
Harga :Rp.58.000 TERJUAL ANT SBY
Pengarang: Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si
Penerbit : UMM Press
ISBN :979 - 3602 - 70 - 8
Tebal :321
Tahun :
Cetakan :
Ukuran :15 x 23 cm
Stok :1
Spesifikasi :
SINOSIS BUKU
Untuk memahami secara lebih mendalam terhadap keberadaan dan gerakan HTI di Malang, peneliti melakukan riset empirik (field research) dan dokumen. Secara keseluruhan, proses penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengutamakan perspektif emik. Untuk itu, dalam mengumpulkan data peneliti lebih mengutamakan pengamatan terlibat (partisipant-observation), wawancara mendalam (dept-interview), serta didukung dengan analisis data dokumenter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, HTI merupakan eksemplar kelompok fundamentalis religiopolitik-universalistik. Konsep ini menggambarkan bahwa sebagai kelompok fundamentalis, gerakan yang dilakukan HTI bukan semata-mata dilandasi oleh motif keagamaan melainkan juga motif politik yang berorientasi universal. HTI memiliki target politik ingin menegakkan kembali daulah khilafah Islam. Dalam pandangan HTI institusi ini merupakan payung politik bagi seluruh umat Islam.
Kedua, HTI memiliki ideologi yang dirumuskan oleh al-Nabhânî. Dalam merumuskan ideologi al-Nabhânî bertolak dari doktrin aqidah dan persoalan yang dihadapi oleh umat Islam. Ideologi HTI memuat dua unsur pokok, yaitu: ide (fikrah) dan metode (tarîqah). Unsur ide mengandung penjelasan tentang keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Kiamat, Qada dan Qadar, serta peraturan (nizâm) tentang hubungan manusia dengan Allah, dan manusia dengan sesamanya. Unsur metode memuat tata cara dalam melaksanakan, mempertahankan, dan menyebarluaskan aqidah dan hukum syara`.
Ketiga, HTI memiliki jaringan antaranggota yang kuat. Anggota HTI dibina melalui halaqah yang dipimpin oleh seorang mushrif. Dengan jaringan yang kuat memudahkan HTI merancang dan melaksanakan gerakan sosial. Pola gerakan sosial yang dirancang HTI merupakan sistesis antara pola redemtif, transformatif, dan revolutif.
Kendati menghasilkan kesimpulan tersebut, penelitian ini masih menyisakan keterbatasan. Penelitian ini dilangsungkan di sebuah kawasan masyarakat urban (perkotaan). Salah seorang aktivis HTI mengemukakan, bahwa HTI telah merambah kawasan pedesaan. Tentu informasi ini menarik diteliti. Peneliti masih ingin mengungkap keterbatasan yang lain lagi. Penelitian ini hanya difokuskan pada satu kelompok, yaitu HTI. Tentu saja akan menarik kalau dilakukan kajian yang berusaha membandingkan HTI dengan gerakan kelompok lainnya yang bisa dikategorikan sebagai kelompok fundamentalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar