Judul : Komunisme - sebuah sejarah
Harga : 90.000
Penulis : Richard Pipes
Penerjemah : Dono Sunardi
Penerbit : Mata Angin
Cetakan : I, September 2004
Tebal : ix + 239 halaman
Kondisi : stok gudang, bagus
Tersedia 1
"Komunisme: Sebuah Sejarah"
Book Edisi : April 2011
Gagasan tentang suatu masyarakat tanpa kelas pertama kali muncul pada zaman Yunani klasik. Tidak dapat dipungkiri bahwa Yunani merupakan negara yang pertama kali mengenal kepemilikan pribadi atas tanah dan menjadikannya sebagai komoditi untuk menambah pundi-pundi harta pemiliknya. Inilah awal masyarakat yang menjadi korban atas kepemilikkan. Kondisi ini terus berkembang pada masa-masa berikutnya dan inilah yang mendasari pendirian negara Komunis oleh Lenin pada bulan November 1917. Lenin menginginkan penghapusan kekayaan pribadi yang ia yakini sebagai penyebab kesengsaraan manusia.
Dalam buku yang ditulis oleh Richard Pipes ini diceritakan bagaimana awal mula masuk dan berkembangnya pengaruh Komunis di Cina dan bahkan menjelma menjadi negara komunis yang besar. Cina sebagai negara yang mempunyai penduduk terdapat di dunia saat itu benar-benar dieksploitasi secara besar-besaran oleh Jepang dan Eropa. Eksploitasi inilah yang membuat Cina sangat benci terhadap orang asing. “Bagi Komintern, Cina sangat penting karena merupakan negara dengan prospek yang luar biasa besar bagi kebijakan-kebijakan Komunis. Keinginan komunis sendiri untuk menanamkan pengaruhnya di Cina sangat terbuka. Sun Yat Sen, pemimpin Partai Nasionalis atau Kuomintang yang memerintah Cina sejak tahun 1911-1912, mengagumi Uni Soviet karena telah mampu menggoyang dominasi ekonomi dan politik asing” (hal.175). Sambutan yang lebih hangat diberikan Cina kepada para delegasi Soviet pada saat Chiang Kai-Shek menjadi pemimpin besar partai Kuomintang selama tahun 1920-an.
Pada tahun 1921 dibentuklah Partai Komunis Cina yang terdiri dari para intelektual dan mahasiswa. Pembentukan ini tampaknya sepenuhnya merupakan pengarahan Moskow yang ingin membentuk front anti-imperialis di Cina. Ironisnya pada tahun 1925 ketika Sun Yat Sen meninggal dunia maka terjadilah perpecahan antara Partai Komunis dan Partai Kuomintang. Pada bulan April 1927, pimpinan Kuomintang melakukan pengusiran terhadap orang Komunis dalam partainya dan bahkan membunuhi mereka.
Kemenangan besar Partai Komunis Cina atas Kuomintang pada tahun 1949 dan penaklukkan atas daratan Cina dianggap mewakili kemenangan komunis. Mao Zedong yang merupakan salah satu pendukung setia Kuomintang terpaksa menyingkir dan menghabiskan hidupnya selama 20 tahun dalam rimba politik untuk membangun suatu gerakan gerilya. Mao sebenarnya dibujuk oleh Stalin agar mau berkuasa bersama dengan Chiang, akan tetapi ia menolak.
Masa-masa hubungan romantis antara Cina dan Moskow mencapai titik paling rendah ketika Khruschev menggantikan Stalin. Hal ini semakin rumit ketika Mao menolak mentah-mentah doktrin Kruschev bahwa komunis dapat keluar sebagai pemenang tanpa melalui cara-cara kekerasan, melainkan lebih pada cara-cara parlementer. Mao lebih memilih menggunakan cara kekerasan, karena seperti Lenin, ia merasa bahwa perang dengan kapitalisme tidak dapat dihindari. Menurutnya perang adalah bentuk tertinggi dari perjuangan untuk menyelesaikan pertentangan dan kekuasaan politis tumbuh dari laras senapan.
Setelah tahun 1965, Mao keluar dari aturan permainan Moskow karena ia menilai para penerus Stalin sebagai pengkhianat terhadap konsep Marxisme-Leninisme. Mao memandang bahwa untuk mencegah suatu kontra-revolusi ia harus menghancurkan seluruh struktur institusional kapitalisme tanpa ampun. Untuk itu mao membentuk suatu rezim totalitarian yang hampir serupa dengan rezim Soviet yaitu dengan meniru kebijakan-kebijakan ekonomi Stalin. Dibalik semua rencana itu, ada satu hal yang sangat ditakutkan Mao yaitu pikiran-pikiran rakyatnya harus dibentuk ulang agar tidak berpadu penuh dengan doktrin-doktrin Marx, Lenin, dan Mao sendiri. Karena apabila hal ini tidak dilakukan menurutnya Cina akan bernasib sama dengan Soviet yaitu menjadi Revisionis dan meninggalkan keyakinan yang benar.
Pengganti Mao, Deng Xiaoping pada tahun 1979 mengambil kebijakan reformasi pasar bebas yang menghidupkan kembali semangat usaha. Ini menjadikan Cina, walaupun komunis dalam ideologi dan pemerintahan, sudah mengambil bagian dalam privatisasi ekonomi yang berarti telah meninggalkan basis ajaran Komunis yaitu penghapusan hak milik pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar