Harga Rp 95.000
Penulis Asy-Syahrastani
Alih Bahasa : Prof Asywadi Syukur
Penerbit Bina Ilmu
Tanggal terbit 2009
No. ISBN 9794220701
Jumlah Halaman
Berat Buku 1000gram
Jenis Cover Hard Cover
Kondisi Baru
SINOPSIS:
Banyak merekam sejarah panjang pemikiran para filosof, Teolog dan ahli Hikmah termasyhur dari berbagai penjuru dunia, yang membentang sejak ribuan tahun silam, mulai dari para pemikir pra Sokrates Mis Thales, Phitagoras, Plato, Aristoteles, Porphyry, hingga ibn sina dan al parabi dari tradisi pemikiran kuno seperti al sabiah al Hanafiah dan stoic hingga aliaran Sekte Tanasukh Rekarnasi dan Al kabiliah Pemuja Spritualisme.
Buku ini memberi wawasan Luas Kepada para pembaca tentang proses dialektika pemikiran dari Manusia manusia pemikir yang tidak kenal lelah dalam pencarian kebenaran dan hakikat Kehidupan, tentang tema tema besar Kemanusian, ruh, emosi, akal, libido, ego, malaikat, nabi dan Tuhan yang menjadi kajian ilmu ilmu agama teologi Filsafat psikologi dan spiritual. Tak bisa di sangkal bahwa tema tema yang di bahas dalam buku ini menjadi dasar pijakan berpikir manusia modern sekarang ini. Tidak mengherankan jika isu isu modern sekarang seperti HAM, Anti Kekerasan, dan gerakan spritualisme adalah kelanjutan dari ide ide besar dari para pemikir dari masa lalu.
Yang mengagumkan dari Al Syarastani adalah kejeniusannya dalam mencerna argumentasi argumentasi Filosofis dan Teologis yang kompleks dan rumit kedalam bahasa yang sederhana dan kuat Yang juga menarik adalah bahwa pemaparan sejarah pemikiran umat manusia ini Selalu di kaitkan dengan teks teks Al Qur'an. Al Syarastani menggarisbawahi Kecemerlangan ide ide Filosofis dan Hikmah hikmah kehidupan serta mengkritis argumentasi rasio yang dianggap menyimpang Dari Akidah Islam. dengan mengutip dan mendasarkan diri dengan ayat ayat Al Qur'an tentang tema tema terkait.
Buku ini telah terbukti sebagai karya klasik nan "Abadi" yang menawarkan kearifan dan pencerahan bagi para pembacanya. Ditambahkan dengan proses penerjemahannya secara utuh dari sumber aslinya yang berbahasa arab, maka buku ini menjadi sangat layak dibaca bagi Khalayak luas
********
REPUBLIKA.CO.ID, Menjamurnya sekte-sekte di internal umat Islam
menimbulkan dampak yang luar biasa. Salah satu dampak negatif yang
diakibatkan adalah perbedaan pendapat yang mengarah pada pertumpahan
darah antar sesama Muslim.
Selain itu, gagasan dan ide yang diusung oleh sekte-sekte tersebut menebar kebingungan dan polemik di kalangan akar bawah (grassroot).
Faktor inilah yang melatarbelakangi Syekh Muhammad bin Ahmad Abu Al-Fatah Al-Syahrastani As-Syafi'i, seorang fakih, teolog, dan filsuf berdarah Persia, membuat sebuah ensiklopedia mini tentang jejak dan pemikiran masing-masing sekte dan agama tersebut.
Niat baik Al-Syahrastani didukung oleh para pembesar pemerintahan kawasan Tirmidz. Kemudian, atas permintaan sang penguasa Tirmidz kala itu, Abu Al-Qasim Ali bin Ja'far Al-Musawi, dia pun mengarang kitab yang diberi judul Al-Milal wa An-Nihal.
Al-Milal bukan produk baru yang menelusuri jejak sekte, agama, dan kepercayaan dunia. Sebelum Al-Syahrastani, sudah banyak pengarang lain yang menuliskan hal serupa. Namun, tentu selalu ada yang berbeda antara penulis yang satu dan yang lain.
Jika diinventarisasi secara berurutan berdasarkan waktu penulisan, setidaknya ada tiga kitab yang saling berkaitan, yaitu kitab Maqalat al-Islamiyyin wa ikhtilaf al-Mushallin karangan Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ari, Al-Farqu bain Al-Firaq karya Abu Manshur Abd Al-Qahir bin Thahir Al-Baghdadi, dan Al-Fashl fi Al-Milal wa Al-Ahwa wa Al-Nihal yang ditulis oleh Ali Ibn Hazm Al-Andalusi pada tahun 440 H/1048 M.
Namun, jika dibandingkan ketiga pendahulu tersebut, kitab Al-Syahrastani unggul beberapa hal. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada sisi metodologi dan sistematika penulisan. Al-Syahrastani menulis kitabnya dengan sangat sistematis.
Sebagai contoh, untuk menghindari pengulangan ulasan yang tidak perlu dalam bab dan sub-bab, di permulaan kitabnya, Al-Syahrastani mengupas terlebih dahulu tema-tema penting yang merupakan pengetahuan paling mendasar dan pintu masuk dalam studi agama dan sekte-sekte Islam.
Ulasan-ulasan penting tersebut dijabarkannya ke dalam lima pendahuluan. Misalnya, pembahasan mengenai kilas balik sejarah munculnya benih perbedaan dan polemik di alam semesta. Awal mula perselisihan yang terjadi di kalangan umat Islam dikupas dalam ulasan tersendiri sehingga lebih mudah dibaca. Selain itu, perincian tentang sekte dan agama dikupas berdasarkan klasifikasi yang cermat.
Tak mengherankan, karya Al-Syahrastani memiliki nilai lebih dan mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan cendekiawan Muslim dan non-Muslim. Ibnu Taimiyah menyebutkan, dari sisi penulisan karya Al-Syahrastani jauh lebih baik.
Pemikir Barat, William Courtin, menyatakan kitab ini sangat penting dalam kajian filsafat dan teologi. Menurutnya, upaya penerjemahan ke dalam banyak bahasa merupakan bukti atas urgensi Al-Milal.
Selain itu, gagasan dan ide yang diusung oleh sekte-sekte tersebut menebar kebingungan dan polemik di kalangan akar bawah (grassroot).
Faktor inilah yang melatarbelakangi Syekh Muhammad bin Ahmad Abu Al-Fatah Al-Syahrastani As-Syafi'i, seorang fakih, teolog, dan filsuf berdarah Persia, membuat sebuah ensiklopedia mini tentang jejak dan pemikiran masing-masing sekte dan agama tersebut.
Niat baik Al-Syahrastani didukung oleh para pembesar pemerintahan kawasan Tirmidz. Kemudian, atas permintaan sang penguasa Tirmidz kala itu, Abu Al-Qasim Ali bin Ja'far Al-Musawi, dia pun mengarang kitab yang diberi judul Al-Milal wa An-Nihal.
Al-Milal bukan produk baru yang menelusuri jejak sekte, agama, dan kepercayaan dunia. Sebelum Al-Syahrastani, sudah banyak pengarang lain yang menuliskan hal serupa. Namun, tentu selalu ada yang berbeda antara penulis yang satu dan yang lain.
Jika diinventarisasi secara berurutan berdasarkan waktu penulisan, setidaknya ada tiga kitab yang saling berkaitan, yaitu kitab Maqalat al-Islamiyyin wa ikhtilaf al-Mushallin karangan Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ari, Al-Farqu bain Al-Firaq karya Abu Manshur Abd Al-Qahir bin Thahir Al-Baghdadi, dan Al-Fashl fi Al-Milal wa Al-Ahwa wa Al-Nihal yang ditulis oleh Ali Ibn Hazm Al-Andalusi pada tahun 440 H/1048 M.
Namun, jika dibandingkan ketiga pendahulu tersebut, kitab Al-Syahrastani unggul beberapa hal. Perbedaan yang paling mencolok terletak pada sisi metodologi dan sistematika penulisan. Al-Syahrastani menulis kitabnya dengan sangat sistematis.
Sebagai contoh, untuk menghindari pengulangan ulasan yang tidak perlu dalam bab dan sub-bab, di permulaan kitabnya, Al-Syahrastani mengupas terlebih dahulu tema-tema penting yang merupakan pengetahuan paling mendasar dan pintu masuk dalam studi agama dan sekte-sekte Islam.
Ulasan-ulasan penting tersebut dijabarkannya ke dalam lima pendahuluan. Misalnya, pembahasan mengenai kilas balik sejarah munculnya benih perbedaan dan polemik di alam semesta. Awal mula perselisihan yang terjadi di kalangan umat Islam dikupas dalam ulasan tersendiri sehingga lebih mudah dibaca. Selain itu, perincian tentang sekte dan agama dikupas berdasarkan klasifikasi yang cermat.
Tak mengherankan, karya Al-Syahrastani memiliki nilai lebih dan mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan cendekiawan Muslim dan non-Muslim. Ibnu Taimiyah menyebutkan, dari sisi penulisan karya Al-Syahrastani jauh lebih baik.
Pemikir Barat, William Courtin, menyatakan kitab ini sangat penting dalam kajian filsafat dan teologi. Menurutnya, upaya penerjemahan ke dalam banyak bahasa merupakan bukti atas urgensi Al-Milal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar