Tampilkan postingan dengan label Zakiyuddin Baidawy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Zakiyuddin Baidawy. Tampilkan semua postingan

Senin, 28 September 2015

Islam Melawan Kapitalisme oleh Zakiyuddin Baidhawy

Jual Buku Islam Melawan Kapitalisme  oleh Zakiyuddin BaidhawyIslam Melawan Kapitalisme
oleh Zakiyuddin Baidhawy
Harga Rp 47.000 off
ISBN : 9791097399
Terbit : 8 Januari 2007
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Resist Books
Halaman : 262
Dimensi : 140 mm x 210 mm

"Jika hanya sebagai agama, Islam niscaya akan dengan mudah diterima oleh masyarakat Arab...[tetapi] kehadiran Islam adalah revolusioner, sebab ia menolak sistem ekonomi, sosial, dan politik dengan segala implikasi moralnya yang telah membusuk di zamannya(Asghar Ali Engineer) Sebagai sebuah peradaban, kapitalisme adalah peradaban yang pasti akan ambruk dan membusuk. Kegagalannya mulai terlihat nyata: kemiskinan yang kian meruyak, eksploitasi alam yang kian buas, dan konsumerisme yang semakin massif. Karena itu, sebuah alternatif terhadap kapitalisme mesti diajukan. Ditulis oleh seorang intelektual muda Islam, buku ini mengulas konsep-konsep keadilan ekonomi dan sosial. Tak hanya menentang kapitalisme, buku ini juga menantang segenap teori-teori keadilan kontemporer, seperti egalitarianisme radikal, teori prinsip perbedaan (John Rawls), teori sumberdaya (Dworkin), atau libertarianisme (Robert Nozick). Sebuah buku yang layak dibaca, bagi mereka yang percaya bahwa kapitalisme mesti dikubur, dan sebuah sistem alternatif mesti ditegakkan.

Jumat, 20 Maret 2015

Jual Buku Ambivalensi Agama, Konflik & Nirkekerasan Penulis:Zakiyuddin Baidhawy

Jual Buku  Ambivalensi Agama, Konflik & Nirkekerasan Penulis:Zakiyuddin Baidhawy
Judul Buku  Ambivalensi Agama, Konflik & Nirkekerasan
Penulis:Zakiyuddin Baidhawy
Harga:Rp. 45.000
Penerbit:LESFI
Tahun : 2002
Tebal:263 hlm
Kondisi:Stok lama

Dalam konteks sosial, agama tidak semata dimaknai sebagai ritus, liturgu, doa dan pengalaman mistik yang bersifat personal dan unik, namun juga hadir dengan fungsi manifest dan latent yang kadang tidak dikehendaki oleh pemeluknya sendiri. Di satu sisi, agama dapat menjadi sarana integrasi sosial, mengikat solidaritas sesame penganutnya dalam jamaah, gereja, sangha dan komunitas-komunitas keagamaan, wahana pencipta, pembangun, dan pemelihara perdamaian dan kedamaian; sekaligus instrument yang cukup efektif bagi disintegrasi sosial, menciptakan konflik, ketegangan, friksi, kontradiksi, dan bahkan perang, memandang outsider sebagai “kafir” yang harus diproselitisasi secara paksa di sisi lain.
Agama tampaknya selalau hadir dalam wajah ganda, ambivalensi yang sulit diurai dan dimengerti lebih-lebih bila penganutnya menempatkan diri sebagai actor sekali dan selamanya. Bukan pengamat apalagi peneliti. Bukan kritikus tapi pembela dan watchdog tradisi dan ortodoksi.