otoritas para empu kuasa estetika. Sedangkan ketidakjujuran yang bisa dirasakan misalnya penolakan anugrah  Magsaysay untuk Pramoedya Ananta Toer. Mereka-yang menolak- telah tidak jujur bahkan tidak adil atas capaian estetika seorang pengarang.
Selain persoalan sejarah sastra yang masih ‘buram’, Asep juga menaruh perhatian terhadap polemik sastra pusat (Goenawan Mohamas cs) dan sastra daerah (Bumiputra). Dalam empat esai bersambungnya, Asep secara panjang lebar mengurai paradoks dan misteri yang terselubung di tengah politik kebudayaan yag ditengarai hanya sebagai arena umpatan, makian, dan fitnahdaripada sebagai arena menemukan gagasan sastra Indonesia yang apik.
Jurnal Bumipoetra yang selama ini begitu gigih dan gencar menyerang Goenawan Mohamad cs dengan berbagai isu miring, terutama sastra perkelaminan, ternyata diam-diam juga memuat sastra yang berbau kelamin. Saya sama sekali tidak menganggap cerpen mini Hasan basri ini buruk. Justru sebaliknya, cerpen hasan basri ini puitis dalam menggambarkan perselingkuhan..yang saya pertanyakan, kenapa Boemipoetra bisa menerima cerpen Hasan Bisri, namun menolak novel Ayu Utami meskipun pada hakikatnya keduanya berbicara mengenai masalah yang sama? (hal.130)
Sedangkan mengenai para pengarang Lekra, Asep berani mengupayakan untuk mereka tempat yang layak. Dalihnya, semata-mata demi pembacaan sejarah sastra Indonesia yang lebih komprehensif. Bukan berdasar tendensi. Apalagi, ambisi politik kekuasaan.
Karena itu, bermunculanlah dalam tulisannya nama-nama pengagarang yang selama ini raib (atau diraibkan). Sebut saja Pramoedya Ananta Toer, A.S. Dharta, Putu Oka Sukananta, Chalik hamid, Mawie Ananta Jonie, H.R. bandaharo, Agam Wispi, dan Hersri Setiawan. Tidak hanya mengapresiasi dalam memberikan ruang nilai yang layak, Asep juga mencoba meluruskan berbagai isu yang sempat dipelintir oleh sebagian mereka yang kini memegang tampuk kekuasaan sastra.
*) Santri Ponpes Mathali’ul Anwar, Sumenep, bergiat di Bibliopolis dan Komunitas Rebo Sore
**) Jawa Pos, 3 April 2011