Judul: Navigasi Bugis
Judul asli: Bugis Navigation
TERJUAL PALU 1/7
Penulis: Gene Ammarell
Penerjemah: Nurhady Sirimorok
Penyunting: Anwar J. Rachman
Penerbit: Hasanuddin University Press
ISBN: 979-530-065-2
Edisi: 2008, I Desember
Tebal: 15x21cm; xvii + 327 halaman.
Buku ini merupakan terjemahan dari buku aslinya, “Bugis Navigation” karya Gene Ammarell yang diterbitkan oleh Penerbit Cornell University tahun 1999. Buku versi Bahasa Indonesia ini diterjemahkan oleh Nurhady Sirimorok, diterbitkan oleh Hasanuddin University Press.
Buku ini ditulis berdasarkan penelitian etnografi yang sangat mendalam yang dilakukan oleh Gene Ammarell di Pulau Balobaloang, sebuah pulau karang kecil yang terletak di Laut Flores, yang jaraknya sekitar 112 mil ke arah barat-daya dari Makassar, yang dapat ditempuh dalam 18 jam pelayaran dari Makassar. Pulau kecil ini (panjang 1,9 km) yang sangat terpencil di tengah laut dihuni oleh masyarakat suku Bugis.
Gene Ammarell, seorang professor dan juga direktur Program Studi Asia Tenggara di Ohio University, mendedikasikan lebih dari 20 tahun masa hidupnya untuk meneliti pelayaran orang Bugis-Makassar, dan telah dapat berbicara Bugis. Penilitian yang dilaksanakanya di Pulau Balobaloang dan dengan ikut serta pula dalam banyak pelayaran dengan perahu tradisional mengungkapkan secara rinci tidak saja perihal kehidupan masyarakat di pulau itu, tetapi tak kalah pentingnya bagaimana pelaut-pelaut tradisional Bugis melakukan pelayaran mengarungi laut dengan perahu layar.
Diungkapkan bagaimana para pelaut Bugis membawa perahunya berlayar jauh dengan berbekal pengetahuan yang diperolehnya turun-temurun, tanpa sentuhan teknologi navigasi modern. Meskipun kompas dan peta laut telah dikenal tetapi dalam prakateknya jarang digunakan, dan bukan merupakan andalan utama. Untuk bernavigasi di laut lepas para pelaut itu memanfaatkan pengetahuan mereka tentang sifat-sifat angin, benda-benda langit (matahari, bulan, bintang-gemintang), ciri-ciri arus laut dan ombak, awan, benda-benda terapung, kehadiran atau penampakan burung-burung, ikan terbang, lumba-lumba, dan ciri-ciri pulau yang dihadapi. Dalam pelayaran di daerah pantai mereka juga memanfaatkan pengetahuan tentang pasang-surut dan arus pasang-surut.
Disamping penerapan pengetahuan teknis, pelaut Bugis juga sangat memperhatikan ritual, ilmu gaib dan berbagai tabu guna menjamin keberhasilan pelayaran dan kesehatan para awak. Perkembangan dalam dekade terakhir dengan mulai munculnya perahu layar motor berangsur-angsur membawa pula perubahan budaya bagi masyarakat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar