INDONESIA Kita Rp 55.000
Judul: Indonesia Kita
Penulis: Nurcholish Madjid
Penerbit: Universitas Paramadina, Jakarta, Desember 2003,
Tebal: 166 halaman
Buku Baru, stok lama, segel masih utuh baru
Krisis multidimensi yang dibarengi transisi perubahan tatanan sosial-politik seakan memberi pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Banyak tokoh menawarkan solusi. Ada yang mengedepankan solusi pragmatis, parsial, ada juga yang mencoba mengajukan solusi komprehensif. Publik bingung.
Dari sederet tokoh itu, muncul pula Nurcholish Madjid. Pemikir cemerlang yang dikenal juga sebagai ulama teduh ini membuat sebuah ikhtisar tentang wajah Indonesia dulu, sekarang, dan yang akan datang. Disebut ikhtisar, karena dalam risalah ini ia hanya merumuskan peta masalah fundamental dan platform untuk membangun kembali Indonesia yang kini dilanda serba ketidakpastian.
Ikhtisar ini diawali uraiannya tentang latar belakang nasionalisme di Indonesia. Dalam pembahasannya, Cak Nur tak tegas-tegas menarik batas periodisasi. Ia hanya mengambil benang merah sejarah bangsa ini. Ia menyinggung pengaruh kolonialisme Eropa dan munculnya paham nasionalisme di tengah gerakan kemerdekaan Indonesia.
Begitu pula sejarah dua kepemimpinan di negeri ini tak lepas dari sorotannya, yang masing-masing memiliki nilai plus-minusnya sendiri. Tanpa terkesan merendahkan, ia mengkritik kepemimpinan dua orang besar negeri ini. Kepemimpinan Bung Karno sebagai ikon Orde Lama dilihatnya menjadi "sesat" setelah Bung Besar ini tak lagi membedakan kepemimpinan yang kuat dengan pemerintahan yang kuat. Sedangkan Soeharto sebagai ikon Orde Baru terjebak hanya dalam pembangunan fisik yang tak berimbang dengan pembangunan jiwa bangsa ini.
Cak Nur pun punya resep sendiri tentang bangsa ini ke depan. Ada 10 butir pemikiran yang ia jadikan platform untuk membangun bangsa yang di matanya baru dalam tahap "penciptaan diri" ini. Satu butir yang terasa mendesak tentulah rekonsiliasi nasional yang, untuk itu, bangsa ini harus menarik batas tegas antara masa lalu dan masa kini.
Menarik, Cak Nur menguraikan butir-butir pikirannya dalam buku ini senikmat saat kita mendengar ia tengah bertutur. Jernih, dingin, dan inspiratif. Boleh jadi, ini baru sebuah permulaan yang kelak disusul dengan buku besar tentang Indonesia kita.
Erwin Y. Salim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar