Harga Rp 95.000 TERJUAL
Yasraf Amir Piliang
/JALASUTRA
Multiplisitas dan Diferensi – Redefinisi Desain, Teknologi dan Humanitas (2008)
Audifax
buku ‘Multiplisitas dan Diferensi – Redefinisi Desain, Teknologi dan Humanitas’ yang merupakan disertasi YAP ini berbeda dari buku-buku sebelumnya karena disusun secara koheren dengan metode yang ketat. secara pribadi, saya menilai bahwa buku ini merupakan masterpiece dibanding buku-buku YAP sebelumnya. dalam buku ini, YAP tak kehilangan kekhasannya sebagai pemikir postrukturalis yang piawai mengeksplorasi ide dan konsep, namun dengan metode yang ketat semua itu menjadi lebih tajam dan koheren dibanding buku-buku sebelumnya
multiplisitas ruang dan waktu
YAP mencoba berangkat dari perbedaan dan bagaimana meletakkan perbedaan itu dalam sebuah multiplisitas. memahami perbedaan, tak cukup semata mengedepankan perbedaan, melainkan bagaimana pemahaman akan keberbedaan itupun disadari keberbedaannya. fenomenologi merupakan rute yang dipilih YAP. dengan mengombinasikan konsep esensi dari fenomenologi-transendental (Husserl) dan fenomenologi-hermeneutika (Heidegger, Ricoeur, Merleau-Ponty) YAP mencoba menukik pada pembahasan mengenai ontologi dari perbedaan
sementara struktur ontologis dari perbedaan yang membangun dunia layar, coba dicabar lewat filsafat diferensi yang dikembangkan oleh Bergson, Deleuze, Guattari dan Derrida. penelitian YAP ini benar-benar memfokuskan pada aspek ontologis, sehingga memang metode yang digunakan tidak terlalu memerlukan observasi empirik atau ontic
melalui metode fenomenologi-hermeneutika, layar dipahami dalam kaitannya dengan multiplisitas ruang, memahami perbedaan-perbedaan dalam ruang, aransemen, serta pembingkaian dalam struktur tatapan, citra, nilai sosial, pesan dan informasi. selain multiplisitas ruang, juga dipaparkan multiplisitas waktu, yang juga mencakup perbedaan waktu, durasi, narasi, memori, kecepatan dan horison masa depan. dengan demikian, ’ada’ dalam ruang dan waktu, mesti kita pahami dalam multiplisitasnya
YAP juga mempersoalkan apakah ‘kebaruan’ yang selama ini sering mengemuka dalam perkembangan kebudayaan material di sekitar kita benar-benar merupakan ‘kebaruan’? terlebih dalam disiplin desain (yang menopang budaya material), fungsinya sebagai pencipta ‘kebaruan’ seakan melupakan dan menabukan repetisi di dalamnya. manusia, bisa jadi adalah mahluk yang pervers, di satu sisi ia mengagungkan kebaruan yang seolah membedakan dirinya dari yang lain, namun di sisi lain ia juga melakukan repetisi atau imitasi pada apa yang sebelumnya telah ada. dalam konteks layar, YAP membahas lebih jauh bahwa kesadaran yang banyak diyakini dibangun di atas fondasi pengalaman langsung hidup bersama manusia-manusia lain, lingkungan alam, dan benda-benda ciptaan manusia, kini berubah menjadi pengalaman yang dimediasi oleh medium layar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar