Tampilkan postingan dengan label Harry A Poeze. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harry A Poeze. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Januari 2016

TAN MALAKA (dua Buku) Pergulatan Menuju Republik I Tahun 1897 - 1925 DAN II Tahun 1925 - 1945 ||PAKET LANGKA|

Jual Buku TAN MALAKA (dua Buku) Pergulatan Menuju Republik I Tahun 1897 - 1925 DAN II Tahun 1925 - 1945















Harga paket 950.000
Bundel Paketan
1.Tan Malaka
Pergulatan Menuju Republik I Tahun 1897 - 1925
(original)
Penerbit Grafiti,
Tahun : cetakan PERTAMA, Januari I988
Tebal xxxi + 400 halaman, foto, peta,
Ukuran 14x21cm
Kondisi: stok lama, tersimpan terbungkus plastik
~~~~~~~~~~~~~~~
2. Judul: Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1925-1945
Penulis: Harry A. Poeze
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti, 1999
Tebal: 414 halaman
Kondisi: stok lama, tersimpan terbungkus plastik


Dalam buku ini (aslinya berjudul, Tan Malaka: Levensloop van 1897 tot 1945, dan terbit tahun 1976 di Negeri Belanda) Poeze memuat riwayat hidup, perjuangan politik, dan perkembangan pemikiran Tan Malaka semenjak ia lahir ke dunia sampai menjelang akhir Agustus 1945. Penggalan terakhir kehidupannya yang dramatis, tetapi mengasyikkan itu, yaitu beberapa hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan Sukarno-Hatta sampai saat kematiannya yang tragis pada tanggal 19 Februari 1949, masih belum diungkapkannya di dalam buku ini. Ia memang berniat menulis penggalan terakhir ini secara khusus di dalam buku tersendiri. Sebagai seorang peneliti yang tekun, rajin, dan cermat, Poeze melalui karya ilmiahnya ini berhasil melukiskan kepada kita riwayat kehidupan Tan Malaka secara terinci dan kronologis. Ia boleh dikatakan berhasil mengungkapkan berbagai hal yang masih menjadi misteri bagi banyak orang tentang tokoh radikal yang militan ini. Tetapi tidak semua. Poeze sendiri; umpamanya, belum dapat menemukan dan menentukan dengan pasti tanggal dan tahun kelahiran Tan Malaka. Ia berhasil memperoleh berbagai data tentang itu, yaitu tahun 1893, tahun 1894, 14 Oktober 1894, tahun 1896, tahun 1897, dan tahun 1899. Poeze sendiri cenderung memilih kelahiran Tan Malaka pada tahun 1897, berdasarkan asumsi bahwa ia sudah masuk sekolah rendah (yang dikenal dengan sebutan Sekolah Kelas Dul) di Suliki pada tahun 1903, yang menurut perkiraannya menerima murid baru pada usia 6 tahun. Bagaimanapun, kecenderungan atau asumsi Poeze tersebut tetap saja bukan suatu kepastian. Oleh karena itu, tanggal dan tahun kelahiran tokoh ini sampai sekarang masih tetap merupakan suatu misteri.



Sabtu, 31 Mei 2014

Jual Buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid 2

Jual Buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia  Jilid 2 :Maret 1946 -nMaret 1947  Penulis : Harry A.Poeze
Judul : Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia
Jilid 2 :Maret 1946 -nMaret 1947
Harga Rp 95.000
Penulis : Harry A.Poeze
Penerbit : Pustaka Obor Indonesia, dan KITLV-Jakarta
Tahun 2008
ISBN : Dimensi :16 x 24 x 1 (softcover)
Tebal : 414 halaman (hvs)
Berat ; 800gram
Kondisi Baru

SINOPSIS
Tan Malaka (1894-1949) pada tahun 1942 kembali ke Indonesia dengan menggunakan nama samaran sesudah dua puluh tahun mengembara. Ia tinggal di sebuah kampung kecil di Jakarta dan kemudian bekerja sebagai mandor buruh tambang batu bara di Bayah, Banten Selatan. Pada masa Hindia Belanda ia bekerja untuk Komitmen (organisasi komunis revolusioner internasional) dan pasca- 1927 memimpin Partai repoeblik Indonesia yang ilegal dan antikolonial.

Menjelang kapitulasi jepang ia diutus ke Jakarta. Ia tidak diberi peranan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, toko Tan Malaka yang legendaris ini berkenan dengan pemimpin- pemimpin republik Indonesia: Soekarno, Hatta, dan Sjahrir. Ia memberi kesan yang mendalam dan segera terlibat dalam pembentukan kebijakan di tingkat tertinggi. Tetapi segera pula mereka tidak sejalan. Tan Malaka Menghendaki sikap tak mau berdamai dengan Belanda yang ingin memulihkan kembali kekuasaan kolonialnya. Ia memilih jalan ' perjuangan' dan bukan jalan ' diplomasi'. Januari 1946 Tan Malaka mendirikan Persatoean Perdjoeangan yang dalam beberapa bulan menjadi alternatif dahsyat terhadap pemerintah moderat. Dalam konfrontasi di Parlemen ia kalah dan beberapa minggu kemuan Tan Malaka dan sejumlah pengikutnya ditangkap dan ditahan tanpa proses sama sekali - dari Maret 1946 sampai September 1948. Tan Malaka selalu dihadapkan dengan empat sekawan pimpinan Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan Amir Sjarifoeddin serta gerakan komunis-sosialis yang berpengaruh dan yang menuduh Tan Malaka Sebagai penganut Trotsky.

Jual Buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia Jilid 1


Jual Buku Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia  Jilid 1 :Agustus 1945-Maret 1946  Penulis : Harry A.Poeze
Judul : Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia
Jilid 1 :Agustus 1945-Maret 1946
Harga Rp 95.000
Penulis : Harry A.Poeze
Penerbit Yayasan Obor Indonesia
Tahun  2008
ISBN ; 978-979-461-697-0
Dimensi ; 16 x 24
Jenis Cover ; soft cover
Berat Buku ; 600
Tebal 398hlm
Jenis Kertas ;Ikanova
Kondisi Baru

Tan Malaka sosok penuh misteri dalam kancah kemerdekaan RI baik di masa persiapan maupun perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari upaya kembalinya penjajah di Indonesia. Dengan menggunakan nama samaran, ia menulis berbagai artikel dalam surat kabar dan mempertahankan pandanganannya yang tidak kenal kompromi. Kedudukannya di Comintern dan keyakinanannya atas dialektika matrialisme telah menenggelamkan butir-butir local value Minangkabau dalam filsafatnya di mata musuhmusuhnya. Ia adalah pahlawan nasional yang potret dan biografinya tidak pernah tercantum dalam Album Pahlawan Bangsa.


Minggu, 13 April 2014

Sell Books > Jual Buku MADIUN 1948 PKI BERGERAK

Judul  :MADIUN 1948 PKI BERGERAK,
Penulis :Harry A Poeze,
Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun 2012
ISBN : 978-979-461-780-9
Dimensi :16 x 24 cm
Jenis Cover:soft cover
Berat Buku:630
Tebal :x+ 432 halaman
Kertas :HVS
Kondisi Baru.
Harga Rp.95.000,-


Pada tanggal 10 Agustus 1948, Moeso kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1926, sesudah pemberontakan komunis, ia menghilang, ke Moskow  dan mengabdikan dirinya pada Komintern – Komunis Internasional. Pada tahun 1936 sebagai agen rahasia Stalin, dengan sangat rahasia ia tinggal selama enam bulan di Surabaya untuk membangun kembali Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemudian ia bermukim di Uni Soviet dengan aktivitas utamanya sebagai penasihat untuk urusan Indonesia. Sesudah kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia II dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, PKI memperoleh posisi yang kuat di dalam Republik, tapi tetap mempertahankan eksistensinya yang setengah illegal. Anggota-anggotanya menyebar masuk ke dalam berbagai macama partai. Amir Sjarifoeddin, anggota rahasia PKI-pernah menjadi perdana menteri, tapi pada Januari 1948, ia mengundurkan diri. Kabinet di bawah pimpinan Wakil Presiden Hatta tampil tanpa mengikutsertakan komunis. Sementara itu, Soviet mengubah haluan politiknya menjadi beroposisi keras terhadap Barat. Moeso mendapat restu dari Moskow untuk melakukan reorganisasi terhadap PKI. Maka segera sesudah kedatangannya di Indonesia ia memaparkan sebuah haluan baru yang disebut ‘Djalan Baru’. Ini merupakan perubahan radikal dari sikap PKI, yaitu konfrontasi terhadap pemerintah borjuis Soekarno-Hatta. Bahasa Moeso yang menghasut mendapat dukungan dari semua anggota PKI dan mengakibatkan ketegangan semakin memuncak, serta terpecah-belahnya pendapat politik di kalangan tentara. Di Solo terjadi bentrokan sengit antara golongan militer dan politik. Kekalahan kaum kiri di sana menimbulkan reaksi di Madiun, sehingga terjadi perebutan kekuasaan oleh kaum komunis pada tanggal 18 September. Soekarno dan Hatta tampil menghadapi Moeso dan Madiun direbut kembali sepuluh hari kemudian. Dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk mematahkan seluruh perlawanan PKI. Bagi pemerintah peristiwa ini merupakan suatu ‘narrow escape’- bagaikan lolos dari lubang jarum.

Berdasarkan ada banyak bahan yang tidak dikenal, Harry Poeze dengan amat teliti menyusun kembali segala apa yang telah terjadi di seputar ‘Madiun’. Ia telah berhasil mengurai banyak teka-teki yang melatarbelakangi kejadian tersebut. Ia juga memberi jawaban, apakah persoalan ‘Madiun’ harus disebut sebagai peristiwa local saja, ataukah suatu perebutan kekuasaan oleh kaum komunis. Sampai sekarang masalah ini masih merupakan tema perdebatan seru, sebagaimana juga tampak dalam tinjauan historiografis yang tercantum dalam buku ini. Menurut hemat pengarang, sekarang debat itu bisa mendapatkan jalan keluarnya