Selasa, 28 April 2015

Jual Buku Tidak Ada Negara Islam, Nurcholish Madjid - Mohammad Roem

Jual Buku Tidak Ada Negara Islam, Nurcholish Madjid - Mohammad Roem

Judul  : Tidak Ada Negara Islam (Surat-surat Politik Nurcholish Madjid – M. Roem)
Harga Rp 80.000
Penyunting  : Agus Edi Santoso
Penerbit   : Djambatan (Jakarta, 2000)
Kata Pengantar : Ahmad Syafii Maarif & Adi Sasono
Jumlah Halaman  : XXVII + 198 halaman

Sejak semakin intens mengerjakan skripsi, beberapa waktu belakangan, saya mencoba untuk mengisi weekend dengan beristirahat. Istirahat yang dimaksud bukan dengan jalan-jalan atau berwisata, melainkan dengan membaca buku-buku di luar tema skripsi (analisis wacana Liga Primer Indonesia di SCTV & Metro TV). Minggu ini, buku yang saya pilih untuk menemani weekend adalah Surat Menyurat antara Cak Nur (Nurcholish Madjid) dengan Pak Roem (M. Roem). Judulnya bombastis: Tidak Ada Negara Islam. Judul ini bisa jadi relevan untuk dibahas beberapa waktu terakhir, mengingat beberapa mahasiswa yang menghilang (konon) karena dicuci otaknya oleh NII (Negara Islam Indonesia). Dan, saya kira dengan membaca buku ini, saya (dan juga rekan-rekan) akan lebih terbuka dalam memaknai “Negara Islam” itu sendiri.

Tokoh besar memang tidak terlahir secara instan. Bisa jadi seluruh kehidupan mereka memang dihibahkan untuk memikirkan obyek perjuangan mereka. Bahkan dalam surat-menyurat yang sifatnya amat personal pun, kedua tokoh ini bisa membicarakan banyak permasalahan bangsa dan agama. Luar biasa!

Surat menyurat yang terjadi dalam kurun waktu Maret 1983 – September 1983 ini dimulai saat Amien Rais pada tahun 1982 menulis sebuah essay kontroversial di Majalah Panji Masyarakat berjudul “Tidak Ada Negara Islam”. Menurut Amien, negara Islam tidak ada tuntunannya baik dalam Al Qur’an maupun As Sunnah (Hal. XXII). Oleh karena itu, yang jauh lebih penting menurutnya adalah Islam menganjurkan agar suatu negara menjalankan etos Islam, menegakkan keadilan sosial dan menciptakan suatu masyarakat yang egalitarian ketimbang formalitas “negara Islam”. Beberapa negara di Timur Tengah memang berdasarkan Islam, tapi monarki. Suatu sistem yang sebenarnya begitu jauh dari konsep kepemimpinan ala Khulafaur Rasyidin.

Beberapa waktu kemudian essay itu ditanggapi oleh M. Roem di majalah yang sama. Beliau cenderung sepakat dengan apa yang telah disampaikan oleh Amien Rais. Menurut beliau, “Tidak saja sudah benar melainkan amat bijaksana, karena di Indonesia istilah itu (negara Islam) lebih baik jangan dipakai. Karena tidak sedikit orang yang tidak menyukainya, bahkan malah alergi” (hal. 2). Beliau melanjutkan dengan menyitir Shakespeare, what’s in a name?. Andaikata bunga mawar yang harus semerbak dinamakan orang bunga bangkai, ia akan masih harum semerbak (hal. 3). Sehingga, Negara Indonesia yang berbentuk Republik ini, menurut M. Roem jauh lebih dekat dengan sunnah daripada kerajaan (hal. 8). Tanggapan dari M. Roem tentang “Negara Islam” itulah yang kemudian menjadi pemantik suara pertama dari Cak Nur, tanggal 29 Maret 1983 dari Chicago.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar