(xii + 256 hlm. 16 x 22 cm. Cet. I 2005; II 2006)
ISBN: 978-8927-80-X
Penulis: Sutarjo Adisusilo
Penerbit: Universitas Sanata Dharma
Dalam
Banyak hal kita disibukkan oleh hal-hal teknis bagaimana melakukan
modernisasi bangsa, tetapi sedikit saja orang yang bertanya: untuk apa,
mengapa, dan bagaimana modernisasi itu harus dilakukan. Ketika di
tengah-tengah gegap gembitanya modernisasi sedang berlangsung, ternyata
bangsa ini terjebak dalam budaya korupsi, kolusi dan nepotisme, barulah
kita sadar ada yang tidak beres dalam proses modernisasi negara ini.
Bukankah modernisasi yang kita lakukan memodifikasi apa yang dilakukan
oleh bangsa-bangsa lain yang telah lebih dahulu modern, seperti di
Eropa, Amerika, Jepang, Singapura, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong, dan
lain lain? Mengapa mereka sukses, sementara bangsa ini mengalami banyak
kendala? Jika kita telusuri ada banyak sebab mereka sukses, salah
satunya adalah kebijakan pemerintah bahwa modernisasi pertama-tama
adalah pembangunan sumber daya manusianya (SDM). Modernisasi
pertama-tama adalah perombakan pola pikir dan pola tingkah manusianya.
Dari pola pikir dan tingkah laku manusia yang kolot, feodal, korup,
santai, magis, kolektif dan minta dilayani, dirombak menjadi pola pikir
dan tingkah laku manusia yang modern, demokratis, jujur, kerja keras,
rasional, individual, otonom dan melayani. Pola pikir dan tingkah laku
seperti yang terakhir sudah lama ada dan mulai dikembangkan pertama kali
oleh bangsa Yunani kuno dan kemudian lewat kekristenan dikembangkan dan
diperbaharui pada zaman ranaissance. Tetapi mengapa kita tidak berani
belajar dari sejarah? Bukankah bangsa Roma pernah bilang: Historia
magistra vitae est: sejarah itu guru kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar