Judul Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
Penulis : Agus Sunyoto
Harga Rp 98.000
Penerbit : LKiS
Tebal: 564 hlmn
Kulit Muka : softcover
Ukuran : 13 x 20cm
Berat Net: 750gram
Harga Toko 111rb
Sinopsis
Agama bukanlah tujuan, melainkan jalan untuk mencapai kesadaran ketuhanan dan spiritualitas. Menjadikan agama sebagai tujuan hanya akan melahirkan sikap fanatisme keagamaan yang berlebihan, karena tersimpan pamrih berupa iming-iming surga dan atau menghindari neraka. Menjadikan agama sebagai tujuan cenderung bersifat destruktif, alih-alih sebagai rahmatan lil alamin.
Sebagai jalan menuju kesadaran ketuhanan, agama menyediakan jalan (-jalan) bagi seorang hamba [salik] untuk berdekat-dekatan dengan Tuhannya, Dzat Yang Maha Gaib. Agama dalam hal ini lebih sebagai laku spiritual, menghayati kehidupan dengan jiwa ketuhanan yang sepi ing pamrih, berpikir positif terhadap takdir Tuhan. Laku spiritual ini hanya bisa dijalankan oleh jiwa-jiwa yang siap lahir-batin menyerahkan hidupnya untuk menapaki jalan syariat, thariqat, haqiqat, dan marifat.
Namun, tidak selalu jalan menuju kesadaran ketuhanan dapat ditempuh melalui jalan positif seperti pada umumnya. Di seberang sana, ada jalan negatif yang justru tidak kalah mencengangkan, seperti yang dilakoni oleh tokoh Saya Sudrun dalam novel ini. Jalan lain Saya Sudrun, Kiai Sudrun, atau Sudrun Edan, adalah menapaki jalan menemukan Allah Robbul Alamin dari Iblis, makhluk Tuhan yang divonis sesat dan terkutuk. Bagaimana mungkin menemukan kebenaran Ilahiah dari Iblis? Jangan-jangan itu adalah bisikan setan untuk menjerumuskannya menuju kesesatan?!
Karya ini sangat menarik karena menghadirkan perspektif baru soal sikap keberagamaan kita, dengan kemasan kisah yang menakjubkan. Di dalam tradisi sufisme dalam pengertiannya yang luasprototipenya bisa dirujuk ke Sunan Giri dan Sunan Kalijaga, hingga ke ajaran tasawuf Ibn Arabinovel ini mengisahkan jalan ke-salik-an Saya Sudrun dalam menemukan kebenaran Ilahiah, pengembaraan batiniah, menjalani kehidupan dengan beragam karakter manusia lintas-agama dan lintas-aliran, memungut hakikat cinta sejati dari orang-orang yang dijumpainya. Saya Sudrun bukanlah manusia yang serba tahu, suci, dan terbebas dari dosa. Karena ke-sudrun-annya, yang berbeda dari manusia pada umumnya, Saya Sudrun dianugerahi kemampuan berkomunikasi dengan apa yang digambarkannya sebagai Kilatan Cahaya Petir. Dari kilatan cahaya yang aneh dan misterius itulah, Saya Sudrun memperolah pencerahan tentang hakikat ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar