Minggu, 22 Juni 2014

Jual Buku : Dilarang Gondrong; Politik kekuasaan Orde Baru terhadap anak muda awal 1970-an

Jual Buku  Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru terhadap Anak Muda Awal 1970-an Aria Wiratma Yudhistira
Judul Buku : Dilarang Gondrong!Harga Rp 51.000,- TERJUAL JKT
Praktik Kekuasaan Orde Baru
terhadap Anak Muda Awal 1970-an
Aria Wiratma Yudhistira
ISBN 978-979-1260-07-7
Tebal 161 hlm + xxii;
Ukuran 14 x 20,3 cm

"Kisah memikat tentang munculnya anak muda sebagai kategori politik dan budaya di masa Orde Baru. Mengambil tema gaya hidup yang sepenuhnya diabaikan dalam studi sejarah konvensional di Indonesia, studi yang orisinal ini sanggup mengupas kontradiksi dalam "politik anti-politik" Orde Baru. Terobosan penting dalam studi sejarah sosial."
— Hilmar Farid, Institut Sejarah Sosial Indonesia

Pada awal berdirinya Orde Baru, musuh besar penguasa ternyata bukan hanya komunisme, melainkan… rambut gondrong!

Persoalan yang sepertinya sepele ini ternyata menyita perhatian khusus penguasa. Petinggi militer mengeluarkan radiogram pelarangan rambut gondrong, bahkan Pangkopkamtib bicara mengenainya di TVRI. Instansi publik menolak melayani orang-orang berambut gondrong. Pelajar, mahasiswa, artis, dan pesepak bola dilarang gondrong. Razia dan denda digelar di jalan-jalan, melibatkan anggota pasukan teritorial bersenjatakan gunting, bahkan pernah dibentuk Bakoperagon (Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong).

Pertanyaannya adalah: mengapa? Mengapa Orde Baru begitu cemas akan rambut gondrong?
Dengan apik sejarawan muda Aria Wiratma menelusuri kembali episode menggelikan sekaligus mengenaskan dalam sejarah Indonesia ini, awal dari sikap paranoid rezim yang selalu melihat rakyatnya sendiri sebagai ancaman.

"Pelarangan rambut gondrong tahun 60-an dan 70-an bukan hanya soal perbedaan persepsi tua versus muda, militer versus sipil, laki-laki versus perempuan, tetapi menyangkut pula masalah praktik kekuasaan dan simbol perlawanan terhadap kekuasaan tersebut. Mengapa penjahat yang ditangkap aparat keamanan kepalanya digunduli ? Apakah ada anasir subversi bersembunyi di bawah rambut itu? Pada era ’70-an biasanya perampok diberitakan berambut gondrong, tetapi sebaliknya era ’90-an penculik para aktivis dikabarkan berambut cepak. Buku ini mengawali diskusi tentang kuasa terhadap tubuh pria. Wacana yang patut didorong."

— Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar