Sedia dan Jual Buku Referensi Skripsi.:Thesis dan Research Bidang: Filsafat.Sosiologi.Antropologi.Pemerintahan.Hubungan Internasional. Politik.Komunikasi.Psikologi.Sejarah.Hukum.Pendidikan.Sastra Budaya dan Bahasa.
Sabtu, 29 Maret 2014
Jual Buku Gerakan Sosial Baru, oleh Rajendra Singh
Judul : GERAKAN SOSIAL BARU
Penulis:Rajendra Singh
Harga Rp 110.000 TERJUAL MLG
Penerbit : Resist Book 2010
ISBN :979-1097-75-5
Tebal : vii, 496 hlm.
Ukuran 14 x 21
Kondisi : Baru
REVIEW BUKU
Oleh: Baiq Lily Handayani
Buku ini membahas tentang gerakan-gerakan sosial, konflik-konflik sosial dan tindakan-tindakan kolektif. Dalam buku ini topik-topik tersebut berusaha di telaah secara kritis, dalam konteks masyarakat dan ilmu sosiologi. Singh, tidak terlalu suka mengkaji masyarakat dengan menggunakan sudut pandang teori struktural fungsional, namun lebih menganut paradigma konflik. Dalam buku ini, gerakan-gerakan sosial tidak ditampilkan sebagai wujud dari gangguan, kerusuhan, kekacauan dan upaya meruntuhkan tatanan masyarakat yang telah mapan. Jadi, masyarakat tidak dipandang sebagai sebuah tempat berlangsungnya rutinitas kehidupan sehari-hari yang aman dan stabil. Buku ini, mengambil setting tempat di India, dengan segala kompleksitas masyarakatnya.
Menurut Singh, masyarakat India terjebak dalam kontradiksi ganda, modernitasnya berjalan begitu terlambat dan keberhasilan pembangunannya berlangsung lamban. Di sisi yang lain, melompat tanpa melewati modern, dan menjadi ciri awal dari masa post modernitas. Perjuangan kontemporer pada masa postmodernitas tidak lagi terarah kepada usaha mencapai capaian material seperti kepemilikan tanah/porsi dalam produk-produk industri, namun kepada usaha mendefinisikan kembali norma-norma dan nilai-nilai, kepada penguasaan barang kultural dan simbol-simbol kolektif, kepada hak-hak pemilik dan keadilan sosial dan kepada sebuah pertarungan untuk mengejar ruang publik untuk bertindak dan untuk diakui sebagai subjek pelaku tindakan tersebut.
Revolusi di wilayah teknologi informasi dan komunikasi bukan hanya menawarkan pengetahuan mengenai moralitas dan etika universal serta pengetahuan sekuler mengenai alam, manusia dan dunia kepada kaum kaya dan miskin di India, namun pada level kelompok juga membawa sebentuk orientasi kebudayaan yang bercorak sangat lokal dimana artikulasinya seringkali bersifat oposisional satu sama lain. Ekspresi-ekspresi tindakan kolektif yang membela komunitas, paham subnasionalisme, pencarian akar budaya dan identitas-identitas kedaerahan, tuntutan-tuntutan feminis dan penggunaan seni-seni perlawanan.
Pada level individual, orientasi postmodernis tercermin dalam tuntutan akan kebebasan pribadi, otonomi individu, dan kebebasan untuk memilih. Pada masa ini terjadi persaingan unik, antara universal, lokal dan individual.
Konsep masyarakat sebagai sebuah tubuh tunggal yang secara sosial tersatukan dalam satu keseluruhan yang tunggal di bawah payung pemersatu kebudayaan pan-india, berubah menjadi suatu konsep yang rapuh. Individu menjadi berwajah ganda, yang satu berwatak global dan yang lain berwatak sangat lokal. Konsep society yang klasik tergantikan oleh post society.
Singh, mengakui kontradiksi-kontradiksi dan konflik-konflik struktural sosial yang ada di masyarakat merupakan kondisi-kondisi dasar yang menumbuhkan gerakan-gerakan sosial. Karena kontradiksi-kontradiksi dan konflik-konflik struktural sosial merupakan sesuatu yang inheren dalam pembentukan suatu masyarakat dan organisasi sosial. Satu poin penting yang ingin ditekankan oleh Rajendra Singh adalah bahwa situasi-situasi ketimpangan dan dominasi sosial, jika dijalankan dan dipertahankan oleh institusi-institusi dan lembaga-lembaga sosial, pada gilirannya akan menghasilkan sebuah situasi balik dimana terjadi perlawanan, penolakan dan pemberontakan menentang sistem dominasi tersebut. (Rajendra Singh, 2010:19). Jika melihat dari pandangan-pandangan Rajendra Sigh ini, maka dia termasuk dalam penganut teori konflik. Yang menekankan bahwa dalam masyarakat selalu terjadi kontradiksi-kontradiksi atau pertentangan antar bagian-bagiannya.
Menurutnya gerakan-gerakan sosial adalah ekspresi usaha-usaha kolektif masyarakat untuk menuntut kesetaraan dan keadilan sosial, dan mencerminkan perjuangan masyarakat untuk membela identitas dan warisan kultural mereka. Aksi-aksi kolektif merupakan kenyataan yang esensial dan terus ada dalam masyarakat. Bagi Singh, gerakan sosial dan aksi-aksi sosial telah ada sejak masyarakat itu terbentuk.
Sebelum membahas mengenai gerakan sosial secara lebih mendalam Rajendra Singh, memulainya dengan menjelaskan tentang aksi kolektif yang bersifat konflik. Aksi kolektif revolusi bersifat non-institusional yang dalam tingkatan tertentu memiliki struktur dan organisasi. Studi aksi kolektif dalam hal ini difokuskan pada konflik yang mengarah pada aksi-aksi kolektif konfliktual dalam sebuah masyarakat yang struktur sosial dicirikan oleh hirarkhi, ketimpangan sosial dan ketidakadilan sosial yang tajam. Kajian ini tidak memasukkan konflik-konflik individual, yang terpencar-pencar, insidental, tak tersruktur, tak terorganisir seperti kasta, kelas, komunitas, kelompok gender dan Negara.
Singh, membedakan aksi kolektif menjadi 5 macam:
1. Riot (kerusuhan). Riot didefinisikan sebagai pecahnya kekacauan massa yang singkat namun sarat kekerasan. Kerusuhan pecah secara tiba-tiba, membakar dan mengamuk terhadap kelompok sasaran dan kemudian mereda dalam waktu singkat setelah meninggalkan kematian dan kehancuran. Kerusuhan merupakan indeks dari ketidakpuasan umum yang terjadi di dalam masyarakat. Menurut Singh, kerusuhan dan pemberontakan bisa mengarah kepada gerakan sosial yang masa hidupnya lebih lama dan berskala luas.
2. Pemberontakan (revolt). Revolt merujuk pada aksi penentangan yang terorganisir atau aksi meruntuhkan secara terorganisir sistem otoritas yang ada. Pemberontakan merupakan kondisi penentu yang bersifat mendasar bagi konsep-konsep seperti penentangan dan revolusi.
3. Rebellion (penentangan). Rebellion merupakan bentuk pemberontakan yang sejati. Rebellion tidak menetang orang-orang melainkan otoritas yang didasarkan pada konstitusi dan hukum-hukum pemerintah, yang siapapun rezimnya, secara paksa digunakan untuk merusak dan membenarkan pelanggaran mereka terhadap masyarakat. Namun, karena bentuk-bentuk aksi kolektif penentangan itu menunjuk pada penolakan terhadap otoritas politik oleh suatu bagian masyarakat, maka jangkauan dan dampaknya relatif terbatas jika dibandingkan dengan revolusi.
4. Revolution (revolusi). Revolusi, merujuk pada pembaharuan tatanan ekonomi secara total, sosial, dan politik dengan menerapkan perubahan-perubahan fundamental dalam struktur masyarakat. Revolusi merujuk pada keikutsertaan semua lapisan masyarakaat di seluruh wilayah Negara untuk menggulingkan dan menggantikan tatanan politik yang ada dengan yang baru. Makna penting yang mendasar dari revolusi terletak bukan pada penggunaan cara-cara kekerasan untuk mengubah secara mendasar organisasi sosial, namun dalam kemampuannnya untuk berdampak terhadap terciptanya sebuah pergeseran besar-besaran dalam relasi antarkelas.
5. Sosial Movement (gerakan sosial). Gerakan sosial secara umum memobilisasi anggota-anggotanya (partisipan-partisipan) untuk berusaha menyuarakan keluhan atau mencapai tujuan jangka menengah dan jangka pendek tertentu. Gerakan sosial tidak selalu merupakan mobilisasi melawan Negara dan sistem pemerintahan, dan juga tidak selalu melibatkan perjuangan bersenjata dan penggunaan kekerasan. Menurut Singh, gerakan sosial bisa saja mengarah atau berubah menjadi revolusi. Ketika gerakan sosial telah menjadi revolusi, maka gerakan sosial tak lagi merupakan sebuah gerakan. Gerakan sosial itu akan menjadi bentuk aksi kolektif yang lain.
Kesamaan dari berbagai bentuk aksi kolektif ini adalah adanya penetangan terhadap otoritas. Menurutnya jika otoritas politik tidak lagi sanggup melindungi kehidupan dan hak asasi masyarakat, jika sistem itu menjadi tiran dan tak adil, maka rebellion dan revolt menjadi satu-satunya metode yang tersedia untuk memulihkan kembali dan melindungi masyarakat. Hal yang harus dipahami menurutnya adalah bahwa semua tipe gerakan sosial itu merupakan aksi-aksi kolektif, namun tidak semua bentuk-bentuk aksi kolektif itu merupakan gerakan sosial.
Rajendra Singh, tidak sependapat dengan Smelser yang menganggap bahwa gerakan kolektif merujuk kepada usaha-usaha kolektif untuk memodifikasi norma-norma dan nilai-nilai, yang seringkali (namun tidak selalu) berkembang dalam jangka waktu yang lama. Smelser memasukkan di dalamnya konsep-konsep revolusi. Rajendra Singh, mengatakan bahwa gerakan sosial bisa saja mengarah atau berubah menjadi revolusi. Ketika gerakan sosial berubah menjadi revolusi, maka gerakan sosial itu tidak lagi menjadi sebuah gerakan. Gerakan itu akan menjadi bentuk aksi kolektif yang lain. Menurutnya tidak ada jalur linier dari mobilisasi ke revolusi. Namun, Singh tidak menjelaskan, bentuk aksi kolektif seperti apa yang akan menjadi bentuk baru gerakan sosial setelah dia berubah menjadi revolusi. Tidak jelas juga, apakah bentuk-bentuk aksi-aksi kolektif yang disebutkan Singh seperti, crowd, riot, rebellion, revolt, revolusi dan gerakan sosial merupakan sebuah tahapan ataukah tidak. Atau hanya sekedar merupakan bentuk aksi-aksi kolektif berdasarkan cara yang digunakan, tujuan yang diharapkan, struktur bentuk atau juga mungkin sebuah tahapan yang lebih ekstrim dari aksi-aksi kolektif.
Menurut Singh, lahirnya postmodernitas menyimbolkan kritik terhadap modernitas, yang secara umum dianggap bertentangan dengan martabat manusia seperti kebebasan untuk memilih dan mengembangkan jalan kehidupan sosial dan kulturalnya sendiri. Modernitas dianggap menegasikan etos egalitarian dan humanis dari nilai-nilai dan kepekaan-kepekaan demokratis. Sedangkan postmodernisme memberikan pengakuan akan sama pentingnya berbagai bentuk kebudayaan dan peradaban, meski eksistensinya heterogen dan beragam bentuk. Postmodernisme menyangkal gagasan adanya kebudayaan yang superior dan inferior. Singh, menegaskan bahwa modernism telah menghasilkan sebuah kebudayaan dan menjadi medan munculnya tipe-tipe konflik dan gerakan sosial baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar