Judul Buku Ekonomi neo Klasik dan Sosialisme Religius, Oleh Dawam Rahardjo, Mizan
RP 55.000
TERJUAL BOJONEGORO 2/11/14
Kondisi : stok lama, Bagus, segel
Sedia dan Jual Buku Referensi Skripsi.:Thesis dan Research Bidang: Filsafat.Sosiologi.Antropologi.Pemerintahan.Hubungan Internasional. Politik.Komunikasi.Psikologi.Sejarah.Hukum.Pendidikan.Sastra Budaya dan Bahasa.
Kamis, 30 Oktober 2014
Jual Buku Agama Agama Besar Masa Kini / Sufaat Mansur
Buku Agama Agama Besar Masa Kini / Sufaat Mansur
TERJUAL
Penerbit Pustaka Pelajar
Ukuran 14 x 21
Kondisi Baru
TERJUAL
Penerbit Pustaka Pelajar
Ukuran 14 x 21
Kondisi Baru
Jual Buku Sejarah Indonesia Masa Pra-Aksara / Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si.
Jual Buku Alquran UNTUK semua Umat Manusia, Sir Muhammad Iqbal
Rabu, 29 Oktober 2014
Selasa, 28 Oktober 2014
Jual Buku Ekonomi Politik Pangan, Kembali Ke Basis : Dari Ketergantungan Ke Kedaulatan /Bina Desa
Buku Ekonomi Politik Pangan, Kembali Ke Basis : Dari Ketergantungan Ke Kedaulatan Harga : Rp60.000
Penulis : Bina Desa-Cindebooks
Ukuran : 14.5 x 21.5
Tebal : xvi + 363 halaman
Isbn : 978-602-97220-4-8
Penerbit : Cinde Books
Kegagalan pemerintah dalam memenuhi ketersediaan pangan yang kemudian dijawab dengan cara instan. Pun ketika Gagal cara instan yang satu, beralih kepada cara instan yang lain. Pada pertemuan KTT Asean dan Word Economic Forum (WEF) tahun ini contohnya, pemerintah mengundang investor asean dan para pengusaha besar pangan dunia untuk masuk ke Indonesia. Dalam kacamata kebangsaan, ini sama saja dengan meminta perusahaan pangan dunia untuk menguasai pangan di Indonesia sekaligus menyerahkan kedaulatan pangan bangsa. Ini menjadi kritik kita bersama. Ulasan-ulasan buku ini cukup komprehensif menjelaskan mengenai politik pangan yang menjadi kritik kita semua. setidaknya, buku ini mampu menjawab pertanyaan besar mengapa di negri yang subur, kaya akan segalanya ini masih juga harus mengimpor pangan? Salah urus pemangku kepentingan maupun kebijakan yang langgeng dari masa lampau patut kita cermati melalui buku ini.
Penulis : Bina Desa-Cindebooks
Ukuran : 14.5 x 21.5
Tebal : xvi + 363 halaman
Isbn : 978-602-97220-4-8
Penerbit : Cinde Books
Kegagalan pemerintah dalam memenuhi ketersediaan pangan yang kemudian dijawab dengan cara instan. Pun ketika Gagal cara instan yang satu, beralih kepada cara instan yang lain. Pada pertemuan KTT Asean dan Word Economic Forum (WEF) tahun ini contohnya, pemerintah mengundang investor asean dan para pengusaha besar pangan dunia untuk masuk ke Indonesia. Dalam kacamata kebangsaan, ini sama saja dengan meminta perusahaan pangan dunia untuk menguasai pangan di Indonesia sekaligus menyerahkan kedaulatan pangan bangsa. Ini menjadi kritik kita bersama. Ulasan-ulasan buku ini cukup komprehensif menjelaskan mengenai politik pangan yang menjadi kritik kita semua. setidaknya, buku ini mampu menjawab pertanyaan besar mengapa di negri yang subur, kaya akan segalanya ini masih juga harus mengimpor pangan? Salah urus pemangku kepentingan maupun kebijakan yang langgeng dari masa lampau patut kita cermati melalui buku ini.
Jual Buku Wasiat Wasiat Ulama saat menghadapi Maut
Buku Wasiat Wasiat Ulama saat menghadapi Maut, PESAN PESAN DIAMBANG KEMATIAN
TERJUAL
Pustaka Hidayah
Ukuran 14 x21
Kondisi : stok lama
TERJUAL
Pustaka Hidayah
Ukuran 14 x21
Kondisi : stok lama
Jual Buku Rahasia Kenabian, mengungkap peristiwa bersejarah
Jual Buku Rahasia Kenabian, mengungkap peristiwa bersejarah, Muhammad A Al Maliki.TERJUAL
Ukuran 14x21cm
Kondisi : stok lama,bagus
Ukuran 14x21cm
Kondisi : stok lama,bagus
Jual Buku Sekolah Kapitalisme Yang Licik, Dialog Bareng Paulo Freire / Miguel Escobar,
Judul : Sekolah Kapitalisme Yang Licik, Dialog Bareng Paulo Freire
Harga Rp 52.000
Penulis : Miguel Escobar, dkk
Tebal : xxxviii + 182 halaman
Ukuran : 14,5 X 21 cm,
ISBN : 979-8966-16-3
Terbit : Cet I, Januari 1998
Sinopsis
Dalam pandangan pendidikan klasik, sekolah selalu dilihat sebagai sebuah institusi masyarakat yang bertujuan mencerdaskan anak didik. Sehingga diharapkan, begitu sorang peserta didik menyelesaikan sebuah jenjang sekolah, ia akan tampil sebagai pahlawan bagi masyarakatnya. Tapi kenyataan yangdominan adalah sebaliknya.Seringkali begitu peserta menyelesaikan jenjang pendidikannya, ia menjadi terasing dari lingkungan sekitarnya. Ilmu-ilmu yang mereka pelajari di sekolah sama sekali tidak memiliki kegayutan dengan realitas kehidupan mereka. Mengapa bisa begitu? Menurut Paulo Freire, karena sekolah memang melayani tujuan ganda.
Harga Rp 52.000
Penulis : Miguel Escobar, dkk
Tebal : xxxviii + 182 halaman
Ukuran : 14,5 X 21 cm,
ISBN : 979-8966-16-3
Terbit : Cet I, Januari 1998
Sinopsis
Dalam pandangan pendidikan klasik, sekolah selalu dilihat sebagai sebuah institusi masyarakat yang bertujuan mencerdaskan anak didik. Sehingga diharapkan, begitu sorang peserta didik menyelesaikan sebuah jenjang sekolah, ia akan tampil sebagai pahlawan bagi masyarakatnya. Tapi kenyataan yangdominan adalah sebaliknya.Seringkali begitu peserta menyelesaikan jenjang pendidikannya, ia menjadi terasing dari lingkungan sekitarnya. Ilmu-ilmu yang mereka pelajari di sekolah sama sekali tidak memiliki kegayutan dengan realitas kehidupan mereka. Mengapa bisa begitu? Menurut Paulo Freire, karena sekolah memang melayani tujuan ganda.
Minggu, 26 Oktober 2014
Jual Buku Pengantar Ilmu Sosial, sebuah Kajian pendekatan Struktural / Dadang Supardan
Buku Membangun Hukum Berdasarkan PANCASILA / Teguh Prasetyo Prof dr
Jual Buku Writing and Being: Kritik Satra Poskolonial dan Postrukturalisme / Nadine Gordimer
Buku Writing and Being: Kritik Satra Poskolonial
dan Postrukturalisme
Harga Rp 45.000 TERJUAL
Penulis : Nadine Gordimer
Cetakan : 2004
Tebal : 225 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-20-8
Bahasa : Indonesia
Deskripsi:
"Untuk siapa Anda menulis?" demikian sebuah pertanyaan yang kerap dilontarkan kepada para penulis, termasuk Nadine Gordimer, penulis terkemuka Afrika Selatan, peraih hadiah Nobel Sastra 1991, Booker Prize 1974, dan sejumlah anugerah sastra internasional lainnya.
Pertanyaan itu memiliki banyak turunan: Dari manakah karakter dalam fiksi itu muncul? Apakah penulis harus berpijak pada realitas terdekatnya, berpihak pada keprihatinan yang dialami bangsanya, ikut serta menentukan arus perubahan kondisi sosial masyarakatnya? Apakah penulis harus memiliki kesadarn politik atau revolusi? Apakah tulisan memang memiliki makna bagi masyarakat dan pembaca yang tengah mengalami ketidakadilan, keprihatinan, penindasan, atau kesewenang-wenangan? Sumbangsih apakah yang wajib diberikan penulis kepada umat manusia?
Nadine Gordimer dengan hati-hati, mendalam, menggugah dan tajam mencoba menguraikan pertanyaan berani itu. Mula-mula dia menelusurinya dari persoalan klasik tentang asal muasal penciptaan penulisan kreatif: fiksi atau realitas. Makin dalam, yang dibahasnya bertambah kompleks. Buku ini memperlihatkan sisi lain Gordimer sebagai esais kuat, komentator budaya dan sastra yang tajam, filosofis, dan revolusioner.
Esai-esai panjang dalam buku ini berasal dari rangkaian ceramah sastra terkemuka di Universitas Harvard, The Charles Eliot Norton Lectures, diberikan Gordimer pada 1991 sebagai penerima Hadiah Nobel. Gordimer mencoba menggunakan kesempatan ceramah itu untuk meletakkan hidup dan karyanya dalam dunia kacau yang kebanyakan betul-betul menguatkan tema tulisannya. Untuk menyempurnakannya, dalam edisi Indoensia ini disertakan Pidato Nobel Sastra yang ia berikan pada 7 Desember 1991, dengan sangat tepat oleh penulis diberi judul Weiting and Being (Tulisan dan Ada).
Buku ini merupakan apologia pro vita sua; catatan atas kemenangannya sebagai penulis, warga negaa, seorang umat manusa. Edward W. Said memuji buku ini karena kebesaran dan kepentingan atas karyanya sebagai penulis dan warga negara", sementara menyebut Gordimer sebagai sosok politik dan moral yang mengesankan."
Jika ingin mendapat kritik sastra yang tajam, kontekstual dengan wacana poskolonialisme, dengan argumen berani, kaya waasan dan bacaan, sekaligus penuh empati kepada masyarakat dan penulis tertindas, tak pelak lagi, kita harus memberikan perhatian dan apresiasi pada buku ini.
dan Postrukturalisme
Harga Rp 45.000 TERJUAL
Penulis : Nadine Gordimer
Cetakan : 2004
Tebal : 225 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-20-8
Bahasa : Indonesia
Deskripsi:
"Untuk siapa Anda menulis?" demikian sebuah pertanyaan yang kerap dilontarkan kepada para penulis, termasuk Nadine Gordimer, penulis terkemuka Afrika Selatan, peraih hadiah Nobel Sastra 1991, Booker Prize 1974, dan sejumlah anugerah sastra internasional lainnya.
Pertanyaan itu memiliki banyak turunan: Dari manakah karakter dalam fiksi itu muncul? Apakah penulis harus berpijak pada realitas terdekatnya, berpihak pada keprihatinan yang dialami bangsanya, ikut serta menentukan arus perubahan kondisi sosial masyarakatnya? Apakah penulis harus memiliki kesadarn politik atau revolusi? Apakah tulisan memang memiliki makna bagi masyarakat dan pembaca yang tengah mengalami ketidakadilan, keprihatinan, penindasan, atau kesewenang-wenangan? Sumbangsih apakah yang wajib diberikan penulis kepada umat manusia?
Nadine Gordimer dengan hati-hati, mendalam, menggugah dan tajam mencoba menguraikan pertanyaan berani itu. Mula-mula dia menelusurinya dari persoalan klasik tentang asal muasal penciptaan penulisan kreatif: fiksi atau realitas. Makin dalam, yang dibahasnya bertambah kompleks. Buku ini memperlihatkan sisi lain Gordimer sebagai esais kuat, komentator budaya dan sastra yang tajam, filosofis, dan revolusioner.
Esai-esai panjang dalam buku ini berasal dari rangkaian ceramah sastra terkemuka di Universitas Harvard, The Charles Eliot Norton Lectures, diberikan Gordimer pada 1991 sebagai penerima Hadiah Nobel. Gordimer mencoba menggunakan kesempatan ceramah itu untuk meletakkan hidup dan karyanya dalam dunia kacau yang kebanyakan betul-betul menguatkan tema tulisannya. Untuk menyempurnakannya, dalam edisi Indoensia ini disertakan Pidato Nobel Sastra yang ia berikan pada 7 Desember 1991, dengan sangat tepat oleh penulis diberi judul Weiting and Being (Tulisan dan Ada).
Buku ini merupakan apologia pro vita sua; catatan atas kemenangannya sebagai penulis, warga negaa, seorang umat manusa. Edward W. Said memuji buku ini karena kebesaran dan kepentingan atas karyanya sebagai penulis dan warga negara", sementara menyebut Gordimer sebagai sosok politik dan moral yang mengesankan."
Jika ingin mendapat kritik sastra yang tajam, kontekstual dengan wacana poskolonialisme, dengan argumen berani, kaya waasan dan bacaan, sekaligus penuh empati kepada masyarakat dan penulis tertindas, tak pelak lagi, kita harus memberikan perhatian dan apresiasi pada buku ini.
Jual Buku Metodologi penelitian antropologi sastra / Endraswara, Suwardi
Jual Buku Soekarno dan NU / Zainal Abidin Amir dan Imam Anshori Saleh
Judul Buku Soekarno dan NU
ISBN: 602-17575-6-4
ISBN 13:978-602-17575-6-7
Tebal: 180 halaman
Ukuran :13,5 x 20,5 cm
Cetakan :I, Juni 2013
Sinopsis :
Menyandingkan Soekarno dan NU dalam spektrum politik kebangsaan yang mencita-citakan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, sepintas tampak mengada-ada. Soekarno adalah seorang nasionalis sejati, sementara NU adalah lembaga keagamaan tradisional yang kelahirannya lebih karena faktor paham keagamaan. Akan tetapi, buku ini membuktikan bahwa keduanya justru bertemu dalam satu titik yang sama dan sebangun: nasionalisme. Soekarno memosisikan nasionalisme dalam usaha perlawanannya terhadap penjajah, sementara NU memaknainya dalam semangat hubbul wathon minal iman
Harga Rp 52.000
Penulis: Zainal Abidin Amir dan Imam Anshori SalehISBN: 602-17575-6-4
ISBN 13:978-602-17575-6-7
Tebal: 180 halaman
Ukuran :13,5 x 20,5 cm
Cetakan :I, Juni 2013
Sinopsis :
Menyandingkan Soekarno dan NU dalam spektrum politik kebangsaan yang mencita-citakan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, sepintas tampak mengada-ada. Soekarno adalah seorang nasionalis sejati, sementara NU adalah lembaga keagamaan tradisional yang kelahirannya lebih karena faktor paham keagamaan. Akan tetapi, buku ini membuktikan bahwa keduanya justru bertemu dalam satu titik yang sama dan sebangun: nasionalisme. Soekarno memosisikan nasionalisme dalam usaha perlawanannya terhadap penjajah, sementara NU memaknainya dalam semangat hubbul wathon minal iman
Rabu, 22 Oktober 2014
Jual Buku Taruhan Mewujudkan Tulisan: Proses Kreatif Tujuh Penulis Pria Terkemuka Dunia / Jason Weiss (editor)
Judul : Buku Taruhan Mewujudkan Tulisan: Proses Kreatif Tujuh Penulis Pria Terkemuka Dunia Harga : Rp 59.000 TERJUAL JKT UT
Penulis : Jason Weiss (editor)
Cetakan : 2006
Tebal : 252 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-30-5
Penulis pria yang ada di dalam buku ini, seperti Gunter Grass, Uegene Lunesco, Carlos Fuentes, dan Octavio Paz, yang karyanya diakui di kualitas dan reputasinya dalam dunia sastra, dihadirkan kemudian digali proses kreatifnya lewat wawancara panjang yang lincah,tajam, bahkan kadang-kadang provokatif. Perjalanan mereka dalam dunia kepenulisan (sastra) digali dan dipaparkan dengan terbuka. Sehingga wawancara ini seakan-akan melengkapi karya yang telah mereka hasilkan
Penulis : Jason Weiss (editor)
Cetakan : 2006
Tebal : 252 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-30-5
Penulis pria yang ada di dalam buku ini, seperti Gunter Grass, Uegene Lunesco, Carlos Fuentes, dan Octavio Paz, yang karyanya diakui di kualitas dan reputasinya dalam dunia sastra, dihadirkan kemudian digali proses kreatifnya lewat wawancara panjang yang lincah,tajam, bahkan kadang-kadang provokatif. Perjalanan mereka dalam dunia kepenulisan (sastra) digali dan dipaparkan dengan terbuka. Sehingga wawancara ini seakan-akan melengkapi karya yang telah mereka hasilkan
Jual Buku Bangsa Indonesia ,Masa lampau,kini dan Masa depan / Mochtar Lubis
Jual Buku Desain, Sejarah, Budaya, Sebuah Pengantar Komprehensif /John A Walker
Minggu, 19 Oktober 2014
Jual Buku Pengantar Teori-teori Feminis Kontemporer / Stevi Jackson dan Jackie Jones
Judul : Pengantar Teori-teori Feminis Kontemporer
Harga Rp 86.000 TERJUAL JKT 21/11/14
Penulis : Stevi Jackson dan Jackie Jones (ed.)
Cetakan : I, 2010
Tebal : 460 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 978-602-8252-13-3
Deskripsi:
Peta multidisipliner pemikiran feminis ini merupakan teks yang ideal untuk bahan diskusi di ruang kelas. Buku ini membahas: teori sosial feminis, teori feminis dan perubahan ekonomi, teori politik feminis, yurisprudensi feminis, feminisme dan antropologi, feminisme kulit hitam, teori feminis postkolonial, teori lesbian, Membentuk teori gender dan seksualitas, teori bahasa feminis, teori feminis psikoanalisis, Postmodernisme dan feminisme, teori sastra feminis, teori media dan feminis, teorisasi personal dengan penggunaan autobiografi dalam penulisan akademis, kajian perempuan.
Daftar Isi
Bab 1
Berpikir untuk Diri Sendiri:
Sebuah Pengantar Menuju Teoresasi Feminis 1
Stevi Jackson dan Jackie Jones
Konteks Historis 5
Tema-tema Umum dan Perdebatan Penting 12
Rujukan 17
Bab 2
Teori Sosial Feminis 21
Stevi Jackson
Feminisme dan Marxisme 22
Hubungan Produksi: Kapitalis atau Patriarkal? 26
Hubungan Reproduksi dan Kontrol terhadap
Seksualitas Perempuan 32
Ideologi, Wacana, dan Pembalikan ke Arah Budaya 37
Teoresasi Keberagaman dan Kompleksitas 41
Teori Sosial Feminis pada 1990-an 43
Rujukan 49
Bacaan Lebih Lanjut 55
Bab 3
Teori Feminis dan Perubahan Ekonomi 57
Lisa Adkins
Pengantar 57 Individualisasi, Tradisionalisasi, dan Ekonomi 60
Tradisionalisasi Ekonomi? 64
Genderisasi Produksi Refleksif 68
Tradisionalisasi Berdasar Gender? 69
Perempuan Sosial, Laki-laki Tidak Sosial? 73
De-materialisasi Kerja dan Produktivitas Baru 75
Kesimpulan 78
Rujukan 79
Bacaan Lebih Lanjut 83
Bab 4
Teori Politik Feminis 85
Elizabeth Frazer
Politik dan Gender 85
Feminisme: Gerakan Politik dan Teori Politik 88
Basis Pemerintahan yang Sah 92
Kembali pada Politik 97
Rujukan 102
Bacaan Lebih Lanjut 105
Bab 5
Yurisprudensi Feminis 107
Jane Scoular
Pengantar 107
Watak Dasar Hukum—Melibatkan Diri
dengan Hukum Liberal 108
Kritik Feminis terhadap Rasio 109
Yurisprudensi Feminis Radikal 113
Pengaruh Posmodernisme 117
Rujukan 122
Bacaan Lebih Lanjut 124
Bab 6
Feminisme dan Antropologi 127
Penelope Harvey
Hubungan yang Ganjil 127
Antropologi Feminis pada 1970-an 132
Konstruksi Kultural Perbedaan Gender 133
Tubuh 136
Subjektivitas yang Kompleks 138
Etnografi Feminis 140
Kesimpulan 141
Rujukan 142
Bacaan Lebih Lanjut 146
Bab 7
Feminisme Kulit Hitam 149
Kadiatu Kanneh
Rujukan 166
Bacaan Lebih Lanjut 167
Bab 8
Teori Feminis Poskolonial 169
Sara Mills
Teori Poskolonial 171
Menggambarkan “Perempuan” Kolonial/Imperial 173
Keterlibatan Perempuan Inggris dalam Kolonialisme180
Subjek Subaltern 182
Masa Depan 188
Rujukan 189
Bacaan Lebih Lanjut 192
Bab 9
Teori Lesbian 193
Caroline Gonda
Rujukan 216
Bacaan Lebih Lanjut 222
Bab 10
Membentuk Teori Gender dan Seksualitas 225
Stevi Jackson
Konsep Gender 227
Mempersoalkan Pembedaan Jenis Kelamin-Gender 229
Perspektif Materialis dan Posmodern
mengenai Gender 231
Gender dan Seksualitas 239
Queer, Transgresi Gender, dan Tubuh 243
Rujukan 245
Bacaan Lebih Lanjut 249
Bab 11
Teori Bahasa Feminis 251
Deborah Cameron
Bahasa yang Seksis 253
Perempuan dan Laki-laki Berbicara 263
Kesimpulan: Berpikir Global, Bertindak Lokal 270
Rujukan 271
Bacaan Lebih Lanjut 273
Bab 12
Teori Feminis Psikoanalisis 277
Sue Vice
Freud dan Psikoanalisis 278
Freud dan Perempuan 281
Klein dan Keibuan (Maternal) 284
Jacques Lacan 288
Teori Feminis Prancis: Irigaray dan Kristeva 289
Penyamaran dan Penampilan 292
Femininitas Esensial 294
Kesimpulan 296
Rujukan 297
Bacaan Lebih Lanjut 301
Bab 13
Posmodernisme dan Feminisme 303
Patricia Waugh
Posmodernisme dan Feminisme: Sejarah Singkat 304
Peta Posmodernisme 310
Posmodernisme Kuat 311
Feminisme Posmodernisme Kuat:
dari Lyotard ke Haraway 315
Posmodernisme Lemah 321
Feminisme dan Posmodernisme Lemah 324
Rujukan 328
Bacaan Lebih Lanjut 330
Bab 14
Teori Sastra Feminis 331
Maggie Humm
Pengantar 331
Teori Sastra Feminis dari 1970 sampai Sekarang 333
Rujukan 356
Bacaan Lebih Lanjut 361
Bab 15
Teori Media dan Film Feminis 363
Sue Thornham
“Suatu anakronisme yang dapat membuat kita sakit” 364
Perempuan sebagai Tanda 366
Kenikmatan Visual 370
Penonton Perempuan 373
Menegosiasikan yang Populer 377
Dari Penonton ke Pemirsa 380
Melampaui Gender 385
Arah-arah Baru? 387
Rujukan 389
Bacaan Lebih Lanjut 393
Bab 16
Menteorikan yang Personal: Penggunaan Autobiografi
dalam Tulisan Akademis 397
Vicki Bertram
“Efek Otoritas” 400
Pelbagai Keberatan 402
Autobiografi sebagai Data 404
Dua Gambaran Mengenai Teoresasi Materi Personal 411
Beberapa Keberatan 413
Kesimpulan 415
Rujukan 418
Bacaan Lebih Lanjut 420
Bab 17
Kajian Perempuan 423
Mary Maynard
Kritik Feminis atas Pengetahuan Laki-laki 425
Isi dan Praktik Kajian Perempuan 428
Perubahan Sifat Teori Feminis dalam
Kajian Perempuan 433
Menatap ke Depan 437
Rujukan 439
Bacaan Lebih Lanjut 442
Para Penulis 443
Indeks 449
Harga Rp 86.000 TERJUAL JKT 21/11/14
Penulis : Stevi Jackson dan Jackie Jones (ed.)
Cetakan : I, 2010
Tebal : 460 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 978-602-8252-13-3
Deskripsi:
Peta multidisipliner pemikiran feminis ini merupakan teks yang ideal untuk bahan diskusi di ruang kelas. Buku ini membahas: teori sosial feminis, teori feminis dan perubahan ekonomi, teori politik feminis, yurisprudensi feminis, feminisme dan antropologi, feminisme kulit hitam, teori feminis postkolonial, teori lesbian, Membentuk teori gender dan seksualitas, teori bahasa feminis, teori feminis psikoanalisis, Postmodernisme dan feminisme, teori sastra feminis, teori media dan feminis, teorisasi personal dengan penggunaan autobiografi dalam penulisan akademis, kajian perempuan.
Daftar Isi
Bab 1
Berpikir untuk Diri Sendiri:
Sebuah Pengantar Menuju Teoresasi Feminis 1
Stevi Jackson dan Jackie Jones
Konteks Historis 5
Tema-tema Umum dan Perdebatan Penting 12
Rujukan 17
Bab 2
Teori Sosial Feminis 21
Stevi Jackson
Feminisme dan Marxisme 22
Hubungan Produksi: Kapitalis atau Patriarkal? 26
Hubungan Reproduksi dan Kontrol terhadap
Seksualitas Perempuan 32
Ideologi, Wacana, dan Pembalikan ke Arah Budaya 37
Teoresasi Keberagaman dan Kompleksitas 41
Teori Sosial Feminis pada 1990-an 43
Rujukan 49
Bacaan Lebih Lanjut 55
Bab 3
Teori Feminis dan Perubahan Ekonomi 57
Lisa Adkins
Pengantar 57 Individualisasi, Tradisionalisasi, dan Ekonomi 60
Tradisionalisasi Ekonomi? 64
Genderisasi Produksi Refleksif 68
Tradisionalisasi Berdasar Gender? 69
Perempuan Sosial, Laki-laki Tidak Sosial? 73
De-materialisasi Kerja dan Produktivitas Baru 75
Kesimpulan 78
Rujukan 79
Bacaan Lebih Lanjut 83
Bab 4
Teori Politik Feminis 85
Elizabeth Frazer
Politik dan Gender 85
Feminisme: Gerakan Politik dan Teori Politik 88
Basis Pemerintahan yang Sah 92
Kembali pada Politik 97
Rujukan 102
Bacaan Lebih Lanjut 105
Bab 5
Yurisprudensi Feminis 107
Jane Scoular
Pengantar 107
Watak Dasar Hukum—Melibatkan Diri
dengan Hukum Liberal 108
Kritik Feminis terhadap Rasio 109
Yurisprudensi Feminis Radikal 113
Pengaruh Posmodernisme 117
Rujukan 122
Bacaan Lebih Lanjut 124
Bab 6
Feminisme dan Antropologi 127
Penelope Harvey
Hubungan yang Ganjil 127
Antropologi Feminis pada 1970-an 132
Konstruksi Kultural Perbedaan Gender 133
Tubuh 136
Subjektivitas yang Kompleks 138
Etnografi Feminis 140
Kesimpulan 141
Rujukan 142
Bacaan Lebih Lanjut 146
Bab 7
Feminisme Kulit Hitam 149
Kadiatu Kanneh
Rujukan 166
Bacaan Lebih Lanjut 167
Bab 8
Teori Feminis Poskolonial 169
Sara Mills
Teori Poskolonial 171
Menggambarkan “Perempuan” Kolonial/Imperial 173
Keterlibatan Perempuan Inggris dalam Kolonialisme180
Subjek Subaltern 182
Masa Depan 188
Rujukan 189
Bacaan Lebih Lanjut 192
Bab 9
Teori Lesbian 193
Caroline Gonda
Rujukan 216
Bacaan Lebih Lanjut 222
Bab 10
Membentuk Teori Gender dan Seksualitas 225
Stevi Jackson
Konsep Gender 227
Mempersoalkan Pembedaan Jenis Kelamin-Gender 229
Perspektif Materialis dan Posmodern
mengenai Gender 231
Gender dan Seksualitas 239
Queer, Transgresi Gender, dan Tubuh 243
Rujukan 245
Bacaan Lebih Lanjut 249
Bab 11
Teori Bahasa Feminis 251
Deborah Cameron
Bahasa yang Seksis 253
Perempuan dan Laki-laki Berbicara 263
Kesimpulan: Berpikir Global, Bertindak Lokal 270
Rujukan 271
Bacaan Lebih Lanjut 273
Bab 12
Teori Feminis Psikoanalisis 277
Sue Vice
Freud dan Psikoanalisis 278
Freud dan Perempuan 281
Klein dan Keibuan (Maternal) 284
Jacques Lacan 288
Teori Feminis Prancis: Irigaray dan Kristeva 289
Penyamaran dan Penampilan 292
Femininitas Esensial 294
Kesimpulan 296
Rujukan 297
Bacaan Lebih Lanjut 301
Bab 13
Posmodernisme dan Feminisme 303
Patricia Waugh
Posmodernisme dan Feminisme: Sejarah Singkat 304
Peta Posmodernisme 310
Posmodernisme Kuat 311
Feminisme Posmodernisme Kuat:
dari Lyotard ke Haraway 315
Posmodernisme Lemah 321
Feminisme dan Posmodernisme Lemah 324
Rujukan 328
Bacaan Lebih Lanjut 330
Bab 14
Teori Sastra Feminis 331
Maggie Humm
Pengantar 331
Teori Sastra Feminis dari 1970 sampai Sekarang 333
Rujukan 356
Bacaan Lebih Lanjut 361
Bab 15
Teori Media dan Film Feminis 363
Sue Thornham
“Suatu anakronisme yang dapat membuat kita sakit” 364
Perempuan sebagai Tanda 366
Kenikmatan Visual 370
Penonton Perempuan 373
Menegosiasikan yang Populer 377
Dari Penonton ke Pemirsa 380
Melampaui Gender 385
Arah-arah Baru? 387
Rujukan 389
Bacaan Lebih Lanjut 393
Bab 16
Menteorikan yang Personal: Penggunaan Autobiografi
dalam Tulisan Akademis 397
Vicki Bertram
“Efek Otoritas” 400
Pelbagai Keberatan 402
Autobiografi sebagai Data 404
Dua Gambaran Mengenai Teoresasi Materi Personal 411
Beberapa Keberatan 413
Kesimpulan 415
Rujukan 418
Bacaan Lebih Lanjut 420
Bab 17
Kajian Perempuan 423
Mary Maynard
Kritik Feminis atas Pengetahuan Laki-laki 425
Isi dan Praktik Kajian Perempuan 428
Perubahan Sifat Teori Feminis dalam
Kajian Perempuan 433
Menatap ke Depan 437
Rujukan 439
Bacaan Lebih Lanjut 442
Para Penulis 443
Indeks 449
Label:
Jalasutra,
Kajian Antropologi,
Kajian Bahasa,
Kajian Ekonomi,
Kajian Feminisme,
kajian Gender,
Kajian Sastra,
Poskolonial,
Posmodern,
psikoanalisis,
Stevi Jackson,
TERJUAL
Jual Buku Tatapan Perempuan, Perempuan Sebagai Penonton Budaya Populer / Lorraine Gamman dan Margaret Marshment
Buku Tatapan Perempuan, Perempuan Sebagai Penonton Budaya Populer
Harga Rp 60.000
Penulis: Lorraine Gamman dan Margaret Marshment (ed.)
Cetakan: Pertama, Oktober 2010
Kategori: Cultural Studies, Feminisme
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: viii 308 hlm
ISBN: 978-602-8252-45-4
Apakah cuma lelaki yang memandang? Apa yang terjadi jika perempuan yang menjadi pengamat? Apa yang terjadi jika perempuan memandang perempuan?
esai-esai tentang budaya populer yang terdapat dalam buku ini mengupas berbagai kontradiksi dan kemungkinan dalam citra baru perempuan-perempuan perkasa seperti Cagney dan Lacey, Edwina Currie atau Madonna. Apakah Alexis Carrington memang mewakili sisi liar perempuan atau sekadar contoh lain dari seks yang dikaitkan dengan kapitalisme? Dan apa yang telah dilakukan oleh film Spielberg pada The Color Purple?
Apakah pandangan perempuan dibuat untuk memenuhi ideologi ‘lelaki’ seperti ‘undang-undang’ atau etika kerja Protestan? Atau, apakah tindakan kepenontonan perempuan yang aktif adalah sesuatu yang sulit dihadapi bahkan bagi kritik film feminis?
Kedua penyunting naskah asli buku in iadalah dosen bidang kajian perempuan, Lorraine Gamman mengajar di Middlesex Polytechnic dan Margaret Marshment mengajar di University of Kent.
Buku ini membahas
1. Mengamati Sang Detektif; Teka-teki Tatapan Perempuan
2. Perempuan Terpandang
3. Lihatlah Dirimu, Nak!
4. The Color Purple: Mempertahankan Akhir yang Bahagia
5. Lolita Bertemu Serigala: The Company of Wolves
6. Lace: Pornografi untuk Perempuan?
7. Joan Collins dan Sisi Liar Perempuan: Mengupas Kenikmatan dan Representasi
8. Mati-matian Mencari Perbedaan
9. Pandangan Kaum Kulit Hitam
10. Status Perempuan yang Bekerja di Perfilman dan Pertelevisian
11. Mengeruk Keuntungan dari Takhayul Iklan dan Pelbagai Hal yang Dianggap Tabu Ketika Menstruasi
12. Sudikah Bergabung dengan Saya dalam Dansa Tanggo Tingkat Tinggi? Posmoderisme dan ‘Perempuan Baru’
13. Feminisme dan Politik Kekuasaan: Sebenarnya, Tatapan Siapa?
Tentang Para Kontributor
Suzanne Moore sedang melakukan penelitian untuk gelar PhD-nya tentang teori kenikmatan di Middlesex Polytechnic. Di sana ia juga mengajar secara paruh waktu Cultural Studies. Ia juga mengajar di St Martin’s School of Art dan bekerja sebagai jurnalis dan penulis lepas.
Andrea Stuart adalah jurnalis lepas, bekerja di penerbitan dan sekarang adalah anggota perkumpulan Spare Rib.
Maggie Anwell bekerja di bagian proyek penelitian nasional yang meneliti kondisi seni dalam pendidikan. Ia terlibat dalam komunitas seni, pendidikan, dan teater selama dua puluh tahun terkahir ini, termasuk bekerja untuk Open University (Universitas Terbuka) bidang Seni dan Lingkungan.
Avis Lewallen sedang menyelesaikan gelar MA dalam bidang Kajian Perempuan di University of Kent, menulis tentang seksualitas, fiksi, dan feminisme. Ia juga menulis dalam antologi cerita pendek Angela Carter ,The Bloody Chamber dan dalam buku Perspective on Pornography: Sexuality in Literature and Film, yang disunting oleh Gary Day dan Clive Bloom, diterbitkan Macmillan, Musim Gugur 1988.
Belinda Budge mengajar secara paruh waktu dalam bidang Kajian Perempuan dan Kajian Film serta menyelesaikan gelar PhD di Middlesex Polytechnic dengan meneliti kemunculan sinema perempuan independen di Inggris pada 1980-an.
Jackie Stacey adalah mahasiswa PhD di Centre for Contemporary Cultural Studies, University of Birmingham, meneliti perdebatan feminis tentang kepenontonan (spectatorship) dan sinema Hollywood di tahun empat puluhan dan lima puluhan. Ia mengajar Kajian Film, Kajian Perempuan, serta Kajian Lesbian dan Gay pada orang dewasa maupun yang berpendidikan tinggi.
Jacqui Roach adalah jurnalis lepas dan bekerja penuh waktu sebagai Pejabat Pers dan Publisitas di The Women’s Press.
Petal Felix sedang menjelajahi Afrika dan bekerja sebagai jurnalis lepas.
Anne Ross Muir adalah sutradara televisi lepas, yang bekerja di pelbagai macam produksi, termasuk berita, berita hangat terkini, dokumenter, dan doku-drama, baik di Inggris maupun di Amerika. Ia adalah penulis A Women’s Guide to Jobs in Film and Television (Pandora, 1987).
Harga Rp 60.000
Penulis: Lorraine Gamman dan Margaret Marshment (ed.)
Cetakan: Pertama, Oktober 2010
Kategori: Cultural Studies, Feminisme
Ukuran: 14 x 21 cm
Tebal: viii 308 hlm
ISBN: 978-602-8252-45-4
Apakah cuma lelaki yang memandang? Apa yang terjadi jika perempuan yang menjadi pengamat? Apa yang terjadi jika perempuan memandang perempuan?
esai-esai tentang budaya populer yang terdapat dalam buku ini mengupas berbagai kontradiksi dan kemungkinan dalam citra baru perempuan-perempuan perkasa seperti Cagney dan Lacey, Edwina Currie atau Madonna. Apakah Alexis Carrington memang mewakili sisi liar perempuan atau sekadar contoh lain dari seks yang dikaitkan dengan kapitalisme? Dan apa yang telah dilakukan oleh film Spielberg pada The Color Purple?
Apakah pandangan perempuan dibuat untuk memenuhi ideologi ‘lelaki’ seperti ‘undang-undang’ atau etika kerja Protestan? Atau, apakah tindakan kepenontonan perempuan yang aktif adalah sesuatu yang sulit dihadapi bahkan bagi kritik film feminis?
Kedua penyunting naskah asli buku in iadalah dosen bidang kajian perempuan, Lorraine Gamman mengajar di Middlesex Polytechnic dan Margaret Marshment mengajar di University of Kent.
Buku ini membahas
1. Mengamati Sang Detektif; Teka-teki Tatapan Perempuan
2. Perempuan Terpandang
3. Lihatlah Dirimu, Nak!
4. The Color Purple: Mempertahankan Akhir yang Bahagia
5. Lolita Bertemu Serigala: The Company of Wolves
6. Lace: Pornografi untuk Perempuan?
7. Joan Collins dan Sisi Liar Perempuan: Mengupas Kenikmatan dan Representasi
8. Mati-matian Mencari Perbedaan
9. Pandangan Kaum Kulit Hitam
10. Status Perempuan yang Bekerja di Perfilman dan Pertelevisian
11. Mengeruk Keuntungan dari Takhayul Iklan dan Pelbagai Hal yang Dianggap Tabu Ketika Menstruasi
12. Sudikah Bergabung dengan Saya dalam Dansa Tanggo Tingkat Tinggi? Posmoderisme dan ‘Perempuan Baru’
13. Feminisme dan Politik Kekuasaan: Sebenarnya, Tatapan Siapa?
Tentang Para Kontributor
Suzanne Moore sedang melakukan penelitian untuk gelar PhD-nya tentang teori kenikmatan di Middlesex Polytechnic. Di sana ia juga mengajar secara paruh waktu Cultural Studies. Ia juga mengajar di St Martin’s School of Art dan bekerja sebagai jurnalis dan penulis lepas.
Andrea Stuart adalah jurnalis lepas, bekerja di penerbitan dan sekarang adalah anggota perkumpulan Spare Rib.
Maggie Anwell bekerja di bagian proyek penelitian nasional yang meneliti kondisi seni dalam pendidikan. Ia terlibat dalam komunitas seni, pendidikan, dan teater selama dua puluh tahun terkahir ini, termasuk bekerja untuk Open University (Universitas Terbuka) bidang Seni dan Lingkungan.
Avis Lewallen sedang menyelesaikan gelar MA dalam bidang Kajian Perempuan di University of Kent, menulis tentang seksualitas, fiksi, dan feminisme. Ia juga menulis dalam antologi cerita pendek Angela Carter ,The Bloody Chamber dan dalam buku Perspective on Pornography: Sexuality in Literature and Film, yang disunting oleh Gary Day dan Clive Bloom, diterbitkan Macmillan, Musim Gugur 1988.
Belinda Budge mengajar secara paruh waktu dalam bidang Kajian Perempuan dan Kajian Film serta menyelesaikan gelar PhD di Middlesex Polytechnic dengan meneliti kemunculan sinema perempuan independen di Inggris pada 1980-an.
Jackie Stacey adalah mahasiswa PhD di Centre for Contemporary Cultural Studies, University of Birmingham, meneliti perdebatan feminis tentang kepenontonan (spectatorship) dan sinema Hollywood di tahun empat puluhan dan lima puluhan. Ia mengajar Kajian Film, Kajian Perempuan, serta Kajian Lesbian dan Gay pada orang dewasa maupun yang berpendidikan tinggi.
Jacqui Roach adalah jurnalis lepas dan bekerja penuh waktu sebagai Pejabat Pers dan Publisitas di The Women’s Press.
Petal Felix sedang menjelajahi Afrika dan bekerja sebagai jurnalis lepas.
Anne Ross Muir adalah sutradara televisi lepas, yang bekerja di pelbagai macam produksi, termasuk berita, berita hangat terkini, dokumenter, dan doku-drama, baik di Inggris maupun di Amerika. Ia adalah penulis A Women’s Guide to Jobs in Film and Television (Pandora, 1987).
Jual buku Jalan Bahasa: Pelajaran Praktis Tata Bahasa, Bahasa Indonesia /Dwi Puspitorini,Totok Suhardiyanto
Jalan Bahasa: Pelajaran Praktis Tata Bahasa, Bahasa Indonesia
Harga RP 66.000
Penulis : Dwi Puspitorini,Totok Suhardiyanto,dan Untung Yuwono
Penerbit : Penaku
Sinopsis :
Kebanyakan buku mengenai tata bahasa bahasa Indonesia lebih mengutamakan aspek teoritis daripada aspek praktis. Penjelasan tentang segala kaidah dalam tata bahasa diperikan tanpa dilengkapi dengan tuntunan bagaimana menerapkan kaidah itu dalam komunikasi, baik lisan maupun tulis.
Sesuai dengan judulnya, Jalan Bahasa: Pelajaran Praktis Tata Bahasa Bahasa Indonesia menyajikan tuntunan praktis bagaimana menerapkan kaidah tata bahasa bahasa Indonesia, terutama bagi orang asing dewasa yang sedang mempelajari bahasa Indonesia untuk keperluan praktis. Tuntunan praktis diarahan pada penjelasan pelbagai kaidah tata bahasa bahasa Indonesia secara ringkas namun efisien dan mudah dipahami. Tidak hanya itu, penjelasan praktis itu dilengkapi dengan latihan yang bervariasi namun terarah pada tujuan pemelajaran.
Buku ini dibagi dalam tiga bagian dan menawarkan materi pelajaran tata bahasa bahasa Indonesia secara bertahap. Dengan tingkat kesulitan materi yang makin meningkat, Jalan Bahasa memandu pemelajaran bahasa Indonesia ke “jalan” bahasa Indonesia yang benar dan semakin menantang untuk ditempuh. Dengan demikian, Jalan Bahasa tidak hanya dapat digunakan oleh orang asing dewasa yang sedang mempelajari bahasa Indonesia, tetapi oleh siapapun. Termasuk orang Indonesia, yang berminat menguasai bahasa Indonesia dengan benar.
Jual Buku Jawa Islam Cina Politik Jati diri dalam Jawa Safar Cina Sajadah
Buku Jawa-Islam-Cina: Politik Jatidiri Dalam Jawa Safar Cina Sajadah
Harga Rp 70.000
Penulis Cin Hapsari Tomoidjojo
Penerbit Wedatama Widya Sastra
Tanggal terbit Februari - 2014
Jumlah Halaman -
Berat Buku 550 gr
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) -
SINOPSIS BUKU - Jawa-Islam-Cina: Politik Jatidiri Dalam Jawa Safar Cina Sajadah
Jawa Safar Cina Sajadah. Ungkapan lisan yang muncul pada masa kesultanan Demak Bintara abad ke-16 itu menyiratkan matra Jawa, Islam, dan Cina; sekaligus menyiratkan pula persinggungan dan/atau pertautan budaya Jawa, Islam, dan Cina. Dalam rentang Panjang pertemuan Jawa-Cina, seluruh kondisi yang ada pada akhirnya menciptakan dan sekaligus membangun watak sosial yang khas. Dari kacamata politik identitas, watak sosial boleh jadi akan dianggap menggarisbawahi adanya perbedaan. Namun, beranjak dari logika pengetahuan Jawa, yang dimaksud dengan perbedaan (dalam kacamata politik identitas) sejatinya adalah pembedaan karena melibatkan unsur yang lebih eksternal, yakni hegemoni wacana dominan di dalamnya. pada ruang ini kekuasaanlah yang sepenuhnya memainkan peran. Pembedaan biasanya baru akan berjalan masif setelah perbedaan diketahui oleh otoritas penguasa. Dapat dipastikan bahwa pada kasus ini pembedaan antara masyarakat Jawa dan Cina bekerja hampir di seluruh bidang kajian politik identitas. Sementara dalam sudut pandang kaidah jawa, perbedaan lahir hanya karena sifat esensial sehingga merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima selain wajib disikapi dengan bijak.
Harga Rp 70.000
Penulis Cin Hapsari Tomoidjojo
Penerbit Wedatama Widya Sastra
Tanggal terbit Februari - 2014
Jumlah Halaman -
Berat Buku 550 gr
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) -
SINOPSIS BUKU - Jawa-Islam-Cina: Politik Jatidiri Dalam Jawa Safar Cina Sajadah
Jawa Safar Cina Sajadah. Ungkapan lisan yang muncul pada masa kesultanan Demak Bintara abad ke-16 itu menyiratkan matra Jawa, Islam, dan Cina; sekaligus menyiratkan pula persinggungan dan/atau pertautan budaya Jawa, Islam, dan Cina. Dalam rentang Panjang pertemuan Jawa-Cina, seluruh kondisi yang ada pada akhirnya menciptakan dan sekaligus membangun watak sosial yang khas. Dari kacamata politik identitas, watak sosial boleh jadi akan dianggap menggarisbawahi adanya perbedaan. Namun, beranjak dari logika pengetahuan Jawa, yang dimaksud dengan perbedaan (dalam kacamata politik identitas) sejatinya adalah pembedaan karena melibatkan unsur yang lebih eksternal, yakni hegemoni wacana dominan di dalamnya. pada ruang ini kekuasaanlah yang sepenuhnya memainkan peran. Pembedaan biasanya baru akan berjalan masif setelah perbedaan diketahui oleh otoritas penguasa. Dapat dipastikan bahwa pada kasus ini pembedaan antara masyarakat Jawa dan Cina bekerja hampir di seluruh bidang kajian politik identitas. Sementara dalam sudut pandang kaidah jawa, perbedaan lahir hanya karena sifat esensial sehingga merupakan sebuah kenyataan yang harus diterima selain wajib disikapi dengan bijak.
Jual Buku Media Besar media Kecil, Alat dan Teknologi untuk pengajaran, Wilbur Schram.
Jual Buku Seyyed Hossein Nasr, penjaga Taman Spiritualitas Islam
Judul Buku Seyyed Hossein Nasr, penjaga Taman Spiritualitas Islam, Harga Rp 35.000
Penulis Aan Rukmana.
Penerbit Dian Rakyat
ISBN ;978-979-078-4321
Ukuran ;14,5 X 21 CM
Jumlah Halaman ; 124(BW)
Kondisi Baru
Seyyed Hossein Nasr adalah sosok pemikir Islam yang unik. Meski hidup di alam modern yang seringkali mendambakan limpahan materi, namun kerinduannya untuk menjaga spiritualitas Islam begitu kuat tertanam dalam dirinya. Ia sudah mengabadikan dirinya menjadi "Penjaga Taman" spiritualitas Islam. Penguasaannya yang begitu mendalam atas tradisi klasik Islam, disertai perjumpaannya dengan sain-sain modern Barat, menjadikan dirinya menjadi sosok yang otoritatif di bidang filsafat Barat dan Timur. Di samping itu kerinduannya terhadap spiritualitas telah membawa dirinya tembus ke berbagai belahan dunia manapun. Ia menmukan serpihan kebenaran di dalam tradisi-tradisi lainnya.
Berbagai tema penting sudah menjadi sorotannya, seperti isu sains Islam, seputar hakikat akal, kritik atas modernisme, tasawuf, sains Sakral, tradisi Islam, seruan untuk kaum muda dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bukti bahwa Nasr adalah pemikir Islam prolifik saat ini yang menyuarakan terus arti penting metafisikan di kehidupan modern.
Buku ini menawarkan beberapa serpihan ide serta gagasan Nasr, terutama terkait isu-isu sains, akal, kiritik atas akal Krant, sebagai pelopor modernisme. Buku ini semoga menjadi peretas jalan untuk mengenal Nasr lebih dekat lagi.
Selamat Membaca!
Penulis Aan Rukmana.
Penerbit Dian Rakyat
ISBN ;978-979-078-4321
Ukuran ;14,5 X 21 CM
Jumlah Halaman ; 124(BW)
Kondisi Baru
Seyyed Hossein Nasr adalah sosok pemikir Islam yang unik. Meski hidup di alam modern yang seringkali mendambakan limpahan materi, namun kerinduannya untuk menjaga spiritualitas Islam begitu kuat tertanam dalam dirinya. Ia sudah mengabadikan dirinya menjadi "Penjaga Taman" spiritualitas Islam. Penguasaannya yang begitu mendalam atas tradisi klasik Islam, disertai perjumpaannya dengan sain-sain modern Barat, menjadikan dirinya menjadi sosok yang otoritatif di bidang filsafat Barat dan Timur. Di samping itu kerinduannya terhadap spiritualitas telah membawa dirinya tembus ke berbagai belahan dunia manapun. Ia menmukan serpihan kebenaran di dalam tradisi-tradisi lainnya.
Berbagai tema penting sudah menjadi sorotannya, seperti isu sains Islam, seputar hakikat akal, kritik atas modernisme, tasawuf, sains Sakral, tradisi Islam, seruan untuk kaum muda dan lain sebagainya. Semua itu merupakan bukti bahwa Nasr adalah pemikir Islam prolifik saat ini yang menyuarakan terus arti penting metafisikan di kehidupan modern.
Buku ini menawarkan beberapa serpihan ide serta gagasan Nasr, terutama terkait isu-isu sains, akal, kiritik atas akal Krant, sebagai pelopor modernisme. Buku ini semoga menjadi peretas jalan untuk mengenal Nasr lebih dekat lagi.
Selamat Membaca!
Jual Buku Pelayaran dan Perdagangan Kawasan Laut Sawu, oleh Didik Pradjoko
Jual Buku Gambar Tangan Gua Gua Prasejarah, R Cecep Permana
Gambar Tangan Gua Gua Prasejarah ,
Pangkep-Maros Sulawesi Selatan
RP 65.000
Penulis R. Cecep Eka Permana
Penerbit Wedatama Widya Sastra
Tanggal terbit Juni - 2014
Jumlah Halaman -
Berat Buku 400 grISBN 9789791012461
Jenis Cover Soft Cover
Gambar tangan (hand stencil) merupakan salah satu bentuk gambar gua (rock art) yang banyak ditemukan pada situs-situs gua prasejarah dari masa paleolitik dan/atau mesolitik di seluruh dunia. Di Indonesia, gambar tangan tersebut ditemukan di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua. Khusus temuan gambar tangan di Sulawesi Selatan banyak dijumpai pada Kawasan Situs Gua Prasejarah Maros-Pangkep.
Buku ini mengkaji lebih dari 500 gambar tangan dari berbagai situs gua prasejarah di Kabupaten Pangkep dan Maros, Sulawesi Selatan. Terdapat beragam bentuk, ukuran, dan letak gambar tangan.
Dari berbagai variasi gambar tangan tersebut diketahui bahwa terdapat suatu pola gambar yang khas. Pola yang terbentuk itu menunjukkan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut memiliki pandangan normatif tertentu mengenai budaya gambar tangan.
Pangkep-Maros Sulawesi Selatan
RP 65.000
Penulis R. Cecep Eka Permana
Penerbit Wedatama Widya Sastra
Tanggal terbit Juni - 2014
Jumlah Halaman -
Berat Buku 400 grISBN 9789791012461
Jenis Cover Soft Cover
Gambar tangan (hand stencil) merupakan salah satu bentuk gambar gua (rock art) yang banyak ditemukan pada situs-situs gua prasejarah dari masa paleolitik dan/atau mesolitik di seluruh dunia. Di Indonesia, gambar tangan tersebut ditemukan di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua. Khusus temuan gambar tangan di Sulawesi Selatan banyak dijumpai pada Kawasan Situs Gua Prasejarah Maros-Pangkep.
Buku ini mengkaji lebih dari 500 gambar tangan dari berbagai situs gua prasejarah di Kabupaten Pangkep dan Maros, Sulawesi Selatan. Terdapat beragam bentuk, ukuran, dan letak gambar tangan.
Dari berbagai variasi gambar tangan tersebut diketahui bahwa terdapat suatu pola gambar yang khas. Pola yang terbentuk itu menunjukkan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut memiliki pandangan normatif tertentu mengenai budaya gambar tangan.
Buku Moral Sosial, Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat / Kieser, Bernhard
Buku Moral Sosial, Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat
Harga Rp 25.000
Penulis : Kieser, Bernhard
Penerbit: Kanisius, 1987
Tebal ; 124 p. ; 20 cm
ISBN/ISSN ; 979-413-179-2
Kondisi Seken, Bagus
Harga Rp 25.000
Penulis : Kieser, Bernhard
Penerbit: Kanisius, 1987
Tebal ; 124 p. ; 20 cm
ISBN/ISSN ; 979-413-179-2
Kondisi Seken, Bagus
Jual Buku Politik Sastra / Saut Situmorang
Judul: Politik Sastra
Harga: Rp. 35.000 TERJUAL
Penulis: Saut Situmorang
Penerbit: SIC, Yogyakarta
ISBN: 978-979-16849-8-9
Tahun: 2009
Tebal: 204 hlm
Ukuran: 15,5x23 cm
oleh Zamakhsyari Abrar
Sebelum membahas buku Politik Sastra, saya merasa terganggu dengan kata pengantar Zen Hae untuk buku pemenang lomba kritik sastra Dewan Kesenian Jakarta tahun 2007. “Di tengah iklim kesusastraan kita yang penuh gosip, hujatan, dan caci maki. Dibutuhkan ketabahan tersendiri bagi penulis kritik sastra untuk meloloskan diri dari hal itu,” demikian Zen Hae. Meski cuma sebaris, kalimat Zen Hae itu penting diketahui publik sastra Indonesia, karena secara tidak langsung bersinggungan dengan konteks (buku) Saut Situmorang dan Zen Hae sendiri.
Jamak diketahui Zen Hae belakangan juga salah seorang dari penulis yang diserang Saut Situmorang karena “afiliasinya” dengan Goenawan Mohamad (atau kelompok TUK) dalam perspektif Perang Sastra boemipoetra vs Teater Utan Kayu (TUK) yang digelorakan Saut cs. Kata pengantar Zen Hae di atas juga penting diketahui publik karena suka atau tidak suka, pandangan tadi dapat dianggap mewakili “sikap resmi” pihak Dewan Kesenian Jakarta terkait kondisi riil sastra kontemporer kita, karena ia merupakan orang dalam, atau paling tidak sikap ia pribadi selaku Ketua Komite Sastra DKJ periode 2005-2008.
Tentu timbul pertanyaan di benak kita, siapakah yang bergosip, menghujat, dan mencaci maki itu seperti yang disinyalir oleh Zen Hae? Meski tidak menunjuk hidung, orang-orang yang mengikuti perkembangan sastra kita dalam lima tahun terakhir pasti paham siapa salah seorang tukang gosip yang dimaksud oleh cerpenis asal Betawi itu. Siapa lagi kalau bukan Saut sendiri, penyair yang dalam beberapa tahun terakhir terus menjadi pusat kontroversi sastra kita, penyair yang dinilai hanya mencari-cari perhatian terkait kritik-kritiknya yang tiada henti terhadap kelompok TUK, penyair yang dinilai hanya bergosip dan mencacimaki dalam tulisan-tulisannya di internet maupun di jurnal boemipoetra, media yang dikelolanya bersama kawan-kawannya sepaham seperti penyair buruh Wowok Hesti Prabowo dan istrinya Katrin Bandel.
Berangkat dari pandangan “penuh gosip, hujatan, dan caci maki” inilah saya mencoba membaca buku ini. Betulkah Saut bergosip terkait kuatnya dominasi TUK dalam jagad sastra kontemporer kita? Gosip atau faktakah terkait tuduhan Saut, bahwa mengapa sejak Hasif Amini menjabat sebagai redaktur puisi koran Kompas Minggu, puisi-puisi kawan-kawannya seperti Goenawan Mohamad, Nirwan Dewanto dan Sitok Srengenge selalu muncul sehalaman penuh, sementara penyair lain puisinya diterbitkan beramai-ramai?
Bila Saut cs dianggap hanya mencacimaki lewat jurnal boemipoetra, lalu apakah pernyataan Goenawan bahwa boemipoetra cuma coret-coretan di kakus itu bukan caci maki? Bagaimana pula dengan kebenaran kabar pencopotan Chavchay Syaifullah sebagai wartawan budaya Media Indonesia yang konon terjadi atas intervensi Goenawan Mohamad setelah laporannya mengenai Utan Kayu International Literary Biennale 2007 dianggap fitnah berat oleh TUK? Benar atau tidaknya kabar ini, yang pasti tidak bisa dipungkiri pencopotan Chavchay ada kaitannya dengan laporannya itu.
Aneka pertanyaan di atas penting saya kemukakan karena berkaitan erat dengan isu sentral yang ditawarkan Saut dalam buku ini yakni politik sastra, hal yang menurut Saut belum banyak disadari para pengarang di negeri ini. Untuk menjelaskan pandangannya ini, Saut menulis esei panjang Politik Kanonisasi Sastra. Ia memulai tulisannya dengan tinjauan historis kanonisasi sastra yang bermula dari tradisi agama Kristen hingga mengerucut pada kondisi kontemporer sastra kita yang kental dengan politik sastra TUK dan juga oleh Kompas Minggu (hal. 171-183). Politik sastra yang dinilai Saut telah menyeragamkan tema hingga style of writing, terutama pada puisi kontemporer Indonesia.
Bagi Saut, politik sastra TUK terlalu kasat mata, terlalu vulgar, untuk tidak mungkin terlihat oleh orang-orang di luarnya. Misalnya kasus Chavchay Syaifullah tadi dan manipulasi komentar Pramoedya Ananta Toer untuk buku Saman karya Ayu Utami, hingga “dongeng Der Spiegel bahwa TUK merupakan sebuah gerakan politik kiri”.
Cukup banyak topik yang dibahas Saut, mulai politik sayembara sastra, masalah cerpen koran Indonesia, puisi cyber sampai soal feminisme, manifesto boemipoetra, sebuah wawancara serta alasan Saut menolak anugerah Khatulistiwa Literary Award. Tulisan-tulisannya penuh polemik dan terkadang provokatif. Dalam tulisan-tulisannya, secara terang-terangan ia menyangsikan pengetahuan orang yang diserangnya. Menulis dengan kesangsian seperti ini barangkali akan membuat orang yang diserangnya malu hati. Paling tidak itulah yang saya rasakan sebagai pembaca.
Persoalan yang paling banyak menyita perhatian Saut adalah masalah kritik sastra di Indonesia. Minimnya pemahaman akan teori sastra disinyalir Saut telah menyebabkan merebaknya “anarkisme interpretasi dan evaluasi” dalam dunia kangouw sastra Indonesia (istilah kangouw adalah istilah Saut sendiri).
Saut lalu merujuk tulisan-tulisan akhir tahun Nirwan Dewanto di majalah Tempo sebagai contoh populer tulisan “kritik sastra” yang dikecamnya tersebut, sebuah tulisan yang tergantung kata hati penulisnya saja tanpa adanya metode yang jelas. Dalam tulisan Nirwan berjudul Kilas Balik 2002, Saut mengkritik betapa mudahnya Nirwan membuat kesimpulan-kesimpulan mentah yang final tentang karya produk non-TUK, tanpa sanggup membuktikannya lewat kritik “close reading”, sementara hanya berbasa-basi puja-puji terhadap kawan-kawannya di TUK.
Ia juga mengkritik gampangnya para pelaku sastra kita menyebut diri sebagai kritikus sastra tanpa adanya pertanggungjawaban ilmiah. Tiap orang yang menulis atau berkomentar tentang sastra secara serampangan disebut atau menyebut diri sebagai kritikus sastra.
Lewat buku ini Saut mencoba mengajak pembaca untuk menyadari betapa parahnya kondisi sastra kita tanpa adanya kritik sastra yang baik dan bermutu. Sebab kritik sastra diibaratkan Saut semacam pasangan hidup bagi karya seni sastra supaya yang terakhir ini tidak hidup kesepian, halusinasif, dan kering meranggas (hal. 14).
Buku ini tidak sekadar menerangjelaskan mengapa Saut memusuhi TUK, tapi sekaligus juga menjelaskan pandangan dan ideologi sang penyair (dan boemipoetra) dalam berkesenian. Esei-esei Saut ini juga tercatat sebagai dokumentasi pertama terkait wacana sastra Saut (dan boemipoetra) dalam perseteruannya dengan kelompok TUK, yang selama ini lebih banyak berserakan di berbagai milis dan forum dunia maya.
******************************************
Politik sastra itu ada. Barangkali demikian yang bisa disimpulkan setelah membaca tulisan-tulisan Saut Situmorang dalam buku Politik Sastra ini. Politik kepentingan dalam dunia sastra memang tidak dapat dihindari. Jika menilik sejarah periodesasi sastra sejak pra kemerdekaan sampai hari ini, ada relasi yang saling “mengancam” di satu sisi, serta menguntungkan di sisi lain. Relasi-relasi itu umumnya muncul dalam perseteruan sastra-kolonial, sastra-negara, sastra-agama, bahkan tak jarang di internal pelaku sastra itu sendiri.
Menurut Saut Situmorang, sastra Indonesia saat ini hampir-hampir tak memiliki kritikus yang mengimbangi pesatnya minat kepengarangan. Banyaknya sayembara, munculnya penulis-penulis perempuan atau yang mengangkat tema-tema perempuan, dan sejumlah fenomena lainnya leluasa bermunculan dengan liar dan mungkindapat diistilahkan sebagai kompetisi, terlepas dari kualitasnya. Persoalan lain yang sulit diminimalisir perseteruannya adalah pengkotak-kotakan karya maupun pengarang. Cukup banyak permasalahan sastra yang terpolitisasi yang diulas oleh Saut Situmorang dalam buku Politik Sastra ini.
Harga: Rp. 35.000 TERJUAL
Penulis: Saut Situmorang
Penerbit: SIC, Yogyakarta
ISBN: 978-979-16849-8-9
Tahun: 2009
Tebal: 204 hlm
Ukuran: 15,5x23 cm
oleh Zamakhsyari Abrar
Sebelum membahas buku Politik Sastra, saya merasa terganggu dengan kata pengantar Zen Hae untuk buku pemenang lomba kritik sastra Dewan Kesenian Jakarta tahun 2007. “Di tengah iklim kesusastraan kita yang penuh gosip, hujatan, dan caci maki. Dibutuhkan ketabahan tersendiri bagi penulis kritik sastra untuk meloloskan diri dari hal itu,” demikian Zen Hae. Meski cuma sebaris, kalimat Zen Hae itu penting diketahui publik sastra Indonesia, karena secara tidak langsung bersinggungan dengan konteks (buku) Saut Situmorang dan Zen Hae sendiri.
Jamak diketahui Zen Hae belakangan juga salah seorang dari penulis yang diserang Saut Situmorang karena “afiliasinya” dengan Goenawan Mohamad (atau kelompok TUK) dalam perspektif Perang Sastra boemipoetra vs Teater Utan Kayu (TUK) yang digelorakan Saut cs. Kata pengantar Zen Hae di atas juga penting diketahui publik karena suka atau tidak suka, pandangan tadi dapat dianggap mewakili “sikap resmi” pihak Dewan Kesenian Jakarta terkait kondisi riil sastra kontemporer kita, karena ia merupakan orang dalam, atau paling tidak sikap ia pribadi selaku Ketua Komite Sastra DKJ periode 2005-2008.
Tentu timbul pertanyaan di benak kita, siapakah yang bergosip, menghujat, dan mencaci maki itu seperti yang disinyalir oleh Zen Hae? Meski tidak menunjuk hidung, orang-orang yang mengikuti perkembangan sastra kita dalam lima tahun terakhir pasti paham siapa salah seorang tukang gosip yang dimaksud oleh cerpenis asal Betawi itu. Siapa lagi kalau bukan Saut sendiri, penyair yang dalam beberapa tahun terakhir terus menjadi pusat kontroversi sastra kita, penyair yang dinilai hanya mencari-cari perhatian terkait kritik-kritiknya yang tiada henti terhadap kelompok TUK, penyair yang dinilai hanya bergosip dan mencacimaki dalam tulisan-tulisannya di internet maupun di jurnal boemipoetra, media yang dikelolanya bersama kawan-kawannya sepaham seperti penyair buruh Wowok Hesti Prabowo dan istrinya Katrin Bandel.
Berangkat dari pandangan “penuh gosip, hujatan, dan caci maki” inilah saya mencoba membaca buku ini. Betulkah Saut bergosip terkait kuatnya dominasi TUK dalam jagad sastra kontemporer kita? Gosip atau faktakah terkait tuduhan Saut, bahwa mengapa sejak Hasif Amini menjabat sebagai redaktur puisi koran Kompas Minggu, puisi-puisi kawan-kawannya seperti Goenawan Mohamad, Nirwan Dewanto dan Sitok Srengenge selalu muncul sehalaman penuh, sementara penyair lain puisinya diterbitkan beramai-ramai?
Bila Saut cs dianggap hanya mencacimaki lewat jurnal boemipoetra, lalu apakah pernyataan Goenawan bahwa boemipoetra cuma coret-coretan di kakus itu bukan caci maki? Bagaimana pula dengan kebenaran kabar pencopotan Chavchay Syaifullah sebagai wartawan budaya Media Indonesia yang konon terjadi atas intervensi Goenawan Mohamad setelah laporannya mengenai Utan Kayu International Literary Biennale 2007 dianggap fitnah berat oleh TUK? Benar atau tidaknya kabar ini, yang pasti tidak bisa dipungkiri pencopotan Chavchay ada kaitannya dengan laporannya itu.
Aneka pertanyaan di atas penting saya kemukakan karena berkaitan erat dengan isu sentral yang ditawarkan Saut dalam buku ini yakni politik sastra, hal yang menurut Saut belum banyak disadari para pengarang di negeri ini. Untuk menjelaskan pandangannya ini, Saut menulis esei panjang Politik Kanonisasi Sastra. Ia memulai tulisannya dengan tinjauan historis kanonisasi sastra yang bermula dari tradisi agama Kristen hingga mengerucut pada kondisi kontemporer sastra kita yang kental dengan politik sastra TUK dan juga oleh Kompas Minggu (hal. 171-183). Politik sastra yang dinilai Saut telah menyeragamkan tema hingga style of writing, terutama pada puisi kontemporer Indonesia.
Bagi Saut, politik sastra TUK terlalu kasat mata, terlalu vulgar, untuk tidak mungkin terlihat oleh orang-orang di luarnya. Misalnya kasus Chavchay Syaifullah tadi dan manipulasi komentar Pramoedya Ananta Toer untuk buku Saman karya Ayu Utami, hingga “dongeng Der Spiegel bahwa TUK merupakan sebuah gerakan politik kiri”.
Cukup banyak topik yang dibahas Saut, mulai politik sayembara sastra, masalah cerpen koran Indonesia, puisi cyber sampai soal feminisme, manifesto boemipoetra, sebuah wawancara serta alasan Saut menolak anugerah Khatulistiwa Literary Award. Tulisan-tulisannya penuh polemik dan terkadang provokatif. Dalam tulisan-tulisannya, secara terang-terangan ia menyangsikan pengetahuan orang yang diserangnya. Menulis dengan kesangsian seperti ini barangkali akan membuat orang yang diserangnya malu hati. Paling tidak itulah yang saya rasakan sebagai pembaca.
Persoalan yang paling banyak menyita perhatian Saut adalah masalah kritik sastra di Indonesia. Minimnya pemahaman akan teori sastra disinyalir Saut telah menyebabkan merebaknya “anarkisme interpretasi dan evaluasi” dalam dunia kangouw sastra Indonesia (istilah kangouw adalah istilah Saut sendiri).
Saut lalu merujuk tulisan-tulisan akhir tahun Nirwan Dewanto di majalah Tempo sebagai contoh populer tulisan “kritik sastra” yang dikecamnya tersebut, sebuah tulisan yang tergantung kata hati penulisnya saja tanpa adanya metode yang jelas. Dalam tulisan Nirwan berjudul Kilas Balik 2002, Saut mengkritik betapa mudahnya Nirwan membuat kesimpulan-kesimpulan mentah yang final tentang karya produk non-TUK, tanpa sanggup membuktikannya lewat kritik “close reading”, sementara hanya berbasa-basi puja-puji terhadap kawan-kawannya di TUK.
Ia juga mengkritik gampangnya para pelaku sastra kita menyebut diri sebagai kritikus sastra tanpa adanya pertanggungjawaban ilmiah. Tiap orang yang menulis atau berkomentar tentang sastra secara serampangan disebut atau menyebut diri sebagai kritikus sastra.
Lewat buku ini Saut mencoba mengajak pembaca untuk menyadari betapa parahnya kondisi sastra kita tanpa adanya kritik sastra yang baik dan bermutu. Sebab kritik sastra diibaratkan Saut semacam pasangan hidup bagi karya seni sastra supaya yang terakhir ini tidak hidup kesepian, halusinasif, dan kering meranggas (hal. 14).
Buku ini tidak sekadar menerangjelaskan mengapa Saut memusuhi TUK, tapi sekaligus juga menjelaskan pandangan dan ideologi sang penyair (dan boemipoetra) dalam berkesenian. Esei-esei Saut ini juga tercatat sebagai dokumentasi pertama terkait wacana sastra Saut (dan boemipoetra) dalam perseteruannya dengan kelompok TUK, yang selama ini lebih banyak berserakan di berbagai milis dan forum dunia maya.
******************************************
Politik sastra itu ada. Barangkali demikian yang bisa disimpulkan setelah membaca tulisan-tulisan Saut Situmorang dalam buku Politik Sastra ini. Politik kepentingan dalam dunia sastra memang tidak dapat dihindari. Jika menilik sejarah periodesasi sastra sejak pra kemerdekaan sampai hari ini, ada relasi yang saling “mengancam” di satu sisi, serta menguntungkan di sisi lain. Relasi-relasi itu umumnya muncul dalam perseteruan sastra-kolonial, sastra-negara, sastra-agama, bahkan tak jarang di internal pelaku sastra itu sendiri.
Menurut Saut Situmorang, sastra Indonesia saat ini hampir-hampir tak memiliki kritikus yang mengimbangi pesatnya minat kepengarangan. Banyaknya sayembara, munculnya penulis-penulis perempuan atau yang mengangkat tema-tema perempuan, dan sejumlah fenomena lainnya leluasa bermunculan dengan liar dan mungkindapat diistilahkan sebagai kompetisi, terlepas dari kualitasnya. Persoalan lain yang sulit diminimalisir perseteruannya adalah pengkotak-kotakan karya maupun pengarang. Cukup banyak permasalahan sastra yang terpolitisasi yang diulas oleh Saut Situmorang dalam buku Politik Sastra ini.
Jual Buku Dunia Arab, Buku Burung , Phillip K Hitti.
Sabtu, 18 Oktober 2014
Buku Kesadaran Plural: Sebuah Sintesis Rasionalitas dan Kehendak Bebas / Bagus Takwin Penerbit Jalasutra
Buku Kesadaran Plural:
Sebuah Sintesis Rasionalitas dan Kehendak Bebas
Penerbit Jalasutra
ISBN: 979-3684-12-7
xxxvi + 284 hlm; 15 x 21 cm
Penerbit Jalasutra
Daftar Isi
Pengantar Penulis — ix
Avant-Propos: Prawacana dari Penerbit — xv
Prolog — 1
1::Konsep Kesadaran dan Keterbukaan Manusia— 21
A. Konsep Kesadaran — 22
• Pengertian Kesadaran — 22
B. Penelusuran Konsep Kesadaran sejak masa Yunani Kuno hingga Akhir Abad Ke-20 — 27
• Konsep Kesadaran Masa Yunani Kuno hingga Abad Pertengahan — 27
• Konsep Kesadaran Abad Modern — 31
• Konsep Kesadaran di Awal Abad Ke-20 — 38
• Konsep Kesadaran di Akhir Abad Ke-20 — 44
• Pemikiran Kontemporer tentang Kesadaran — 53
• Implikasi Penelusuran Historik terhadap Konsep Kesadaran — 71
• Keterbukaan Pikiran dan Kaitannya dengan Kesadaran Manusia — 78
• Kesimpulan — 82
2::Rasionalitas dalam Kesadaran Manusia — 85
• Pengertian-pengertian Rasionalitas, Dasar Perumusannya, serta Kritik Terhadapnya — 86
A. Rasionalitas Sebagai Kualitas Esensial Manusia — 93
• Rasionalitas yang Membedakan Manusia dengan Makhluk Hidup Lainnya — 93
• Rasionalitas sebagai Esensi Manusia dengan Rasio sebagai Pusatnya — 106
• Rasionalitas sebagai Esensi Manusia dengan Dasar Rasio Dialektik — 117
• Rasio dan Rasionalitas Kritis menurut Immanuel Kant — 121
B. Rasionalitas Bertujuan — 134
• Rasio untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia — 134
• Rasionalitas sebagai Alat Pemenuhan Keinginan — 139
• Pemikiran tentang Rasionalitas Berdasarkan Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan — 146
• Rasionalitas Plural — 155
C. Kritik terhadap Konsep Rasio dan Rasionalitas — 161
• Kategori-kategori sebagai Pembatas Rasionalitas Manusia — 161
• Kritik Terhadap Rasionalisme dari Henri Bergson — 165
• Keterbatasan Penalaran Manusia Menurut Wittgenstein — 167
• Konstruksi Konsep Rasionalitas Baru — 173
• Poskrip — 179
3::Kehendak Bebas dalam Kesadaran — 181
• Manusia sebagai Makhluk yang Berkehendak Bebas — 182
• Pengertian Umum Kehendak Bebas — 192
• Kehendak Bebas sebagai Dasar bagi Moralitas — 196
• Kehendak Bebas sebagai Dasar bagi Kreativitas dan Perkembangan Manusia — 201
• Kehendak Bebas yang Memungkinkan Keragaman Penafsiran tentang Dunia — 205
• Hubungan antara Kehendak Bebas dan Rasionalitas — 207
• Poskrip — 208
4::Konsep Kesadaran dengan Kehendak Bebas dan Rasionalitas — 209
• Kesadaran yang Rasional dan Berkehendak — 210
• Dinamika Kerja Kesadaran Manusia — 215
• Kualitas Keterbukaan dalam Kesadaran — 226
• Metode Kerja Kesadaran dalam Kegiatan Memahami Realitas — 228
• Poskrip — 234
Epilog — 237
• Kesimpulan — 221
• Catatan Kritis — 240
Apendiks
Keterbatasan Penalaran Manusia Menurut Wittgenstein — 245
Catatan-catatan — 253
Bibliografi — 265
Indeks — 275
Sebuah Sintesis Rasionalitas dan Kehendak Bebas
Harga Rp 62.000
Penulis Bagus TakwinPenerbit Jalasutra
ISBN: 979-3684-12-7
xxxvi + 284 hlm; 15 x 21 cm
Penerbit Jalasutra
Daftar Isi
Pengantar Penulis — ix
Avant-Propos: Prawacana dari Penerbit — xv
Prolog — 1
1::Konsep Kesadaran dan Keterbukaan Manusia— 21
A. Konsep Kesadaran — 22
• Pengertian Kesadaran — 22
B. Penelusuran Konsep Kesadaran sejak masa Yunani Kuno hingga Akhir Abad Ke-20 — 27
• Konsep Kesadaran Masa Yunani Kuno hingga Abad Pertengahan — 27
• Konsep Kesadaran Abad Modern — 31
• Konsep Kesadaran di Awal Abad Ke-20 — 38
• Konsep Kesadaran di Akhir Abad Ke-20 — 44
• Pemikiran Kontemporer tentang Kesadaran — 53
• Implikasi Penelusuran Historik terhadap Konsep Kesadaran — 71
• Keterbukaan Pikiran dan Kaitannya dengan Kesadaran Manusia — 78
• Kesimpulan — 82
2::Rasionalitas dalam Kesadaran Manusia — 85
• Pengertian-pengertian Rasionalitas, Dasar Perumusannya, serta Kritik Terhadapnya — 86
A. Rasionalitas Sebagai Kualitas Esensial Manusia — 93
• Rasionalitas yang Membedakan Manusia dengan Makhluk Hidup Lainnya — 93
• Rasionalitas sebagai Esensi Manusia dengan Rasio sebagai Pusatnya — 106
• Rasionalitas sebagai Esensi Manusia dengan Dasar Rasio Dialektik — 117
• Rasio dan Rasionalitas Kritis menurut Immanuel Kant — 121
B. Rasionalitas Bertujuan — 134
• Rasio untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia — 134
• Rasionalitas sebagai Alat Pemenuhan Keinginan — 139
• Pemikiran tentang Rasionalitas Berdasarkan Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan — 146
• Rasionalitas Plural — 155
C. Kritik terhadap Konsep Rasio dan Rasionalitas — 161
• Kategori-kategori sebagai Pembatas Rasionalitas Manusia — 161
• Kritik Terhadap Rasionalisme dari Henri Bergson — 165
• Keterbatasan Penalaran Manusia Menurut Wittgenstein — 167
• Konstruksi Konsep Rasionalitas Baru — 173
• Poskrip — 179
3::Kehendak Bebas dalam Kesadaran — 181
• Manusia sebagai Makhluk yang Berkehendak Bebas — 182
• Pengertian Umum Kehendak Bebas — 192
• Kehendak Bebas sebagai Dasar bagi Moralitas — 196
• Kehendak Bebas sebagai Dasar bagi Kreativitas dan Perkembangan Manusia — 201
• Kehendak Bebas yang Memungkinkan Keragaman Penafsiran tentang Dunia — 205
• Hubungan antara Kehendak Bebas dan Rasionalitas — 207
• Poskrip — 208
4::Konsep Kesadaran dengan Kehendak Bebas dan Rasionalitas — 209
• Kesadaran yang Rasional dan Berkehendak — 210
• Dinamika Kerja Kesadaran Manusia — 215
• Kualitas Keterbukaan dalam Kesadaran — 226
• Metode Kerja Kesadaran dalam Kegiatan Memahami Realitas — 228
• Poskrip — 234
Epilog — 237
• Kesimpulan — 221
• Catatan Kritis — 240
Apendiks
Keterbatasan Penalaran Manusia Menurut Wittgenstein — 245
Catatan-catatan — 253
Bibliografi — 265
Indeks — 275
Jual Novel Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu/ Leo Tolstoy Jalasutra
Judul : Tuhan Maha Tahu, Tapi Dia Menunggu
Jalasutra
Cetakan : V, 2008
Tebal : 284 halaman
Ukuran : 12 x 19 cm
ISBN : 979-97652-4-2
Deskripsi:
Leo Tolstoy: penulis Rusia, salah satu novelis terbesar dunia; penulis cerita pendek brilian sebelum akhirnya mapan sebagai novelis ulung Rusia. (Merriam-Webster’s Encyclopedia of Literature)
Harga Rp 79.000
Penulis : Leo TolstoyJalasutra
Cetakan : V, 2008
Tebal : 284 halaman
Ukuran : 12 x 19 cm
ISBN : 979-97652-4-2
Deskripsi:
Leo Tolstoy: penulis Rusia, salah satu novelis terbesar dunia; penulis cerita pendek brilian sebelum akhirnya mapan sebagai novelis ulung Rusia. (Merriam-Webster’s Encyclopedia of Literature)
Jual Buku Menjadi Manusia Haji / Ali Syariati
Judul : Menjadi Manusia Haji
Harga : Rp 42.000 TERJUAL
Penulis : Ali Syariati
Penerbit Jalasutra
Cetakan : III, 2008
Tebal : 285 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-51-8
Deskripsi:
Jika Anda ingin tahu bagaimana cara haji, bacalah buku fikih. Jika Anda ingin memahami mkna haji, bacalah buku ini. Barangkali membaca buku ini akan mendorong Anda memahami haji, atau setidaknya merenungkan barang sedikit tentang haji. (Ali Syari'ati)
Buku Menjadi Manusia Haji ini memang istimewa. Ia menjelaskan seluruh makna rukun demi rukun ibadah haji. Bukan hanya itu, ia menjelaskan makna bendabenda seperti Kabah, Hajar Aswad, Hijir Ismail, Maqam Ibrahim Jumarat, Arafat, Mahsyar. Istri dan mertua saya yang membaca uraian tentang tawaf tidak bisa menahan air mata ... menyentuh hati. (M. Dawam Rahardjo)
Setelah membaca buku ini, saya merasa seperti belum berhaji (M. Amin Rais)
Pengantar Penulis
Sebagai manusia yang memiliki sekelumit pengetahuan agama dengan fokus kajian pada sejarah agama-agama, berbagai kesimpulanku dalam buku ini merupakan buah dari studi dan penelitian atas evolusi historis setiap agama. Di dalamnya aku berupaya memperbandingkan agama-agama yang ada di masa lampau dan di masa sekarang; dari ‘kebenaran’ serta ‘realitas’ agama yang berbeda-beda. Pelbagai kesimpulan ini sama sekali tidak berdasarkan pada keyakinan religius dan prasangka pribadiku:
Andai kita mempelajari dan menilai efektivitas setiap agama atas dasar kebahagiaan dan evolusi manusia, kita akan menemukan bahwa tidak ada kenabian yang semaju, sekuat, dan sesadar kenabian Muhammad (Islam dan peranannya dalam kemajuan sosial, kesadaran diri, gerakan, tanggung jawab, ambisi, dan perjuangan manusia untuk menegakkan keadilan; idealisme, kewajaran, kreativitas Islam; adaptabilitas Islam atas pelbagai kemajuan ilmiah dan finansial; serta orientasi Islam terhadap kebudayaan dan masyarakat). Dalam waktu yang bersamaan, kita juga mendapatkan bahwa selain kenabian Muhammad tak ada kenabian yang telah mengalami sedemikian banyak perusakan dan perubahan ke dalam representasi yang lain dari yang lain. Seolah ada kekuatan besar berupa ketersediaan fasilitas fisik dan para penasihat cerdik pandai yang, secara terang-terangan maupun diam-diam, telah menyewa sekelompok manusia terpelajar—kelompok yang terdiri dari para filsuf sejarah, sosiolog, psikolog sosial, pakar politik, pakar humaniora, teolog, orientalis, pakar studi Islam, penafsir kitab suci, dan orang-orang yang mengenal literatur Islam, relasi sosial, tradisi, kepentingan, perilaku sosial ekonomi kaum muslim, serta peranan tokoh-tokoh muslim tertentu—untuk melakukan reformasi total doktrin Islam melalui pelbagai riset ilmiah yang kokoh.
Sepengetahuanku, jika ditilik dari perspektif praksis dan konseptual, ada tiga rukun Islam yang terpenting yang memberikan daya dorong kuat kepada ummah (nation) muslim, dan yang membuat para warganya sadar, merdeka, terhormat, serta memiliki tanggung jawab sosial. Apa itu? Tak lain adalah: tauhid, jihad, dan haji.
Sangat disayangkan konsep tauhid ini hanya diajarkan di sekolah-sekolah dasar. Di luar sekolah dasar, mungkin saja tauhid diwacanakan dalam pelbagai kolokium filosofis dan teologis yang diselenggarakan kalangan pemuka agama, tetapi saling berbagi wacana seperti ini sama sekali asing bagi kebanyakan orang dan tak bisa diterapkan ke dalam kehidupan nyata mereka. Dengan kata lain, yang dibicarakan dalam kolokium wacana tersebut bukan tauhid dalam pengertian yang sebenarnya, tetapi eksistensi dan keesaan Allah. Sedangkan konsep jihad tabu dibicarakan dan dibuat pelbagai akrobat ‘politik pelupaan’ agar orang risih dan, setelah itu, hilang dari ingatan publik. Prinsip dasar jihad ‘menyerukan kebajikan dan mencegah kejahatan’ hanya dipergunakan sebagai alat untuk mengutuk sesama teman, dan bukan untuk meluruskan kaum penyimpang. Rukun terakhir, ibadah haji, dipandang sebagai amal terburuk dan paling tidak logis yang dilakukan kaum muslim setiap tahun.
Musuh-musuh Islam telah berhasil menciptakan citraan-citraan negatif tersebut dengan memakai cara yang unik. Dari kuburan ‘buku-buku doa’ dibawa ke kota, sedang dari kota Alquran diambil dan dibawa ke kuburan untuk dibacakan kepada jiwa orang-orang yang sudah mati. Pendekatan yang sama dipergunakan pula di sekolah-sekolah. Alquran diambil dari siswa yang mempelajari Islam, lalu dideret dalam rak-rak; dan kepada siswa-siswa tersebut diberikan pelbagai buku tentang prinsip dan wacana filosofis (yang umumnya dari Barat). Itulah siasat licik yang dilakukan musuh kepada kaum muslim dan, pada akhirnya, Alquran tersingkir dari kurikulum siswa-siswa muslim.Bisakah seorang intelektual yang memilik rasa tanggung jawab terhadap nasib bangsanya, seorang muslim yang merasakan hal yang sama karena satu agama, atau seorang intelektual yang memiliki kesadaran dan rasa pembelaan yang kuat kemudian malah berpangku tangan? Apakah ia mengira bahwa ideologi Barat dapat menyelamatkan bangsanya dan memecahkan masalah-masalah mereka? Jawabannya: tidak!
Wahai sahabat-sahabatku sesama kaum intelektual dan saudara-saudaraku kaum muslim…baik kalian merasa bertanggung jawab kepada rakyat jelata maupun kepada Allah, sesungguhnya kita semua berada dalam sebuah perahu dan memiliki tanggung jawab yang sama. Demi pembebasan diri dan mengangkat derajat kehormatan kita kembali, maka yang terbaik untuk kita lakukan adalah mempergunakan taktik-taktik yang sama seperti yang dipergunakan oleh musuh-musuh kita. Kita harus kembali ke jalan dari mana kita telah diperosokkan. Oleh karena itu, dari kuburan-kuburan tadi kita harus membawa kembali Alquran ke kota dan membacakannya kepada orang-orang yang masih hidup, dan bukan kepada orang-orang yang sudah mati! Kita harus mengambil Alquran dari tempat penyimpanannya dan membentangkannya di depan para siswa, membiarkan mereka untuk mempelajari, menganalisis, dan bertindak berdasarkan Alquran. Karena kita sendiri tidak bisa menghancurkannya, musuh-musuh kita menutup Alquran dan menaruhnya di pojok untuk sekadar dihormati sebagai sebuah kitab suci! Ironis. Maka, adalah kewajiban kita untuk mengembalikan fungsi sejati Alquran sebagai sebuah ‘kitab’ seperti terkandung dalam namanya, bahwa Alquran adalah sebuah kitab yang harus dipelajari.
Bisakah kita berharap suatu masa nanti Alquran akan diterima sebagai kitab klasik dalam sekolah-sekolah Islam dan menjadi rujukan utama dalam pengajaran Islam? Bisakah kita berharap bahwa kita akan mengalami suatu zaman ketika studi Alquran diperlukan untuk mendapatkan kualifikasi dalam ijtihad?
Dengan kembali kepada Alquran barulah kita dapat menghayati esensi tauhid. Dengan memandang Alquran sebagai satu struktur dari sistem anutan kita, barulah kita dapat menghayati daya kreatif dan daya guna dari pelbagai kewajiban yang dibebankan agama—seperti haji, jihad, syahadat—dan arti hidup kita ini!
Pada kesempatan ini, mari kita membahas haji, satu di antara kewajiban-kewajiban agama, dan mencari signifikansinya dari sudut pandang monoteis. Buku ini merupakan ikhtisar dari pengalaman dan pemahaman pribadiku sendiri setelah tiga kali menunaikan ibadah haji dan satu kali pesiar ke Kota Mekah. Buku ini hanyalah komentar dan tafsir terhadap pelbagai ritual haji oleh seorang hamba Allah yang hina. Tak seorang muslim pun berhak memandang ritual-ritual haji berdasarkan tulisanku dalam buku ini, karena buku ini tidak ditulis layaknya ‘yurisprudensi religius’, tetapi ditulis agar pembaca ‘berpikir’. Sebagai seorang muslim yang telah menunaikan haji dan yang ketika sampai ke negeri asalnya kemudian berbicara mengenai haji, aku akan mencoba untuk menafsirkan ritual-ritual dalam ibadah ini. Aku dapat mendiskusikan tinjauan-tinjauanku mengenai haji kepada orang lain seakan hal ini seperti sudah menjadi ‘tradisi’. Setiap tahun orang-orang yang beruntung berkesempatan menunaikan ritual haji, akan menyatakan pandangan-pandangan mereka mengenai hal ini kepada orang lain yang tidak beruntung untuk melakukan hal yang serupa. Jika ada pemimpin yang bertanggung jawab, yang menunjukkan perhatian yang sama dalam memberikan pengajaran kepada lebih dari sejuta kaum muslim yang datang dari seluruh pelosok negeri (dari pelbagai desa dan negara paling terbelakang sekalipun), seperti perhatian mereka kepada makanan, kesehatan, barang-barang hiasan mewah mereka, tidak menonjolkan kearistokratan mereka (yang bertentangan dengan semangat haji), mencurahkan sedikit perhatian untuk menyadari makna dari ritual-ritual haji, serta tidak mengalami obsesi dan prasangka yang menentang ritual-ritual tersebut, maka haji merupakan ajaran-ajaran doktrin Islam yang aspek praksis dan teoretisnya setiap tahun diberikan kepada lebih dari sejuta wakil kaum muslim di seluruh dunia! Mereka dapat mempelajari tujuan haji, arti kenabian, betapa pentingnya persatuan, dan nasib umat muslim. Dengan bekal dan informasi, mereka kembali ke negerinya masing-masing, hidup seperti semula, dan mengajar di tengah-tengah masyarakat mereka. Implikasi nyatanya adalah bahwa selama hidupnya seorang haji bisa berperan sebagai pemberi petunjuk dalam kegelapan yang dihadapi masyarakat—sebagai nyala api dalam kelam.
Dr. Ali Syari‘ati
Harga : Rp 42.000 TERJUAL
Penulis : Ali Syariati
Penerbit Jalasutra
Cetakan : III, 2008
Tebal : 285 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-51-8
Deskripsi:
Jika Anda ingin tahu bagaimana cara haji, bacalah buku fikih. Jika Anda ingin memahami mkna haji, bacalah buku ini. Barangkali membaca buku ini akan mendorong Anda memahami haji, atau setidaknya merenungkan barang sedikit tentang haji. (Ali Syari'ati)
Buku Menjadi Manusia Haji ini memang istimewa. Ia menjelaskan seluruh makna rukun demi rukun ibadah haji. Bukan hanya itu, ia menjelaskan makna bendabenda seperti Kabah, Hajar Aswad, Hijir Ismail, Maqam Ibrahim Jumarat, Arafat, Mahsyar. Istri dan mertua saya yang membaca uraian tentang tawaf tidak bisa menahan air mata ... menyentuh hati. (M. Dawam Rahardjo)
Setelah membaca buku ini, saya merasa seperti belum berhaji (M. Amin Rais)
Pengantar Penulis
Sebagai manusia yang memiliki sekelumit pengetahuan agama dengan fokus kajian pada sejarah agama-agama, berbagai kesimpulanku dalam buku ini merupakan buah dari studi dan penelitian atas evolusi historis setiap agama. Di dalamnya aku berupaya memperbandingkan agama-agama yang ada di masa lampau dan di masa sekarang; dari ‘kebenaran’ serta ‘realitas’ agama yang berbeda-beda. Pelbagai kesimpulan ini sama sekali tidak berdasarkan pada keyakinan religius dan prasangka pribadiku:
Andai kita mempelajari dan menilai efektivitas setiap agama atas dasar kebahagiaan dan evolusi manusia, kita akan menemukan bahwa tidak ada kenabian yang semaju, sekuat, dan sesadar kenabian Muhammad (Islam dan peranannya dalam kemajuan sosial, kesadaran diri, gerakan, tanggung jawab, ambisi, dan perjuangan manusia untuk menegakkan keadilan; idealisme, kewajaran, kreativitas Islam; adaptabilitas Islam atas pelbagai kemajuan ilmiah dan finansial; serta orientasi Islam terhadap kebudayaan dan masyarakat). Dalam waktu yang bersamaan, kita juga mendapatkan bahwa selain kenabian Muhammad tak ada kenabian yang telah mengalami sedemikian banyak perusakan dan perubahan ke dalam representasi yang lain dari yang lain. Seolah ada kekuatan besar berupa ketersediaan fasilitas fisik dan para penasihat cerdik pandai yang, secara terang-terangan maupun diam-diam, telah menyewa sekelompok manusia terpelajar—kelompok yang terdiri dari para filsuf sejarah, sosiolog, psikolog sosial, pakar politik, pakar humaniora, teolog, orientalis, pakar studi Islam, penafsir kitab suci, dan orang-orang yang mengenal literatur Islam, relasi sosial, tradisi, kepentingan, perilaku sosial ekonomi kaum muslim, serta peranan tokoh-tokoh muslim tertentu—untuk melakukan reformasi total doktrin Islam melalui pelbagai riset ilmiah yang kokoh.
Sepengetahuanku, jika ditilik dari perspektif praksis dan konseptual, ada tiga rukun Islam yang terpenting yang memberikan daya dorong kuat kepada ummah (nation) muslim, dan yang membuat para warganya sadar, merdeka, terhormat, serta memiliki tanggung jawab sosial. Apa itu? Tak lain adalah: tauhid, jihad, dan haji.
Sangat disayangkan konsep tauhid ini hanya diajarkan di sekolah-sekolah dasar. Di luar sekolah dasar, mungkin saja tauhid diwacanakan dalam pelbagai kolokium filosofis dan teologis yang diselenggarakan kalangan pemuka agama, tetapi saling berbagi wacana seperti ini sama sekali asing bagi kebanyakan orang dan tak bisa diterapkan ke dalam kehidupan nyata mereka. Dengan kata lain, yang dibicarakan dalam kolokium wacana tersebut bukan tauhid dalam pengertian yang sebenarnya, tetapi eksistensi dan keesaan Allah. Sedangkan konsep jihad tabu dibicarakan dan dibuat pelbagai akrobat ‘politik pelupaan’ agar orang risih dan, setelah itu, hilang dari ingatan publik. Prinsip dasar jihad ‘menyerukan kebajikan dan mencegah kejahatan’ hanya dipergunakan sebagai alat untuk mengutuk sesama teman, dan bukan untuk meluruskan kaum penyimpang. Rukun terakhir, ibadah haji, dipandang sebagai amal terburuk dan paling tidak logis yang dilakukan kaum muslim setiap tahun.
Musuh-musuh Islam telah berhasil menciptakan citraan-citraan negatif tersebut dengan memakai cara yang unik. Dari kuburan ‘buku-buku doa’ dibawa ke kota, sedang dari kota Alquran diambil dan dibawa ke kuburan untuk dibacakan kepada jiwa orang-orang yang sudah mati. Pendekatan yang sama dipergunakan pula di sekolah-sekolah. Alquran diambil dari siswa yang mempelajari Islam, lalu dideret dalam rak-rak; dan kepada siswa-siswa tersebut diberikan pelbagai buku tentang prinsip dan wacana filosofis (yang umumnya dari Barat). Itulah siasat licik yang dilakukan musuh kepada kaum muslim dan, pada akhirnya, Alquran tersingkir dari kurikulum siswa-siswa muslim.Bisakah seorang intelektual yang memilik rasa tanggung jawab terhadap nasib bangsanya, seorang muslim yang merasakan hal yang sama karena satu agama, atau seorang intelektual yang memiliki kesadaran dan rasa pembelaan yang kuat kemudian malah berpangku tangan? Apakah ia mengira bahwa ideologi Barat dapat menyelamatkan bangsanya dan memecahkan masalah-masalah mereka? Jawabannya: tidak!
Wahai sahabat-sahabatku sesama kaum intelektual dan saudara-saudaraku kaum muslim…baik kalian merasa bertanggung jawab kepada rakyat jelata maupun kepada Allah, sesungguhnya kita semua berada dalam sebuah perahu dan memiliki tanggung jawab yang sama. Demi pembebasan diri dan mengangkat derajat kehormatan kita kembali, maka yang terbaik untuk kita lakukan adalah mempergunakan taktik-taktik yang sama seperti yang dipergunakan oleh musuh-musuh kita. Kita harus kembali ke jalan dari mana kita telah diperosokkan. Oleh karena itu, dari kuburan-kuburan tadi kita harus membawa kembali Alquran ke kota dan membacakannya kepada orang-orang yang masih hidup, dan bukan kepada orang-orang yang sudah mati! Kita harus mengambil Alquran dari tempat penyimpanannya dan membentangkannya di depan para siswa, membiarkan mereka untuk mempelajari, menganalisis, dan bertindak berdasarkan Alquran. Karena kita sendiri tidak bisa menghancurkannya, musuh-musuh kita menutup Alquran dan menaruhnya di pojok untuk sekadar dihormati sebagai sebuah kitab suci! Ironis. Maka, adalah kewajiban kita untuk mengembalikan fungsi sejati Alquran sebagai sebuah ‘kitab’ seperti terkandung dalam namanya, bahwa Alquran adalah sebuah kitab yang harus dipelajari.
Bisakah kita berharap suatu masa nanti Alquran akan diterima sebagai kitab klasik dalam sekolah-sekolah Islam dan menjadi rujukan utama dalam pengajaran Islam? Bisakah kita berharap bahwa kita akan mengalami suatu zaman ketika studi Alquran diperlukan untuk mendapatkan kualifikasi dalam ijtihad?
Dengan kembali kepada Alquran barulah kita dapat menghayati esensi tauhid. Dengan memandang Alquran sebagai satu struktur dari sistem anutan kita, barulah kita dapat menghayati daya kreatif dan daya guna dari pelbagai kewajiban yang dibebankan agama—seperti haji, jihad, syahadat—dan arti hidup kita ini!
Pada kesempatan ini, mari kita membahas haji, satu di antara kewajiban-kewajiban agama, dan mencari signifikansinya dari sudut pandang monoteis. Buku ini merupakan ikhtisar dari pengalaman dan pemahaman pribadiku sendiri setelah tiga kali menunaikan ibadah haji dan satu kali pesiar ke Kota Mekah. Buku ini hanyalah komentar dan tafsir terhadap pelbagai ritual haji oleh seorang hamba Allah yang hina. Tak seorang muslim pun berhak memandang ritual-ritual haji berdasarkan tulisanku dalam buku ini, karena buku ini tidak ditulis layaknya ‘yurisprudensi religius’, tetapi ditulis agar pembaca ‘berpikir’. Sebagai seorang muslim yang telah menunaikan haji dan yang ketika sampai ke negeri asalnya kemudian berbicara mengenai haji, aku akan mencoba untuk menafsirkan ritual-ritual dalam ibadah ini. Aku dapat mendiskusikan tinjauan-tinjauanku mengenai haji kepada orang lain seakan hal ini seperti sudah menjadi ‘tradisi’. Setiap tahun orang-orang yang beruntung berkesempatan menunaikan ritual haji, akan menyatakan pandangan-pandangan mereka mengenai hal ini kepada orang lain yang tidak beruntung untuk melakukan hal yang serupa. Jika ada pemimpin yang bertanggung jawab, yang menunjukkan perhatian yang sama dalam memberikan pengajaran kepada lebih dari sejuta kaum muslim yang datang dari seluruh pelosok negeri (dari pelbagai desa dan negara paling terbelakang sekalipun), seperti perhatian mereka kepada makanan, kesehatan, barang-barang hiasan mewah mereka, tidak menonjolkan kearistokratan mereka (yang bertentangan dengan semangat haji), mencurahkan sedikit perhatian untuk menyadari makna dari ritual-ritual haji, serta tidak mengalami obsesi dan prasangka yang menentang ritual-ritual tersebut, maka haji merupakan ajaran-ajaran doktrin Islam yang aspek praksis dan teoretisnya setiap tahun diberikan kepada lebih dari sejuta wakil kaum muslim di seluruh dunia! Mereka dapat mempelajari tujuan haji, arti kenabian, betapa pentingnya persatuan, dan nasib umat muslim. Dengan bekal dan informasi, mereka kembali ke negerinya masing-masing, hidup seperti semula, dan mengajar di tengah-tengah masyarakat mereka. Implikasi nyatanya adalah bahwa selama hidupnya seorang haji bisa berperan sebagai pemberi petunjuk dalam kegelapan yang dihadapi masyarakat—sebagai nyala api dalam kelam.
Dr. Ali Syari‘ati
Kamis, 16 Oktober 2014
Jual Buku Superstrukturalisme: Pengantar Komprehensif kpd Semiotika, Strukturalisme & Postrukturalisme /Richard Harland
Buku Superstrukturalisme: Pengantar Komprehensif kpd Semiotika, Strukturalisme & Postrukturalisme
Harga : 55.000
Penerbit : Jalasutra
Penulis : Richard Harland
Tahun Terbit : Cet 1: 2006
Kertas & Halaman: 296 halaman, isi kertas Hvs
Ukuran Buku: 15 x 21 cm, Soft Cover
Kategori : Filsafat
ISBN : 979-3684-54-2
Berat: 350 gram
Superstrukturalisme adalah istilah yang mencakup segenap khazanah pemikiran semiotika, strukturalisme, postrukturalisme, dan berbagai gerakan terkait. Dalam bukunya ini, Harland menegaskan bahwa gerakan ini kesemuanya merebak dari suatu cara berpikir khas superstruktural. Cara berpikir ini membalikkan modus berpikir kita yang lazim. Tingkatan superstruktur yang biasanya dipandang sekunder harus didahulukan daripada basis yang dipandang primer.
Harga : 55.000
Penerbit : Jalasutra
Penulis : Richard Harland
Tahun Terbit : Cet 1: 2006
Kertas & Halaman: 296 halaman, isi kertas Hvs
Ukuran Buku: 15 x 21 cm, Soft Cover
Kategori : Filsafat
ISBN : 979-3684-54-2
Berat: 350 gram
Superstrukturalisme adalah istilah yang mencakup segenap khazanah pemikiran semiotika, strukturalisme, postrukturalisme, dan berbagai gerakan terkait. Dalam bukunya ini, Harland menegaskan bahwa gerakan ini kesemuanya merebak dari suatu cara berpikir khas superstruktural. Cara berpikir ini membalikkan modus berpikir kita yang lazim. Tingkatan superstruktur yang biasanya dipandang sekunder harus didahulukan daripada basis yang dipandang primer.
Jual Buku Haji Murad, Novel berdasarkan kisah nyata seorang pejuang muslim Chechnya /Leo Tolstoy
Buku Haji Murad, Novel berdasarkan kisah nyata seorang pejuang muslim Chechnya
Harga : 42.000 TERJUAL KALTIM 25/1
Penerbit : Serambi
Penulis : Leo Tolstoy
ISBN : 978-979-024-402-3
Halaman : 244
Karya pamungkas Leo Tolstoy yang baru di-terbitkan setelah kematiannya ini adalah do-ngeng moral paling dahsyat pada zaman kita.Novel ini terinspirasi oleh sosok historis dan kontroversial yang didengar Tolstoy ketika bertugas sebagai tentara di Kaukasus. Kisah ini menghidupkan sang pejuang terkenal, Haji Murad, seorang pemberontak Chechnya yang berjuang dengan garang dan gagah berani melawan kekaisaran Rusia.Haji Murad adalah gambaran menggetarkan sosok pejuang tragis yang masih dikenang hingga kini. Inilah sebuah kisah indah tentang cinta, perjuangan, dan pengorbanan yang layak Anda renungkan.
Harga : 42.000 TERJUAL KALTIM 25/1
Penerbit : Serambi
Penulis : Leo Tolstoy
ISBN : 978-979-024-402-3
Halaman : 244
Karya pamungkas Leo Tolstoy yang baru di-terbitkan setelah kematiannya ini adalah do-ngeng moral paling dahsyat pada zaman kita.Novel ini terinspirasi oleh sosok historis dan kontroversial yang didengar Tolstoy ketika bertugas sebagai tentara di Kaukasus. Kisah ini menghidupkan sang pejuang terkenal, Haji Murad, seorang pemberontak Chechnya yang berjuang dengan garang dan gagah berani melawan kekaisaran Rusia.Haji Murad adalah gambaran menggetarkan sosok pejuang tragis yang masih dikenang hingga kini. Inilah sebuah kisah indah tentang cinta, perjuangan, dan pengorbanan yang layak Anda renungkan.
Jual Buku Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye Harga Rp 55.000 Pawito, Ph.D
Buku Komunikasi Politik, Media Massa dan Kampanye
Harga Rp 55.000 TERJUAL BDG
Pawito, Ph.D
Penerbit : Jalasutra
Edisi : Soft Cover
ISBN-13 : 9786028252096
Tgl Penerbitan : 2009-02-00
Bahasa : Indonesia
Halaman : xii + 328
Ukuran : 150x210x0 mm
Dalam konteks politik modern, media massa menempati posisi strategis baik untuk upaya penyebarluasan informasi maupun menumbuhkan citra. Karena itu, komunikasi politik modern pada dasarnya adalah komunikasi politik melalui media massa/media baru, termasuk internet.
Tidak terkecuali dalam kaitan dengan pemilihan. Karena itu, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye pemilihan mengambil titik berat pada persoalan keberadaan media massa dalam konteks politik secara umum, dan pemilihan secara lebih khusus.
Buku ini memiliki signifikasi kuat dengan politik karena politik sebenarnya memiliki dua dimensi sekaligus, yakni dimensi riil dan dimensi lambang sehingga konteks politik modern media massa berada pada posisi sentral.
Tak ada peristiwa penting berkenaan dengan kepentingan publik yang luput dari perhatian media massa, termasuk konferensi yang diselenggarakan oleh organisasi politik, forum sidang parlemen, dan upaya-upaya lobi yang dilakukan oleh kalangan organisasi, dan iklan-iklan PEMILU atau pemilihan presiden.
Buku ini berguna bukan hanya bagi kalangan akademik (dosen, peneliti, dan mahasiswa), tetapi juga bagi para praktisi dan elite politik yang memiliki kepentingan dengan kampanye dan pemasaran politik .
Harga Rp 55.000 TERJUAL BDG
Pawito, Ph.D
Penerbit : Jalasutra
Edisi : Soft Cover
ISBN-13 : 9786028252096
Tgl Penerbitan : 2009-02-00
Bahasa : Indonesia
Halaman : xii + 328
Ukuran : 150x210x0 mm
Dalam konteks politik modern, media massa menempati posisi strategis baik untuk upaya penyebarluasan informasi maupun menumbuhkan citra. Karena itu, komunikasi politik modern pada dasarnya adalah komunikasi politik melalui media massa/media baru, termasuk internet.
Tidak terkecuali dalam kaitan dengan pemilihan. Karena itu, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye pemilihan mengambil titik berat pada persoalan keberadaan media massa dalam konteks politik secara umum, dan pemilihan secara lebih khusus.
Buku ini memiliki signifikasi kuat dengan politik karena politik sebenarnya memiliki dua dimensi sekaligus, yakni dimensi riil dan dimensi lambang sehingga konteks politik modern media massa berada pada posisi sentral.
Tak ada peristiwa penting berkenaan dengan kepentingan publik yang luput dari perhatian media massa, termasuk konferensi yang diselenggarakan oleh organisasi politik, forum sidang parlemen, dan upaya-upaya lobi yang dilakukan oleh kalangan organisasi, dan iklan-iklan PEMILU atau pemilihan presiden.
Buku ini berguna bukan hanya bagi kalangan akademik (dosen, peneliti, dan mahasiswa), tetapi juga bagi para praktisi dan elite politik yang memiliki kepentingan dengan kampanye dan pemasaran politik .
Jurnal Indoprogress Vol II /2014
Jurnal Indoprogress Vol I Edisi II /2014. Rp 45.000
IndoPROGRESS Jurnal Pemikiran Marxis,
Martin Suryajaya: Intensionalitas Fisik: Argumen untuk Fisikalisme Non-Reduktif
Dede Mulyanto: Kontradiksi Bipedal-Ensefalisasi dan Prakondisi Biologis Organisasi Sosial Primitif Manusia: Sebuah tafsir materialis-dialektis
Benedict Anderson: Kebal Hukum dan Pemeranan Kembali Refleksi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Warisan Sejarahnya
Coen Husain Pontoh: Upaya Membangun Jembatan
Fahmi Panimpang: Melawan Kuasa Korporasi, Mencari Alternatif dari Globalisasi Kapitalis
Fatimah Fildzah Izzati: Neoliberalisme Neopatriarkal dan Pembebasan Perempuan sebagai Manifesto Perjuangan Perempuan di Abad XXI
Iqra Anugrah: Gerakan Sosial dan Neoliberalisme di Amerika Latin
Windu W. Jusuf: Membaca Film Secara Marxis
IndoPROGRESS Jurnal Pemikiran Marxis,
Martin Suryajaya: Intensionalitas Fisik: Argumen untuk Fisikalisme Non-Reduktif
Dede Mulyanto: Kontradiksi Bipedal-Ensefalisasi dan Prakondisi Biologis Organisasi Sosial Primitif Manusia: Sebuah tafsir materialis-dialektis
Benedict Anderson: Kebal Hukum dan Pemeranan Kembali Refleksi Pembantaian 1965 di Indonesia dan Warisan Sejarahnya
Coen Husain Pontoh: Upaya Membangun Jembatan
Fahmi Panimpang: Melawan Kuasa Korporasi, Mencari Alternatif dari Globalisasi Kapitalis
Fatimah Fildzah Izzati: Neoliberalisme Neopatriarkal dan Pembebasan Perempuan sebagai Manifesto Perjuangan Perempuan di Abad XXI
Iqra Anugrah: Gerakan Sosial dan Neoliberalisme di Amerika Latin
Windu W. Jusuf: Membaca Film Secara Marxis
Langganan:
Postingan (Atom)