Judul Ajaran dan Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan
;Marhaenis Muhammadiyah
oleh: Abdul Munir Mulkhan
Penerbit :Galang Pustaka (Serambi)
Edisi : Soft Cover
ISBN :6029431277
ISBN-13 :9786029431278
Tgl Penerbitan :2014-04-00
Bahasa :Indonesia
Halaman : 0
Ukuran : 0x0x0 mm
Berat : 324 gram
Kondisi Baru
Harga Rp 60.000
Sinopsis Buku:
"Islam yang kita catut dari Kalam Ilahi dan sunnah bukan apinya, bukan nyalanya, tapi abunya, debunya,... ah, ya asapnya, abunya yang berupa celak mata dan surban, abunya yang bisanya cuma baca Fatihah dan Tahlil, bukan apinya yang menyala-nyala dari ujung zaman satu ke zaman yang lain."
- Sukarno, 1940
D alam KoiegiesIslam cli Cirebon tahun 102.'., K.l I. Ahmad Dahlan menyatakan bahwa karena persamaan kedudukan,tidakperlu peraiitara dalam ibadah. Oleh sebab itu, manusia liarus bekerja sama dengan semua pihak walaupun berbeda agama. Baginya, kesalehan adalah pencarian kebenaran tanpa final,; terbuka dialog dengan Semua pihak yang berbeda. Pandangan ini berbeda deagtn ketergahtungan kehendak mutlak Tuhan menurut doktrin tarjih. Ajaran dan-pemikiran "spirituaHsme 'hati-suci'" K.H, Ahmad Dahlan yang sangat toleran itu pada suatu masa pemah dibelokkan. Pembelofcan itu terjadi saat elite ahli syariah mendominasi kepemimpinan Muhammadiyah. Mereka ingin memusnahkan tradisi TBC (tahyul,bid'ah, dan c(k) hurafat) sampai pada akamya, bahkan tak jarang cara-cara kekerasan ditempuh demi menegakkan syariah, Terang saja gerakan pemurnian Islam seperti itu berseberangan dengan latar belakang kultural masyarakat pedesaan yang mayoritas petani. Mereka tertarik bergabung dengan Muhammadiyah manakala gerakan yang menawarkan pembaruan ini meluas ke pedesaan.
Fakta di lapangan menunjukkari bahwa Muhammadiyah bukanlah feesatuan tubuh. yangJseragam atau homogen. Keberagaman model kepengikutan itu muncul karena adanya gesekan man’akala doktrin tarjih Muhammadiyah pascakepemimpinan K.H. Ahniad Dahlan diberlakukan secara kaku. Sangatlah wajar apabila kaum petani itu merasa asing dengari konsep Islam fundamentalis. Sebaliknya, mereka justru merasa nyaman dengan pola pemurnian Islam yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan yang mengedepahkan kesalehan spiritual. Karena pergulatan ideolbgi itulah, muncullah model kepengikutan yang dinamakan Marhaenisme Muhammadiyah. Bagi kaum tani, menjadi Muhammadiyah-akan memiliki arti apabila sesuai dunia makna magis, bukan etis, Upacara ritual TBC, diubah njaknanya sebagai tradisi dan media berbakti kepada "orang tua" atau untuk membangun jaringan dakwah. TBC tidak serta merta ditolak, tapi Islam murni di-pribumisasi, sehingga taklid, slametan kematian, dan tdhlilan mempakan gejala umum yang dianut pengikut gerakan ini.
***
"Memperjuangkan marhaen berarti juga memperjuangkan kaum duafa."
- Prof. Dr. Din Syamsuddin, M.A., Ketua Umum PP Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar