Editor : Francis Wahono, GS
Purwanto, Sigit Sukariadi
Harga : Rp. 45.000
Harga : Rp. 45.000
Penerbit : Cinde Books-Cindelaras
Kondisi : Segel,Baru
Ulasan:Menumbuhkan Gerakan Petani Organik
Salah satu program pendidikan dan pemberdayaan ekologis-ekonomis CINDELARAS PARITRANA adalah pendidikan pertanian organik secara partisipatif. Pendidikan tersebut dilakukan di komunitas desa atau dusun yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Memang kebanyakan petani secara umur sudah menjadi semakin tua, namun petani-petani muda yang bersemangat masih cukup ada. Tanpa pendidikan pertanian organik, pola pertanian yang dilakukan kebanyakan konvensional, yakni mempergunakan pupuk buatan, pestisida serta herbisida yang berlebihan bertahun-tahun. Tambahan lagi, benih-benih hibrida maupun hasil intervensi transgenik banyak masih menjadi andalan. Bibit lokal atau endemik masih kurang digunakan. Pendidikan pertanian organik selain memperkenalkan kembali penanaman benih lokal juga mendorong lebih banyak penggunaan pupuk kandang dan kompos serta pestisida dan herbisida alami. Banyak dari petani belum menyadari kalau penggunakan asupan kimia non-organik secara berlebihan menimbulkan ancaman kesehatan maupun merusak kualitas tanah mereka. Sementara itu bahan-bahan organik yang ada di sekitarnya bersifat menyuburkan tanah tidak banyak digunakan. Dari segi perhitungan bisnis, penerapan pertanian organik dalam jangka menengah dan panjang akan lebih menguntungkan selain juga menyehatkan manusia dan lingkungan.
Melihat keprihatinan tersebut, CINDELARAS PARITRANA mengajak petani muda dari 5 komunitas masing-masing mewakilkan 2 orang untuk belajar ekologi tanah dengan Wadah Belajar Petani di Godean. Pelatihan Ekologi Tanah (PET) adalah pendidikan untuk mengetahui kondisi tanah secara fisik, kimia dan biologi dengan alat sederhana. Artinya secara fisik bisa mengetahui struktur tanah, kemampuan tanah menyimpan air, udara tanah, dan daya kapiler tanah. Selain itu, secara kimia juga dapat mengetahui keasaman tanah, kapasitas tukar kation, uji mineral atau mengetahui kesuburan tanah. Secara biologi petani juga bisa mengetahui kehidupan tanah. Dalam PET tersebut tanah yang diuji sebagai bahan praktek adalah tanah dari lahan mereka sendiri. Cara ini untuk menyadarkan mereka agar mereka bisa memilih tindakan yang tepat terhadap tanah mereka sendiri. Setelah diuji mereka tahu lahannya sudah rusak akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia terus menerus.
Sepulang dari pelatihan tersebut, banyak petani yang semakin kuat untuk berubah sikap. Mereka memanfaatkan bahan organik yang ada di sekitar mereka dan sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia non-organik lagi. Sistem pertanian yang mereka terapkan tersebut mereka sebut dengan pertanian organik. Untuk menguatkan sistem pertanian organik yang mulai dijalankan, mereka yang ikut Pelatihan Ekologi Tanah sepakat untuk membentuk kelompok sebagai media bertemu mendiskusikan sistem pertanian yang dijalankan. Kelompok ini semula diberi nama ”Soko Alit”, kemudian pada perkembangannya berganti nama menjadi Petani Organik Cindelaras (POCi). Tujuan dibentuknya POCi adalah untuk memperkuat dan mengembangkan pertanian organik di komunitas masing-masing dan di komunitas lain dalam wilayah dampingan CINDELARAS PARITRANA. Kesepakatan tersebut didukung sepenuhnya oleh CINDELARAS PARITRANA. Dengan demikian, terjadi transformasi pengetahuan dari petani ke petani, sehingga lebih mudah diterima karena penyampaiannya dengan bahasa dan pengalaman para petani sendiri dalam mengelola lahan pertaniannya.
Balak: Membangun Paguyuban dan Menemukan Pestisida Nabati
Petani Organik Cindelaras (POCi) adalah sebuah kelompok yang beranggotakan petani dari komunitas Kleben, Jetis, Pakelan, dan Karangwuni. Masing-masing anggota mempunyai pengalaman spesifik untuk saling melengkapi dengan saling belajar satu dengan yang lain. Kleben dengan pengalaman pertanian organik padi, Jetis dengan pengalaman pertanian tumpangsari, Pakelan dengan pengalaman pertanian palawija lahan tadah hujan dan Karangwuni dengan biogasnya. POCi telah ikut mengembangkan pertanian organik di komunitas dampingan CINDELARAS PARITRANA pada kurun waktu 2006-2008, antara lain di Komunitas Balak, Payak, Pakelan, Karang Wetan, Karang Padang, Banjarsari, Kalidadap, Temben, bahkan di 3 desa di Naganraya, Acdeh: Cot Rambong, Cot Mee dan Kuala Tadu. POCi yang beranggotakan para petani organik, bersemangatkan ”Saka Alit” mempunyai harapan dari jumlah kecil para petani yang kecil pula, bila bersama-sama dan serempak, akan pula bisa menyangga gerakan besar pertanian organik di Indonesia. Kata ”POCi” sendiri menandai sebuah lambang tempat minuman, biasanya untuk menyedu teh, yang kendatipun kecil mungil bentuknya, tetapi mampu menyatukan orang dan membentuk komunitas, yang saling mendukung, saling asah-asuh, yang akan mampu menggerakkan masyarakat lebih luas mengubah diri dari bertani secara konvensional menjadi bertani secara organik. Begitu cita-cita, doa dan semangat yang mendasari kerja POCi.
Komunitas Balak di Cawas, Klaten memiliki lahan sawah yang luas dan sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Persoalan yang dihadapi pada waktu itu salah satunya di sektor petanian yaitu tanah pertanian semakin bantat (tanah kenyal dan mengeras), kebutuhan pupuk semakin banyak dan mahal, serangan hama keong semakin tak terkendali. CINDELARAS PARITRANA masuk komunitas Balak melalui sektor pertanian dengan mengadakan pelatihan pertanian organik dan ekologi tanah. Pesertanya ada 49 orang berasal dari wakil-wakil kelompok tani Desa Balak. Dalam pelatihan, proses yang terjadi adalah saling belajar dan berbagi pengalaman bertani. Hasilnya, mereka menemukan pestisida nabati untuk mengatasi serangan hama. Selesai pelatihan, mereka sepakat membentuk kelompok pertanian organik yang diberi nama ”Balak Gumbregah”. Kelompok tersebut sampai sekarang masih aktif dan mengembangkan diri membangun ekonomi berbasis pertanian organik dengan produksi beras organik, kompos, dan katul jahe yang pengolahannya memakai biogas dari bahan tlethong (kotoran) sapi.
Payak dan Pakelan: Pertanian Bersemangat Organik
Selain di Balak, CINDELARAS PARITRANA juga masuk komunitas Payak, Bantul, DIY, lewat sektor pertanian. Pertanian komunitas Payak adalah lahan sawah dengan pola tanam ”padi-padi-palawija.” Persoalan yang dihadapi Payak waktu itu di antaranya lahan sempit, kebutuhan sarana pertanian semakin tinggi dan harga semakin mahal serta bagaimana agar tanah sisa galian pembuatan batu bata bisa ditanami lagi. Untuk masuk sektor pertanian komunitas Payak, CINDELARAS PARITRANA bekerja sama dengan POCi mengadakan Pelatihan Ekologi Tanah (PET) dan pertanian organik. Peserta pelatihan 35 orang bapak-bapak dan ibu-ibu. Pelatihan dilakukan dengan diskusi dan praktek, yaitu pembuatan kompos, pestisida nabati, dan uji tanah dengan alat sederhana. Setelah tahu hasilnya mereka semangat untuk bertani organik, apalagi dalam pelatihan tersebut juga ada praktek membuat kompos atau pupuk organik yang terbukti ramah lingkungan.
Selain mengembangkan pertanian organik di komunitas lain, POCi memperkuat pertanian organik di komunitasnya sendiri (komunitas anggota POCi) yaitu di Pakelan, Moyudan, Sleman, DIY. Pakelan adalah komunitas yang sebagian besar warganya sebagai petani. Pertanian di Pakelan adalah setengah tadah hujan dengan pola ”padi-padi-palawija” itu pun jika airnya lancar. Materi pelatihan di Pakelan meliputi: PET, pertanian organik dan mengulas tentang sistem tumpangsari baik teori maupun praktek. Peserta pelatihan ada 14 orang, 3 di antaranya perempuan. Dalam pelatihan tersebut petani Pakelan mengajak 4 petani dari Sejati Pasar ikut ngangsu kawruh dalam POCi. Selesai pelatihan para peserta semakin kuat untuk bertani organik dan membentuk kelompok Petani Organik Guyup Rukun(POGR) yang anggotanya adalah petani dari Pakelan dan Sejati Pasar. Dengan POGR mereka mempunyai tujuan untuk mempererat gotong-royong dan bertekad menjadi ”pioneer” di lingkungan mereka dan menjadi fasilitator di tempat-tempat sekitarnya.http://lembagasemai.blogspot.com
Salah satu program pendidikan dan pemberdayaan ekologis-ekonomis CINDELARAS PARITRANA adalah pendidikan pertanian organik secara partisipatif. Pendidikan tersebut dilakukan di komunitas desa atau dusun yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Memang kebanyakan petani secara umur sudah menjadi semakin tua, namun petani-petani muda yang bersemangat masih cukup ada. Tanpa pendidikan pertanian organik, pola pertanian yang dilakukan kebanyakan konvensional, yakni mempergunakan pupuk buatan, pestisida serta herbisida yang berlebihan bertahun-tahun. Tambahan lagi, benih-benih hibrida maupun hasil intervensi transgenik banyak masih menjadi andalan. Bibit lokal atau endemik masih kurang digunakan. Pendidikan pertanian organik selain memperkenalkan kembali penanaman benih lokal juga mendorong lebih banyak penggunaan pupuk kandang dan kompos serta pestisida dan herbisida alami. Banyak dari petani belum menyadari kalau penggunakan asupan kimia non-organik secara berlebihan menimbulkan ancaman kesehatan maupun merusak kualitas tanah mereka. Sementara itu bahan-bahan organik yang ada di sekitarnya bersifat menyuburkan tanah tidak banyak digunakan. Dari segi perhitungan bisnis, penerapan pertanian organik dalam jangka menengah dan panjang akan lebih menguntungkan selain juga menyehatkan manusia dan lingkungan.
Melihat keprihatinan tersebut, CINDELARAS PARITRANA mengajak petani muda dari 5 komunitas masing-masing mewakilkan 2 orang untuk belajar ekologi tanah dengan Wadah Belajar Petani di Godean. Pelatihan Ekologi Tanah (PET) adalah pendidikan untuk mengetahui kondisi tanah secara fisik, kimia dan biologi dengan alat sederhana. Artinya secara fisik bisa mengetahui struktur tanah, kemampuan tanah menyimpan air, udara tanah, dan daya kapiler tanah. Selain itu, secara kimia juga dapat mengetahui keasaman tanah, kapasitas tukar kation, uji mineral atau mengetahui kesuburan tanah. Secara biologi petani juga bisa mengetahui kehidupan tanah. Dalam PET tersebut tanah yang diuji sebagai bahan praktek adalah tanah dari lahan mereka sendiri. Cara ini untuk menyadarkan mereka agar mereka bisa memilih tindakan yang tepat terhadap tanah mereka sendiri. Setelah diuji mereka tahu lahannya sudah rusak akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia terus menerus.
Sepulang dari pelatihan tersebut, banyak petani yang semakin kuat untuk berubah sikap. Mereka memanfaatkan bahan organik yang ada di sekitar mereka dan sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia non-organik lagi. Sistem pertanian yang mereka terapkan tersebut mereka sebut dengan pertanian organik. Untuk menguatkan sistem pertanian organik yang mulai dijalankan, mereka yang ikut Pelatihan Ekologi Tanah sepakat untuk membentuk kelompok sebagai media bertemu mendiskusikan sistem pertanian yang dijalankan. Kelompok ini semula diberi nama ”Soko Alit”, kemudian pada perkembangannya berganti nama menjadi Petani Organik Cindelaras (POCi). Tujuan dibentuknya POCi adalah untuk memperkuat dan mengembangkan pertanian organik di komunitas masing-masing dan di komunitas lain dalam wilayah dampingan CINDELARAS PARITRANA. Kesepakatan tersebut didukung sepenuhnya oleh CINDELARAS PARITRANA. Dengan demikian, terjadi transformasi pengetahuan dari petani ke petani, sehingga lebih mudah diterima karena penyampaiannya dengan bahasa dan pengalaman para petani sendiri dalam mengelola lahan pertaniannya.
Balak: Membangun Paguyuban dan Menemukan Pestisida Nabati
Petani Organik Cindelaras (POCi) adalah sebuah kelompok yang beranggotakan petani dari komunitas Kleben, Jetis, Pakelan, dan Karangwuni. Masing-masing anggota mempunyai pengalaman spesifik untuk saling melengkapi dengan saling belajar satu dengan yang lain. Kleben dengan pengalaman pertanian organik padi, Jetis dengan pengalaman pertanian tumpangsari, Pakelan dengan pengalaman pertanian palawija lahan tadah hujan dan Karangwuni dengan biogasnya. POCi telah ikut mengembangkan pertanian organik di komunitas dampingan CINDELARAS PARITRANA pada kurun waktu 2006-2008, antara lain di Komunitas Balak, Payak, Pakelan, Karang Wetan, Karang Padang, Banjarsari, Kalidadap, Temben, bahkan di 3 desa di Naganraya, Acdeh: Cot Rambong, Cot Mee dan Kuala Tadu. POCi yang beranggotakan para petani organik, bersemangatkan ”Saka Alit” mempunyai harapan dari jumlah kecil para petani yang kecil pula, bila bersama-sama dan serempak, akan pula bisa menyangga gerakan besar pertanian organik di Indonesia. Kata ”POCi” sendiri menandai sebuah lambang tempat minuman, biasanya untuk menyedu teh, yang kendatipun kecil mungil bentuknya, tetapi mampu menyatukan orang dan membentuk komunitas, yang saling mendukung, saling asah-asuh, yang akan mampu menggerakkan masyarakat lebih luas mengubah diri dari bertani secara konvensional menjadi bertani secara organik. Begitu cita-cita, doa dan semangat yang mendasari kerja POCi.
Komunitas Balak di Cawas, Klaten memiliki lahan sawah yang luas dan sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Persoalan yang dihadapi pada waktu itu salah satunya di sektor petanian yaitu tanah pertanian semakin bantat (tanah kenyal dan mengeras), kebutuhan pupuk semakin banyak dan mahal, serangan hama keong semakin tak terkendali. CINDELARAS PARITRANA masuk komunitas Balak melalui sektor pertanian dengan mengadakan pelatihan pertanian organik dan ekologi tanah. Pesertanya ada 49 orang berasal dari wakil-wakil kelompok tani Desa Balak. Dalam pelatihan, proses yang terjadi adalah saling belajar dan berbagi pengalaman bertani. Hasilnya, mereka menemukan pestisida nabati untuk mengatasi serangan hama. Selesai pelatihan, mereka sepakat membentuk kelompok pertanian organik yang diberi nama ”Balak Gumbregah”. Kelompok tersebut sampai sekarang masih aktif dan mengembangkan diri membangun ekonomi berbasis pertanian organik dengan produksi beras organik, kompos, dan katul jahe yang pengolahannya memakai biogas dari bahan tlethong (kotoran) sapi.
Payak dan Pakelan: Pertanian Bersemangat Organik
Selain di Balak, CINDELARAS PARITRANA juga masuk komunitas Payak, Bantul, DIY, lewat sektor pertanian. Pertanian komunitas Payak adalah lahan sawah dengan pola tanam ”padi-padi-palawija.” Persoalan yang dihadapi Payak waktu itu di antaranya lahan sempit, kebutuhan sarana pertanian semakin tinggi dan harga semakin mahal serta bagaimana agar tanah sisa galian pembuatan batu bata bisa ditanami lagi. Untuk masuk sektor pertanian komunitas Payak, CINDELARAS PARITRANA bekerja sama dengan POCi mengadakan Pelatihan Ekologi Tanah (PET) dan pertanian organik. Peserta pelatihan 35 orang bapak-bapak dan ibu-ibu. Pelatihan dilakukan dengan diskusi dan praktek, yaitu pembuatan kompos, pestisida nabati, dan uji tanah dengan alat sederhana. Setelah tahu hasilnya mereka semangat untuk bertani organik, apalagi dalam pelatihan tersebut juga ada praktek membuat kompos atau pupuk organik yang terbukti ramah lingkungan.
Selain mengembangkan pertanian organik di komunitas lain, POCi memperkuat pertanian organik di komunitasnya sendiri (komunitas anggota POCi) yaitu di Pakelan, Moyudan, Sleman, DIY. Pakelan adalah komunitas yang sebagian besar warganya sebagai petani. Pertanian di Pakelan adalah setengah tadah hujan dengan pola ”padi-padi-palawija” itu pun jika airnya lancar. Materi pelatihan di Pakelan meliputi: PET, pertanian organik dan mengulas tentang sistem tumpangsari baik teori maupun praktek. Peserta pelatihan ada 14 orang, 3 di antaranya perempuan. Dalam pelatihan tersebut petani Pakelan mengajak 4 petani dari Sejati Pasar ikut ngangsu kawruh dalam POCi. Selesai pelatihan para peserta semakin kuat untuk bertani organik dan membentuk kelompok Petani Organik Guyup Rukun(POGR) yang anggotanya adalah petani dari Pakelan dan Sejati Pasar. Dengan POGR mereka mempunyai tujuan untuk mempererat gotong-royong dan bertekad menjadi ”pioneer” di lingkungan mereka dan menjadi fasilitator di tempat-tempat sekitarnya.http://lembagasemai.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar