Judul : Misteri Terbunuhnya Soekarno
Penulis : Wang Xiang Jun
Harga : Rp. 25.000 BOOKED
Penerbit : Yogyakarta: Pustaka Radja, 2008
Tebal : 123 hlm; 19 cm
ISBN : 978-602-80420-1-7
Kondisi :Stok lama, bagus
Peresensi : Masyhur ( Pustakawan Ubaya )
Membahas Soekarno, salah seorang pendiri bangsa, masih tetap enak untuk dibahas dan didiskusikan. Hal itu terkait erat dengan prinsip-prinsip nasionalisme dan kejuangannya. Tokoh yang berpengaruh besar dalam mewarnai kehidupan bangsa, sosok dengan berbagai macam julukan, diantaranya : a great man, the greatest leader in Asia, dan tidak sedikit stigma buruk melekat pada dirinya, diantaranya: a love hunter, trouble maker, bahkan a warmanger atau a liar.
Begitulah sang penulis memulai latar belakang penulisan buku ini. Penulis berusaha membatasi tulisannya dengan memfokuskan pada masa-masa Bung Karno dalam tahanan rumah sampai beliau wafat agar tema dari isi buku yang diusung tidak melebar dan keluar dari judul buku. Namun dengan sadar atau tidak ternyata pernulis tetap tidak bisa terlepas dari mambahas masalah-masalah yang menjadi latar belakang dari peristiwa sebelum jatuhnya Bung Karno sebagai presiden RI hingga bilau wafat.
Diawali dengan membahas sifat dan karakter Bung Karno, buku ini menjelaskan karakter beliau seorang Herakles ditengah-tengah gemuruh tepuk tangan massa. Tetapi ia juga seorang Hamlet yang disobek-sobek kebimbangan. Dia sanggup mengomandokan Trikora dan Dwikora, tetapi secara pribadi ia tidak berani menyembelih ayam sekalipun. Ia juru bedah ecek-ecek yang pingsan kalau melihat darah, ia pula satu-satunya pemimpin revolusi yang tidak tahu alif bengkongnya strategi perang. Seorang yang cerdas dalam ilmu hitungan dan menggambar, ingatan merekamnya bagaikan magneftopfon. Begitu seterusnya, begitu banyak karakter dari sang proklamator ini diceritakan dalam buku ini.
Bung Karno dengan tiga kali usaha pembunuhan yang semuanya lolos dari maut, mulai dari peristiwa pelemparan granat di Cikini saat mengunjungi sebuah bazar, kemudian tanggal 9 Maret 1960 saat sebuah perluru roket yang ditembakkan oleh Maukar dari sebuah pesawat MIG-17 AURI ke beranda dalam Istana Merdeka, dan tahun 1962 ketika sedang melaksanakan Sholat Idul Adha di halaman belakang Istana Merdeka, seorang yang berada beberapa baris dibelakangnya menembakkan 6 peluru pistol dari jarak sekitar 4 meter. Penulis memberi judul babnya dengan judul “Tiga Kali Pembunuhan”, pemberian judul bab yang dapat dikonotasikan sebagai pembunuhan yang dilakukan berulang-ulang sebanyak 3 kali, hingga dapat berakibat pada salah persepsi pembaca, padahal itu hanya beberapa upaya pembunuhan yang gagal. Alangkah lebih bijak jika penulis memberi judul bab yang lebih bermakna sebenarnya, “Tiga Kali Usaha Pembunuhan”.
Ketidakharmonisan hubungan Soekarno-Soeharto mulai terasa sejak 1956-an hingga puncaknya pada saat keluarnya Supersemar dimana Supersemar dipakai sebagai alat pembubaran PKI, membuat Soekarno gusar. Apalagi, Supersemar dipakai Soeharto untuk “menyingkirkan” pejabat tinggi tangan kanan Soekarno. Supersemar dan keterlibatan CIA dalam peristiwa G30S yang dinilai penulis sebagai kepentingan untuk mengungguli Soekarno karena sikapnya yang tegas dalam tiga hal, yaitu Berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), pembentukan Conefo, dan Dwikora. Dua hal tersebut adalah awal jatuhnya Soekarno dari kursi presiden, hingga ia pun jatuh sakit sampai wafat.
Kontroversi tentang kematian Soekarno menyeruak dalam berbagai versi. Dan masing-masing versi selalu ada yang mengkounter dengan versi lain yang bertentangan. Unsur kepentingan, dendam, pemutarbalikan fakta, pembelaan kepada rezim Soekarno, juga pembelaan terhadap apa yang dilakukan oleh rezim Soeharto. Mulai dari versi kontroversial Ratna Sari Dewi Soekarno si “MADAM D SYUGA” yang menyatakan bahwa Soekarno dibunuh secara perlahan dengan obat-obatan ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar